Prolog

47 9 5
                                    

Sore itu udara disekitar jalanan ini cukup dingin karena usai hujan beberapa menit yang lalu. Aku berjalan menuju rumah bibi. Karena hanya bibi lah satu-satunya keluarga ku yang kukenal. Ayah memutuskan untuk bekerja di luar kota sejak aku kecil, namun hingga kini ayah tak pernah memberitahu kabarnya dan sudah 15 tahun aku tak melihat wajahnya. Dan kini usia ku sudah memasuki 18 tahun dan aku tak pernah sekalipun rindu dengan ayah. Yang paling kurindukan adalah Ibuku. Ibuku meninggal sejak aku berumur 8 tahun. Seperti sudah terencana, ibu menabung sejak aku masih di dalam kandungan dan Ibu memiliki firasat yang kurang baik ketika aku berumur 8 tahun. Tujuan Ibu menabung yaitu untuk biaya kuliahku nanti.

Walaupun aku sudah tinggal dengan keluarga bibi selama 10 tahun, aku tak memiliki hubungan yang baik dengan bibi. Bibi memperlakukan ku seperti bukan keponakannya dan akulah yang setiap hari membersihkan rumahnya. Suami bibi sudah lama meninggal dan ia memiliki 2 orang anak. Anaknya yang pertama perempuan yang ia namai Viola, sedangkan anak ke 2 nya ia beri nama Abdi karena ia laki-laki.

Bibi dan kak Viola tidak senang dengan kehadiranku di keluarganya, namun berbeda dengan abdi yang menerima ku dengan senang hati. Kak viola 3 tahun lebih tua dariku dan ia sekarang sedang kuliah di salah satu universitas dan Abdi satu tahun lebih muda dariku dan kini ia kelas 2 sma. Aku lebih sering menghabiskan waktu di taman dekat dengan komplek perumahan bibi bersama abdi. Abdi sering sekali membawa daging dari rumah untuk ku. Aku tidak dibolehkan makan daging di rumah bibi dengan alasan aku hanya menumpang di rumah bibi.

Bibi bekerja di sebuah pabrik roti yang cukup besar. Usai pulang bekerja bibi seringkali membawa roti dari pabrik tempat ia bekerja, namun hanya kak Viola dan Abdi saja yang boleh memakannya sedangkan aku hanya makan nasi dengan telur, itupun kalau bibi sedang tidak marah.

Aku belajar mencari uang sendiri dengan bekerja di sebuah swalayan. Untungnya Bu Ani, sang pemilik toko swalayan tersebut sangat pengertian terhadapku dan beliau juga sudah mengetahui keluargaku. Ia membolehkan ku bekerja ketika aku libur dan setelah pulang sekolah. Bisa dibilang aku pekerja paruh waktu. Gaji yang aku terima lumayan banyak bagi anak se usiaku. Gaji yang aku dapatkan kugunakan untuk biaya makan ku. Sedangkan biaya sekolah semuanya gratis karena aku tidak memiliki orang tua lagi.

Aku menjalani hari-hari yang diselimuti dengan kesepian dan kesedihan ini dengan semangat. aku sekarang sudah kelas 3 sma, siswa paling senior di sma. Aku berharap ketika aku lulus sma nanti aku bisa menjadi seorang jurnalis dan aku sangat ingin memisahkan diri dari keluarga bibi.

my dreams and my lifeWhere stories live. Discover now