18⇑ Tawar-menawar

1.8K 285 15
                                    

Pagi-pagi muka Ennoshita udah gak bersahabat, apalagi atmosfer disekitarnya yang berat dan suram.

Gimana enggak, kaki baru selangkah menginjakkan lantai kelas udah disapa Tanaka dan Noya yang sujud di lantai.

Heran, itu harga diri pada terbang kemana.

“Ennoshita!! Tolong ajー”

“Enggak” Ujar Ennoshita memotong ucapan Tanaka.

“Gue mohoー”

“Sekali enggak tetap enggak” Kali ini Ennoshita sedikit meninggikan suaranya.

Ia melewati Tanaka dan Noya yang masih duduk di lantai, mengabaikan wajah melas mereka berdua.

Mau ngajarin mereka itu bawaannya emosi, daripada nambah tua mending tolak aja. Ennoshita membutuhkan udara segar, jadi ia memutuskan untuk keluar kelas entah kemana yang penting gak di dekat kedua teman bodohnya.

Selama berjalan sambil merenung, Ennoshita mendapatkan sebuah berita besar setelah menguping pembicaraan kakak kelas gatau siapa namanya tapi rambutnya mencolok banget warna pink terus tinggi gitu. Ennoshita ini tipe murid yang percaya ucapan kakak kelas walaupun dia itu ga kenal siapa, jadi dia balik ke kelas sambil senyam-senyum. Ciwi-ciwi yang liat Ennoshita langsung kepincut, ga deng ntar Atsumu ada saingannya.

Sampe di kelas, dia ngeliat ada sobatnya berambut kuning ngejreng. "Buset, pagi-pagi udah nyepik anak kelasan gua. Pergi lu” Sapa ramah ala Ennoshita. “Berisik lu, kenalin cewe baru gue nih hehehe” Terushima memperkenalkan gadis yang dipeluknya.

“Bubar bubar. Bentar lagi bel, lu tokoh pembantu masuk kelas.”

Si cewe tanpa nama itu takut sama bapak ketua murid langsung aja masuk kelas. Terushima langsung cemberut liat ayang bebebnya pergi.

“Apasi lu, demen bat gangguin gue” ucap Terushima sewot.

“y” balas Enno.

“Gue tabok ya lo.”

“Gue mau nanya kebenaran sesuatu ni. Lu kan sumber informasi terpercaya gua.”

Jarang-jarang Ennoshita bilang secara langsung kalimat informasi terpercaya. Biasanya juga bodoamat kalo dia ngasih berita ter hot dan ter news dan ter up to date. Akibatnya muka Terushima jadi sumringah.

“Emang bener kalo nanti......”

🔸🔸🔸

"SHIROFUKUUUUUU!!!!!”

Yang merasa terpanggil langsung noleh. Kebiasaan Bokuto selalu bersemangat setiap saat, dimana pun dan kapan pun.

Bokuto cengar-cengir liat muka Shirofuku. “Pinjem catetan geografi, ekonomi, prancis, matematika, sunda juga, sekalian ppkn juga deh”

Mulut lagi ngunyah roti, tangan di sodorin ke Bokuto. Biasa, nagih bayaran.

Kebiasaan Bokuto kalo minjem buku selalu banyak, kudu ada syarat yang disetujui kedua belah pihak biar pas bukunya balik ga ada yang berubah, bakal dikembaliin kalo udah ditagih. Kalo masih gamau dikembaliin ya ancam dengan biaya.

“Seminggu satu buku 12k, lewat sehari nambah 3k. Lu minjem 6 buku jadi 72k, lewat sehari nambah 2k, potongan karena lu minjem lebih dari 3 buku.” ucap Shirofuku lantang dan jelas.

Bokuto langsung kicep, niatnya mau minjem selama 2 minggu. Tapi seminggu aja udah 72k, dua minggu berapa coba? Mana akhir-akhir ini dia sibuk ngurusin ternak lele, uang jajan habis karena beli pelet. Sungguh cobaan yang berat.

“Turunin dikit lah, kan akhir-akhir ini gue balikin tepat waktu ga kek dulu” Bokuto berharap dengan sungguh-sungguh.

“Yaudah gue turunin jadi 71,500 gimana?” tawar Shirofuku.

“MASA LU TURUNIN GOPEK DOANG.”

“Tck, banyak maunya lu. 70k.”

“turunin lah, gua mau minjem 2 minggu soalnya.”

“2 minggu 140k, turun lagi rugi gua Bok” tolak Shirofuku.

“2 minggu 130k ditambah permen milikkita satu.”

Shirofuku menggelengkan kepalanya alias menolak.

Tentu saja Bokuto tidak akan menyerah secepat itu. Apapun akan dia lakukan demi tujuannya tercapai. Panutan sekali Bokuto ini.

“2 minggu 130k ditambah permen milikkita satu dan permen kokopi satu.”

Masih keukeuh dengan pendiriannya Shirofuku tetap menolak. Wajah pantang menyerah masih terpampang di muka Bokuto, masih belom menyerah.

Meja di gebrakkan mengakibatkan seisi kelas melirik mereka berdua. Pelaku penggebrakan meja tentu saja tangan kekar milik Bokuto. Mereka berdua terlalu fokus sampai mengabaikan tatapan anak lain.

Tawar-menawar antara Shirofuku dan Bokuto masih berlangsung dengan buku catatan atas nama Shirofuku Yukie sebagai barang yang ditawarkan. Keringat Bokuto mulai bercucuran mulai dari pelipis hingga menetes ke meja. Namun semangat pantang menyerahnya belum juga sirna.

Mata Bokuto mulai melotot penuh semangat, “2 minggu 130k ditambah permen milikkita satu, permen kokopi satu, telur gulung satu.”

Kali ini pendirian Shirofuku hampir goyah karena ia menimbang tambahan makanan yang ditawarkan. Sayangnya tetap gagal.

Kelas 3 IPS 2 seketika sunyi, semuanya pada fokus nontonin Bokuto sama Shirofuku tawar-menawar. Penasaran siapa yang akan menang kali ini.

Bokuto menghirup napas cukup dalam lalu menghembuskannya. “2 minggu 120k ditambah es krim aise jagung dua sama nanas satu, tanpa perpanjangan waktu.”

“Deal” Shirofuku pun menyetujui pembayaran sewa buku, sungguh bayaran Bokuto sangat menggoda. Siapa yang berani menolak mendapatkan es krim gratis? Malah dapat 3. Yang pasti bukan Shirofuku.

Mereka berdua pun berjabat tangan, tanda saling setuju. Bokuto mendapatkan semua buku yang mau dia pinjam, Shirofuku lanjut makan roti ketiganya, dan kelas menjadi rame seperti sedia kala.

Terus siapa yang menang? Itung aja sendiri.

🔸🔸🔸

“Iw-”

“Apaan?”

“Fast respon sekali.”

“Gece mau ngomong apaan lu?”


“Percaya gak percaya, ujian nanti bakal online kerjain di rumah

“Serius lu?”

“Katanya Makki gitu. Gatau dia dapet info darimana.”

“Paling ngegoda kepsek tu anak.”

“Heh! Lu bedua gibahin gua ya?”

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
tbc


hai?


mari kita kembali ke titik paling awal



SMA HaikyuuWhere stories live. Discover now