Bagian 10 - Pamannya Ruli

1.1K 204 9
                                    

Sementara itu ....

Ruli baru sampai di rumahnya yang berada di lereng bukit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruli baru sampai di rumahnya yang berada di lereng bukit. Sebelum mencapai tempat itu, ia harus mendaki jalan beton kecil dengan kemiringan lebih dari empat puluh derajat sepanjang dua ratus meter dari jalan raya, yang mengarah menuju pasar Sukamara. Rumah itu cukup sederhana seperti di pedesaan lainnya. Uniknya, rumah itu adalah satu-satunya yang berdinding kayu. Sementara rumah tetangganya rata-rata berdinding tembok, saling berjauhan, menyebar kurang lebih dua puluh sampai lima puluh meter dari rumahnya sendiri.

Di sekeliling rumah dipenuhi dengan hutan yang lebat dan luas. Namun halaman belakang rumahnya terbilang cukup luas, seolah mencoba melawan ratusan pepohonan yang tampak mengepungnya. Dan di tempat itu pula, seorang lelaki paruh baya berambut gondrong dan panjang sedang mencoba memberi sepiring makanan untuk seekor kucing jantan kesayangannya.

"Om, kucing itu jangan dipaksa makan. Dia masih belum lapar," sahut Ruli lebih dulu, berjalan menghampiri orang paruh baya itu, satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Sang paman pun berdiri menghadap Ruli, memegang sepiring ikan bakar utuh. "Lah, ini sudah enam jam dia belum makan. Hanya air saja yang habis."

"Kalau begitu tambahkan air lagi." Ruli langsung mengambil piring yang dipegang paman. "Ini ikan dari mana?"

"Tadi ada tetangga yang datang, bawa oleh-oleh ikan bakar. Masih ada banyak di dapur." Ia menunjuk piring yang ia pegang sendiri. "Nah, kalau yang ini khusus buat kucing."

Ruli mengamati kucing jantan itu. Sudah tiga tahun terakhir kucing itu hanya mengurung di sekitar rumah. Dulunya, kucing itu selalu saja berkeliaran masuk ke dalam hutan lalu membawa pulang daging hasil buruan, seperti tikus, tupai, burung, bahkan anak kelinci. Kadang Ruli berpikir, apakah peliharaan orang itu benar-benar kucing? Binatang itu lebih doyan memakan daging, tidak seperti kucing kebanyakan.

Biasanya, ketika paman masih memiliki seekor kucing betina dan satu kucing kecilnya, hasil buruan dari kucing jantan itu selalu habis disantap oleh mereka. Sayangnya, keduanya sudah hilang dan tidak pernah ditemukan.

"Kasihan dia. Istri dan anak kucing itu sudah tidak ada. Dia ternyata bisa merasa galau juga," sahut paman Ruli. Agak aneh istilah pasangan hidup dari kalangan binatang disebut seperti istilah dari pasangan manusia.

"Kita bisa cari kucing baru buat jadi pasangannya." Ruli pun memberi saran.

"Dia tidak akan mau. Keinginannya hanya satu, istri dan anaknya yang lama. Itu saja. Kucing ini sangat setia sama mereka. Tahu sendiri, 'kan? Sudah bertahun-tahun mereka hidup bersama. Ketika mendadak istri dan anaknya hilang, dia jadi sedih dan merasa kehilangan. Melepas mereka, melupakan mereka, bukan hal yang mudah bagi kucing malang ini."

"Terus kalau om sendiri bagaimana? Sudah lama sekali om kehilangan istri sejak pindah kesini."

"Dan pikirkan juga bapak ibumu, Rul." sanggah paman. "Aku sih tidak masalah sama istriku. Omong dia pergi ke Taiwan buat kerja. Tapi sudah bertahun-tahun dia tidak pulang-pulang. Sedangkan bapak-ibumu kabarnya diculik tapi sampai sekarang tidak ketemu juga, iya 'kan?"

Didi(k) Ada Apa Denganmu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang