Rewrite The Stars_19

560 166 57
                                    

Full Qori dan Anastasia, siapkan hati kalian. Feel free to promote, kalau menurut kalian cerita ini worth it untuk dipublikasikan.

((Play Mulmed))

..

Usianya baru saja tujuh belas tahun. Mungkin ini adalah hadiah terindah yang pernah Anastasia dapatkan selama ia hidup. Bahaginya tidak terkira walaupun rasa canggung masih menghinggapi hati.

Qori Al Kautsar. Pemuda itu terlihat akrab sekali dengan Kakek dan Pak Marwan. Bahkan ketika Andrean menyela untuk bertanya di mana dia bisa beli bermacam jaket anak muda kekinian, Qori dengan sabar akan meladeni. Belum ada satu jam Qori bercengkrama dengan Keluarga Anastasia, pemuda itu harus meninggalkan si adek kelas sekali lagi.

Tapi Anastasia tidak sedih, dia justru senang.

Qori menunaikan shalat maghrib di masjid ponpes bersama para santri. Anastasia yang memang tidak menjalankan shalat menunggu di teras rumah Kakeknya. Walaupun ia tidak melihat langsung seperti apa Qori menjalankan ibadahnya, berada di mana posisinya, apa yang dilakukan sampai adzan isya' tidak juga kembali, gadis itu yakin kalau menghilangnya Qori pasti karena Kakek yang ingin tahu lebih dalam seperti apa Qori.

Kata Nenek –dengan sejuta pujian teruntuk kakak kelas Anastasia tersebut, Kakek menyukai Qori karena mengingatkan pada masa-masa Ayah Anastasia muda dulu. Tidak ada rupa yang mirip sama sekali, tapi diri Qori seperti memanggil memori pria lansia tersebut untuk mengenang betapa menyenangkan berdiskusi dengan anak satu-satunya di mana digantungkan asa masa depan. Meski mereka semua tahu kalau pemuda jaman old yang dibicarakan itu telah pergi selamanya di usia muda, bahkan lebih cepat dipanggil Tuhan dibandingkan dua orang tua yang membesarkan.

Kalau dipikir lagi, mungkin itu yang kini berusaha Anastasia mengerti, bahwa ia tertarik dengan Qori karena ada magnet di dalam pemuda itu yang sangat Anastasia sukai. Ketaatan Qori, keimanan yang selalu terpancar tanpa pemuda itu berusaha untuk memamerkannya. Jiwa kebapakan yang ingin Anastasia temukan sebagai pengganti sosok Ayah.

Gadis itu berpikir sampai sejauh itu karena ia mengingkari bahwa alasan bahagianya saat ini bukan semata karena sosok Ayah dalam Qori yang diutarakan Nenek tadi, namun lebih pada rasa suka karena meski berbeda, Qori seperti memberi jaminan bahwa ketika Anastasia bersamanya, semua akan terasa baik-baik saja. Dunianya menjadi lebih terbuka, terhubung pada kebahagiaan yang kadang menghilang begitu saja ketika kenyataan menamparnya lebih keras soal kondisi kesehatan Mamanya.

Menjadi Mantan Ketua Rohis di sekolah, menunaikan shalat bahkan ketika mereka sedang pergi di tempat umum. Dan kini menyempatkan waktu untuk meladeni para dewasa di sini. Dari semua sikap Qori yang tidak berlebihan, bagian mana yang Anastasia tidak sukai?

Jawabnya tidak ada.

Anastasia tahu jika perbedaan dirinya dan Qori sangat prinsipil. Sama-sama menjaga keyakinan Tuhan dalam hati, menjadi anak baik-baik supaya mendapatkan pendamping yang baik. Menjadi Si Sulung yang akan bertanggung jawab melindungi keluarga –yah meski itu masih terlalu jauh untuk remaja yang berusia belum genap berkepala dua, namun bibit-bibit itu telah nampak di setiap ucapan Qori. Pun dengan Anastasia yang jarang sekali mau membuka isi pemikirannya dengan sembarang orang.

Kata Kakek, kalau tidak mau orang lain masuk ke dalam hidupmu, maka jadikan orang tersebut bukan lagi orang lain di dalam hidupmu. Kiranya kalimat yang disampaikan ketika mereka bersama di dalam perjalanan menuju rumah tadi membuat Anastasia berpikir, apa ada yang direncanakan Kakek?

Apa itu berhubungan dengan kakak kelasnya tersebut?

Entahlah.

Bermonolog dengan pikirannya sendiri, kini Anastasia tidak sadar ketika kakak kelasnya itu menghampiri dirinya menuju teras, senyum ia berikan tanpa sengaja.

Them - A Short StoriesWhere stories live. Discover now