Sang Kyai 79

525 12 0
                                    


Lanjutan kisah murid TQNS...
.
.
.
[Shofwan Hilal]

Beberapa bulan lalu, ba’da Shalat Magrib dan Selesai Dzikir Pondasi, saya dapat sms dari Abang saya, dan disuruh kerumahnya,,, ternyata mau minta tolong, adik iparnya lari dari mobil, saat mau dibawa berobat, adik iparnya itu udah stres menjurus ndak waras lagi. “Wah,,, Bang,,, sayo ndak bisa apa-apa, gimana mau nyari orang ilang, lah kita di Jambi, mereka di jawa, ya mana bisa saya bantu,,,” ujar saya. “Alah,,,Udah lah jangan banyak cerito, pokoknya kamu coba dulu liatin di mana tu adek ipar,,,” kata abang saya. “Tapi,,,” kata saya. “Kamu mau bantu abang apa ndak,,,??!!” katanya dengan nada marah dan mata melotot. “Waduh,,, ampun bang,,, sayo cubo dulu yo, bener atau ndak sayo pasrah,,,” kata saya.

Saat itu kami duduk di kursi meja makan. Lalu saya berpasrah pada Alloh SWT, memohon izin dan keridhoan-Nya, dan Dzikir dan menuliskan Lafadz Alloh di dada, saat itu saya ndak memejamkan mata.

Lalu perlahan ada tampak suasana kegelapan yang berubah terang, seperti asap tertiup angin, dan tampak ada masjid tua yang di depannya ntah seperti pohon melinjo atau nangka, kurang jelas pohonnya, dan saya liat di dalam masjid itu ada dia, adik ipar abang saya itu, sedang selonjoran di dinding dan di kanannya ada tas bulat kecil. Lalu saya bilang sama abang, “cari masjid tua yang ada pohon satu, mungkin pohon melinjo,,,” lalu abang saya sms paman yang mencari orang itu.

Lalu lebih kurang 10 menit dapat sms lagi, ternyata masjid itu dekat dengan mereka, dan udah nanya orang sana, ternyata tadi magrib ada dia, tapi udah jalan keluar dan ndak tau kemana. Lalu saya diam lagi, dan diberi penglihatan lagi, ternyata dia sedang jalan. Saya lalu suruh Abang sms, “Keluar dari masjid itu pergi ke jalan besar, lalu nanti ada gedung besar, dan di sebrang gedung itu ada halte bus yang di belakang halte itu ada pohon rindang, putar haluan maju dari jalan itu menuju halte, dia jalan di situ dan ada 2 orang yang mengikutinya, mungkin mau merampok dia…”

Agak lama, ada sms lagi,.. Ternyata mereka dah ketemu 2 orang itu, pas mau ditanyain, malah larì. Dan ternyata masih belum ketemu… Dan jam udah jam 11 lewat, tapi belum ketemu, dan mereka udah jalan jauh…

Trus saya bilang, “Gini aja, saya giring dia dari sini menuju masjid tadi, dan akan saya paku kakinya agar tetap di masjid itu,” lalu abang saya sms gitu pada mereka.

Lalu saya konsentrasi, Dzikir Hati, tuliskan Lafadz Alloh di dada dan berdo’a pada Alloh SWT agar dia dibawa ke Masjid Tua tadi, dan saat itu juga saya diberi penglihatan dia ada dalam Masjid itu. Lalu dalam hayal saya, saya pegang kaki kanannya, dan saya paku, dibuat dia tak mampu menggerakkan kakinya, hingga tak bisa jalan.

Sekitar 15 menit, ada sms.

Alhamdulillah. Dia udah ditemukan di Masjid itu dan ndak bisa jalan. Lalu saya tiupkan telapak tangan saya, dan saya hayalkan mengusap kakinya agar sehat kembali.

Dan ada sms lagi, dia udah bisa jalan, dan udah dalam mobil, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke tempat perobatan stres, dan mereka sms lagì, ternyata bersama mereka ada polisi dan dukun, dan polisi dan dukun itu msalut dan mereka memuji saya, dari jarak begitu jauh, ternyata bisa ditemukan, malah bisa digiring dan dibawa ke masjid tadi, dan Abang saya memuji-muji saya hingga berlebihan, dan saya merasakan jadi bangga. Lalu saya pulang ke rumah Emak, ternyata udah jam 1 lewat, dan saya terlewat sholat isya nya, lalu saya ambil wudhu mau sholat, nah, saat saya wudhu, dada sesak, tiba-tiba saya menangis sesenggukan, saya jadi bingung, lalu saya sholat isya, dan ndak khusyu’, karena memikirkan kejadian tadi.

Selesai sholat dan Dzikir, saya berdo’a, dan saat berdo’a, tiba-tiba saya ada perasaan (kata-kata), kalau saya udah sombong dan riya. Lalu saya menangis sejadi-jadinya, menyesali akan kejadian tadi, dan saya berdo’a dan memohon ampun pada Alloh SWT, “bila kejadian-kejadian tadi membuat saya riya’ dan ujub sombong dan tinggi hati, maka hilangkanlah ilmu-ilmu itu dari saya, karena saya masih belum mampu memegang amanah…”

Penguasa Alam GhaibWhere stories live. Discover now