Bagian 4

1.2K 180 6
                                    

Bagian 4

(Siang itu, aku menemukan sepasang mata yang menatapku dengan rasa lain)


Kebetulan hari ini hari minggu. Dan sore hari nanti adalah hari ulang tahun tuan Lee. mendengar teriakan Jooheon yang meminta Changkyun untuk memikirkan kado untuk ayahnya. Changkyun memikirkan sebuah kue manis. Ayah mertuanya sudah lama tidak makan manis karena permasalahan pada kadar glukosanya yang sering naik turun. Jadi di hari istimewa ini, Changkyun ingin memberi apresiasi untuk tuan Lee dengan memakan kue manis kesukaannya.

Meskipun dalam keseharian mereka tidak pernah akur sebab Jooheon yang selalu mencari masalah. Tapi demi tuan Lee, mereka harus menjadi tim yang baik.

Jooheon mendorong troli yang sudah berisi beberapa bahan belanjaan, sedangkan Changkyun berjalan di depannya. Tampak sibuk dengan sticky note yang entah berisi apa. Karena Jooheon penasaran. Pria itu mengintip diam-diam tanpa sepengetahuan Changkyun. Sadar wajah mereka jadi sangat dekat. Changkyun yang baru menyadari kehadiran Jooheon secara reflek memukul kepala suaminya.

"SEDANG APA!?" teriakan Changkyun segera dibungkam Jooheon. Teriakan itu berhasil membuat mereka menjadi pusat perhatian. Jooheon menunduk mengucapkan maaf kepada pengunjung supermarket yang mungkin terganggu.

"Astaga mulutmu itu" gerutu Jooheon.

"Kau ini tidak sopan kenapa tiba-tiba mendekatiku, dasar gila!" Changkyun kesal setengah mati dengan kejadian barusan. Jantungnya seperti jatuh ke perut mendapati wajah Jooheon jadi sedekat itu.

"Aku hanya ingin lihat catatanmu, barangkali kau menulis racun sebagai bahan makanan untuk ayahku" kilah Jooheon. Ia tahu itu alasan paling bodoh yang pernah ia buat.

"Aku tidak segila itu, otakmu saja yang bermasalah. Jika pun aku membeli racun, itu pasti untukmu bukan untuk ayah!" Jooheon menekuk bibir dan mengangguk. Changkyun yang hanya jahat dimulut saja. Jika memang berniat meracun Jooheon kenapa tidak dari dulu saja.

Changkyun menghentikan langkahnya ketik menyaksikan sebuah piring berbentuk setengah hati berwarna abu-abu bertengger manis di dalam etalase. Ada setengah pasangannya juga yang dijual terpisah. Jika kedua piring itu disatukan, mereka akan membentuk hati utuh.

"Kau mau itu?" Jooheon mengikuti arah pandang Changkyun yang jatuh tepat pada objek piring keramik di dalam etalase bagian peralatan rumah tangga.

"Mereka diproses secara terpisah tapi ketika disatukan bisa menjadi sangat serasi" tutur Changkyun masih dalam ketakjubannya.

"Jooheon-ssi.." Changkyun menoleh. Untuk sejenak, Jooheon tertegun memandang hidung dan mata indah seseorang di depannya

"Ya?"

"Apa kau pikir piring-piring itu memang ditakdirkan saling melengkapi?" Changkyun terkekeh geli mendengar hipotesanya sendiri yang terasa tidak jelas. Kemudian melanjutkan langkahnya untuk mencari bahan akhir yang dibutuhkan.

0oo0

"Oh?" Changkyun memegang dengan hati-hati saat mendapati benda berat yang masih dilapisi kardus. Ia yakin tadi tidak memasukkan benda itu ke dalam troli. Tapi kenapa tiba-tiba ada di dalam kantong belanjaan miliknya?

"Apa ini tercampur dengan belanjaan orang? Biar aku buka isinya" Changkyun membuka dari ujung agar kemasan tidak rusak. Betapa terkejutnya ketika dua pasang piring yang tadi ia lihat di dalam etalase kini sudah berada dalam genggamannya.

"Aku yang membeli itu. Jika tidak mau ya buang saja" Jooheon datang tiba-tiba untuk mengambil air dingin di dalam lemari es. Antusias Changkyun menghilang mengingat piring itu dibeli oleh musuh bebuyutannya.

"Kebiasaan sombongmu itu benar benar!" Jooheon mengangkat bahu. Meneguk satu botol air mineral dingin. Kemudian mengambil posisi berdiri di samping Changkyun.

"Apa yang akan kau buat untuk ayah?"

"Aku membuat layer cake coklat untuk ayah. Ini semacam apresiasi setelah ayah melakukan diet gula selama ini. Bagaimana?" Jooheon tampak berpikir sejenak. Kemudian mengangguk setuju. Sebenarnya Jooheon sudah menyiapkan hadiah sendiri. Sebuah jam tangan yang diyakini akan diterima sang ayah dengan antusias. Karena ayahnya termasuk kolektor jam tangan sejak dahulu.

"Karena hari ini kita adalah tim. Jadi biarkan aku membantumu" Changkyun tidak ada alasan untuk menolak bantuan yang diajukan Jooheon. Memang rutinitas mereka seperti sebuah sandiwara yang alamiah.

"Tuangkan tepung ke dalam wadah, sekaligus kuning telur, dan margarin" Jooheon mengikuti instruksi yang diberikan Changkyun.

"YA! Lee Jooheon jangan banyak gaya!" Changkyun berlari untuk menyelamatkan tepungnya yang hampir saja tumpah karena gaya Jooheon yang berlebihan meniru chef profesional di acara memasak pada akhir pekan.

Dengan polosnya Jooheon menabur sejumput tepung ke wajah manis Changkyun. Membuat pemuda itu memejamkan mata secara reflek karena terkejut.

"Changkyun-ah, kau terlihat seperti badut" kekehan khas Jooheon yang seperti kakek-kakek memang terdengar menyebalkan. Tapi disaat bersamaan terasa renyah dan hangat. Changkyun suka. Suka dan berharap diam-diam momen seperti ini tidak terjadi hanya karena tuan Lee. Tapi karena kemauan Jooheon sendiri.

"Rasakan pembalasanku Jooheon jelek" Changkyun melempar segenggam tepung membuat rambut Jooheon berubah jadi putih setengahnya. Mata sipitnya menghilang karena tepung itu juga mengotori sebagian wajah tampannya.

"Ho ho ho, apa aku sudah mirip santa clause?" Jooheon rupanya belum selesai bermain. Membiarkan rambutnya tetap putih, Jooheon menempelkan selembar sawi di antara hidung dan mulutnya. Membentuk kumis yang membuat Changkyun tertawa lepas. Ya, Jooheon mirip seperti santa clause dengan didukung suara beratnya yang dibuat-buat.

"Kau lebih mirip setan halloween tahu?"

"Oh ya? Setan halloween tidak bisa mengabulkan permintaanmu anak muda. Sedangkan aku bisa." Changkyun ikut larut dalam permainan yang diciptakan suami pura-puranya itu.

"Benarkah?"

"Ya, cepat minta sesuatu sebelum jam kerja ku habis" Jooheon berdiri menghadap tepat ke arah Changkyun yang baru saja selesai memasukkan kue di dalam oven.

Dengan gerakan berpikir Changkyun menarik nafas dalam. Menjentikkan jarinya, kemudian mengangguk-angguk. Manis.

Sadar akan tatapan Jooheon yang berubah. Changkyun memundurkan badannya. Tatapan yang selama ini tidak pernah didapat, kecuali tatapan benci dan tidak diinginkan kehadirannya.

"Changkyun...." Jooheon tahu ini gila. Sangat gila. Saat matanya tidak mau mengalihkan pandangan dari pemuda menawan yang selama 1 tahun terakhir tidak disadari betapa manis dan indahnya. Ia nyaris frustasi dan mungkin terlihat bodoh sekarang.

"Permintaanku, bisakah kau menjauh?"

-tbc-

with love,

ave

HEALING (JooKyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang