Bagian 17

2.2K 172 41
                                    

Bagian 17

Waktu terbang begitu cepat. Jooheon sudah tidak lagi menerima dongeng sebelum tidur ketika malam. Tidak lagi mendapat hadiah atas keberhasilannya bangun pagi untuk sekolah. Meski hadiah itu hanya sebuah permen jahe yang dibeli kakaknya. Tapi entah, apapun hal atau sesuatu yang diberikan Minhyuk, terasa sangat berarti untuknya.

Jooheon selalu sedih atas waktu yang telah berlalu. Ia tidak ingin jadi sosok dewasa untuk kakaknya. Jooheon selalu ingin jadi adik kecil yang dipeluk Minhyuk. Ditenangkan ketika gundah. Dan ditemani tidur setelah ia tidak sengaja melihat tayangan horor di televisi.

Ayah dan ibu selalu memberikan perhatian lebih bukan karena Jooheon anak hebat. Itu semua dilakukan sebab Jooheon selalu bermasalah dengan sikapnya yang terlalu nakal. Untuk anak lain, mungkin itu terasa memuakkan. Saat saudara mendapat perhatian lebih banyak sementara kita tersisihkan.

Namun Minhyuk tidak pernah melakukan itu. Ia tidak pernah membenci Jooheon atas seluruh perhatian yang didapat adiknya. Minhyuk malah ikut melakukan hal yang sama seperti orang tua mereka. Memberi Jooheon perhatian lebih banyak lagi.

Minhyuk terasa semakin jauh untuk Jooheon terhitung ketika ibu meninggal. Minhyuk jadi sering diam. Jooheon benci Minhyuk yang seperti itu. Lalu ia tahu, bahwa Minhyuk hanya berusaha menjadi lebih baik agar ayah yang tersisa menjadi bangga. Poros kebahagiaan Minhyuk hanya perasaan ayahnya, satu-satunya yang dimiliki sekarang.

Sampai mengabaikan rasa cintanya pada Changkyun. Merelakan Changkyun menikah dengan Jooheon karena ayah ingin seperti itu. Jooheon tidak suka kakaknya yang selalu mengalah padahal hatinya terluka.

Di hari pernikahannya dulu, Jooheon tidak sengaja melihat Minhyuk menangis memandang saat Changkyun yang tersenyum dari kejauhan. Hatinya sakit, ia merasa jadi adik tidak berguna. Merebut apapun milik kakaknya.

Awalnya, Jooheon pikir menghadapi Changkyun itu sangat mudah. Ia hanya perlu mencari gara-gara agar Changkyun pergi, dan Minhyuk bisa memiliki. Tapi Changkyun tidak sesederhana itu. Changkyun berbeda. Ia sangat kuat dan menawan sekaligus dalam satu waktu yang sama. Pesonanya luar biasa. Jooheon sekarang tahu, apa yang membuat Minhyuk mencintainya.

Setelah apa yang ia perbuat, Minhyuk bahkan masih mau mengurusnya yang sekarat obat penenang. Jika kakaknya itu tidak baik hati, pastilah Minhyuk membiarkan Jooheon mati. Toh, selama ini Jooheon selalu mempersulit langkahnya. Meskipun akhirnya di suatu hari ia harus bangun dan mendapati Changkyun memeluk Minhyuk. Jooheon tidak apa, sungguh. Ia ingin setidaknya memberi Minhyuk dunia kecil yang selama ini selalu ia rampas. Dunia kecil Minhyuk adalah Im Changkyun, seseorang yang juga dicintainya.

Untuk malam ini, Jooheon belajar satu hal. Bahwa ikatan saudara tidak bisa diukur dari perselisihan yang ada. Terima atau tidak, darah mereka dialiri satu kesatuan yang sama. Jadi Jooheon dengan dewasa dan lantang, ingin meminta Changkyun kembali pada Minhyuk. Tanpa mengurangi rasa hormatnya sedikitpun sebagai seorang adik.

Dalam beberapa saat, kedua kakak adik itu hanya saling diam dan melempar tatapan tajam. Sampai akhirnya Jooheon mengubah raut wajah menjadi sendu.

Minhyuk seperti melihat Jooheon kecil tengah berdiri di hadapannya sekarang. Adik kecil yang dirindukannya, bukan jelmaan iblis arogan yang membuat sakit kepala.

"Hyung" Jooheon memeluk Minhyuk begitu erat. Kebiasaan yang akhir-akhir ini terlupa sebab konflik batin yang sedang mereka hadapi dan semakin runyam.

"Aku merindukanmu, hyung" Minhyuk hampir akan menangis. Mereka selalu bertemu, tapi tidak pernah benar-benar saling membutuhkan seperti dulu.

"Hyung pun" meski ini canggung. Tapi mereka harus merobohkan rasa itu untuk mendapat kehangatan hubungan mereka kembali setelah beberapa tahun.

HEALING (JooKyun)Where stories live. Discover now