Ternyata, air itu adalah....

1.9K 252 10
                                    

Tubuhku sakit semua.

Itu yang pertama kali kurasakan begitu membuka mata. Tulangku sakit, otot sangat nyeri, dan aku susah bergerak.

Apa yang terjadi?

Aku lalu berusaha keras mengingat apa saja yang kualami seharian ini.

Lalu....

Memecahkan telur. Tersiram air panas. Jatuh terpeleset telur. Jatuh terjungkal sofa. Dan terakhir... Jatuh karena sudah tidak kuat menahan mual dan pening yang baru pertama kali kurasakan.

Kenapa hari ini aku harus sial, si?

Apa keadaanku sekarang belum cukup untuk dikatalan sial?

Tiba-tiba, tangan kiriku sangat panas. Tangan kananku meraba pergelangan sebelah kiri. Kulit jariku menyentuh kain tebal semacam kasa dingin, tapi tetap saja kulitku melepuh.

Eh? Siapa yang membalutnya dengan perban, ya?

Apakah Jongin?

"Jongin?" suaraku mengalun. Sangat serak dan tenggorokanku sangat sakit. "Jongin?" aku mengulangnya.

Tapi, aku tak mendengar sahutan apapun.

Apa ini sudah malam? Suasananya sudah berbeda. Kemungkinan besar memang Kim Jongin sudah pulang.

Aku berencana duduk, tapi punggungku sangat kaku. Aku hanya berakhir menghela napas dan berusaha meraba nakas.

Dapat!

Aku menggenggam ponsel, yang masih utuh. Apa Jongin sudah memperbaikinya?

"Kai, jam berapa sekarang?" tanyaku kepada Kai, yang sedikit menempel di bibirku.

Tapi, Kai bergetar. Menandakan aku mengucapkan tanda pengenal yang salah. Ponsel siapa ini?

"Shi Xun, jam berapa sekarang?"

"Sekarang pukul tiga dini hari." Kata si ponsel.

Oh, jadi ini ponsel Jongin? Teksturnya sama, jadi aku tidak bisa membedakan mana milikku, dan mana milik Jongin. Cara mengenalinya adalah kode pengenal.

Kai untuk ponselku, dan Shi Xun untuk ponselnya.

Berarti, Jongin memang sudah pulang? Di mana dia sekarang? Apa tidur di kamarnya?

"Shi Xun, di ma--"

"Nnnnggggg!"

Aku mendengar suara Jongin sedang menggeliat. Kepalaku menoleh ke kanan, karena suaranya berasal dari arah kanan.

"Jongin? Kau kah itu?"

"Hhngg?" Jongin menguap lebih dulu. "Kau sudah bangun?" suara seraknya semakin mendekat.

Tanganku menggerayangi udara agar Jongin membantuku duduk.

Hap!

Jongin menangkap jemariku dan sedikit menarik tubuhku agar aku duduk bersandar di kepala ranjang.

Sekali lagi aku mendengar Jongin menguap.

"Jongin, apa yang terjadi?" tanyaku, tanpa melepaskan tangannya agar dia tidak pergi.

"Aku yang harus bertanya begitu kan, Sehun?" suaranya sangat rendah.

Aku mencibir.

"Kau menggendongku ke sini?"

"Tentu saja? Siapa lagi yang kuat menggendong bayi besar sepertimu, huh?"

Aku menyubit tangannya dan dia mengaduh.

3 Countries 1 Love [END] [COMPLETE] ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt