Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi

Bab 1: Papi

78.7K 8.1K 2K
                                    


"Mami!" teriak anak balita laki-laki itu sambil menghampiri ... Aundy.

Langkah Argan terhenti. Selanjutnya, ia melihat Aundy membungkuk untuk memegang dua sisi wajah anak balita yang menggemaskan itu dan mencium kedua pipinya. Tidak lama, seorang pria datang. Pria itu mengenakan kemeja batik yang sama dengan yang Argan kenakan saat ini, pria yang tidak asing, pria yang jelas-jelas Argan kenali, Ajil.

Ajil datang menghampiri Aundy, mengambil anak laki-laki itu dan menggendongnya. Lalu ... mereka melangkah bersama, menjauh, sementara Argan masih diam di tempatnya.

Apakah ini jawabannya? Artinya, Argan harus berhenti sampai di sini? Seharusnya, sekarang juga Argan berbalik, lalu melangkah menjauh dari sana sebelum Aundy dan Ajil menyadari keberadaannya—yang menyedihkan ini, kemudian mereka menertawakannya.

Ah, tidak baik membayangkan hal itu. Karena, jika itu terjadi, Argan tidak akan segan menjadikan panggung kedua mempelai menjadi ring tinju untuk memukuli Ajil.

Sialan. Mengapa ia merasa dikhianati? Padahal jelas-jelas mereka sudah berpisah sangat lama.

Argan baru saja akan berbalik ketika Ajil tiba-tiba menghampirinya, menggendong bocah kecil itu juga. Pria itu mau pamer berhasil beranak-pinak dengan Aundy tanpa sepengetahuannya atau bagaimana?

"Gan? Gila, gue pikir bukan lo." Ajil keheranan. "Apa kabar?" Satu tangannya yang bebas merangkul Argan, menepuk-nepuk punggungnya. "Udah ketemu Aundy belum?"

Bini lo maksudnya, ha?!

"Eh, kenalan sama ...." Ajil menyodorkan tangan mungil anaknya pada Argan. "Mau dipanggil Om atau Papi, nih?" Ajil tertawa. "Keanu, ini Papi." Ajil terkikik geli.

Samar-samar Keanu menggumam. "Papi." Seraya menggigit potongan buah melon yang digenggamnya.

Argan mengulurkan tangannya, meraih tangan mungil anak laki-laki—yang harus ia akui—menggemaskan itu. "Siapa, nih?" pancingnya.

"Anak gue." Ajil tersenyum cerah, terlihat bangga saat mengenalkan anaknya. "Namanya Keanu."

"Oh. Hai, Keanu." Argan tersenyum sembari mengusap rambut Keanu.

"Sori, ya. Gue nggak ngabarin pas hari pernikahan." Ajil membenarkan letak kacamatanya. "Gue dan Hara menikah sebelum wisuda. Jadi kami—"

"Hara?" Argan mengernyit.

Ajil mengangguk. "Gue sama Hara menikah beberapa minggu sebelum acara wisuda, jadi nggak ada resepsi. Niatnya mau bikin resepsi setelah selesai wisuda. Eh, Hara keburu hamil, ya udah. Gue rasa daripada duit yang ada dipakai untuk resepsi, mending buat kebutuhan anak."

"Terus ... kenapa anak lo manggil Aundy Mami?"

"Sama Momo aja dia pengin dipanggil Mami, kok. Apalagi sama anak gue."

Argan menganga, lalu mengangguk-angguk mengerti. Tatapannya terarah pada Aundy yang kini sedang berdiri bersama Hara, memakai kebaya dan kain songket yang sama. Seharusnya Argan tidak perlu heran mengapa Ajil memakai batik seragam pernikahan, karena Ajil juga sempat menjadi salah satu bagian keluarga Aundy di hari pernikahan Mahesa dan Audra dulu, yang tiba-tiba menjadi hari pernikahannya. Memang, kalau sedang putus asa, pikiran buruk lebih mudah masuk ke kepala.

"Lo nggak nemuin Aundy?" ulang Ajil.

"Belum." Argan meraih Keanu, menggendongnya. Anak kecil itu menatapnya lekat-lekat, lalu mau menyuapi Argan dengan potongan melon yang dibawanya. Argan menggeleng lalu tersenyum. "Buat Keanu aja."

"Kenapa?"

Tadi sempat ada kiamat yang terjadi beberapa detik. Membayangkan Aundy punya anak dari pria lain membuat dunia Argan terguncang. "Ragu."

"Ragu?" Ajil terkekeh.

"Ya menurut lo aja, Aundy masih mau ngobrol sama gue?"

"Mungkin aja."

Jawaban Ajil malah membuat Argan pesimis.

"Coba aja dulu."

"Lo dukung gue ceritanya?"

"Nggak juga, sih." Ajil mengangkat bahu. "Cuma ... selama ini, dia sama sekali nggak punya hubungan baik, yang serius gitu, sama laki-laki. Menurut lo itu kenapa?"

"Jadi, Aundy masih sendiri?"

"Ya ... nggak juga, sih."

Gimana sih, kampret?! Argan berdecak.

"Ada laki-laki yang ... ya, bisa dibilang lagi deket sama dia akhir-akhir ini, tapi gue nggak tahu hubungan mereka sejauh apa."

"Oh, ya?" Argan memanjangkan lehernya. "Ada di sini laki-lakinya?"

"Belum datang kayaknya. Mungkin sebentar lagi."

"Kok lo tahu?" tanya Argan. "Dia mau datang?"

"Laki-laki itu sepupunya Hara. Hara yang ngenalin dia sama Aundy."

Argan mengangguk-angguk. "Oke, mungkin ini kedengaran jahat, tapi gue rasa, kalau laki-laki itu lajang, kayaknya bakal susah juga untuk ngedapetin Aundy." Sebelumnya Aundy pernah menikah, dan itu tidak akan mudah bagi Si Pria mengenalkan ke keluarganya, kan? Pintar Argan, ini sudah antagonis sekali kedengarannya.

"Dia duda. Cerai gara-gara istrinya lebih memilih karier. Belum punya anak pula."

Argan tertegun sebentar. "Oke. Cukup berat saingan gue sepertinya."

"Sangat berat. Karena Genta didukung oleh satu emak-emak yang sangat mendorong sahabatnya untuk move-on."

Oh, namanya Genta? "Emak-emak?"

"Hara." Ajil menunjuk Keanu. "Hara udah jadi emak-emak sekarang."

Dada Argan tiba-tiba seperti terbakar, ia merasa berapi-api. Mendadak ada semangat yang menyala di sana. Ia tahu, sekarang sudah tidak boleh lagi mengulur waktu. "Pinjam anak lo bentar, boleh?" tanya Argan.

Ajil mengernyit sesaat, tapi akhirnya mengangguk juga.

Argan berjalan menghampiri Aundy yang sekarang sedang berdiri sendirian di samping stan minuman. Ia mengambil segelas air lalu menatap sekeliling, sampai tatapannya bertemu dengan Argan yang kini berjalan ke arahnya.

"Keanu?" Argan membuat Keanu menatapnya. "Papi." Argan menatap Keanu sembari menunjuk dadanya sendiri.

"Papi," ulang Keanu.

"Anak pintar."Argan tersenyum saat menghampiri Aundy dengan Keanu yang masih berada di pangkuannya. "Hai, Dy?"

Aundy menelan ludahnya, lalu berdeham pelan. Tangannya menaruh gelas kosong ke meja di belakangnya. "Hai." Aundy berusaha terlihat tidak gugup, tapi gerakan tubuhnya sangat kentara bahwa ia tidak nyaman didekati oleh Argan. Aundy segera mengalihkan tatapannya pada Keanu sekarang. "Keanu, sama siapa?" goda Aundy seraya menyentuh pipi Keanu.

Keanu melihat Argan menunjuk dadanya. "Papi," jawab Keanu, membuat senyum Aundy pudar.

Sepertinya Argan berhasil mengingatkan Aundy, siapa pria yang ada di depannya sekarang.

***

Sequel Satu Atap : Garis TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang