Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir

Bab 2: Berjuang Lagi

46.8K 2.4K 238
                                    

Aundy memutar bola matanya saat Argan membuka pintu mobil. "Mau ke mana sih kita?" tanyanya. Mereka sudah berada di basement Colinette Mall sekarang. Panas sekali rasanya.

"Masuk dulu, bisa nggak?" tanya Argan seraya menggerakkan tangannya ke dalam mobil. "Dy?"

"Iya. Iya." Aundy menaikkan sedikit kain songketnya agar bisa mengangkat kaki untuk masuk ke mobil.

Argan menutup pintu, bergerak ke sisi lain dan ikut masuk ke mobil. Ia melirik Aundy sekilas sebelum mengeluarkan mobil dari parkiran. Sebelum bisa membawa Aundy keluar dari acara resepsi, ia harus melewati beberapa benteng pertahanan di dalam sana dengan alasan ingin membawa Aundy istirahat ke luar ballroom sebentar.

Pertama ia harus melewati izin Ibu, Mama, dan terakhir pasangan Audra-Mahesa yang ekspresinya seolah-olah menganggap Argan akan membawa kabur Aundy. "Dy, ingat ya. Jangan macam-macam! Jangan ngapa-ngapain!" ujar Audra seraya memberi lirikan mengancam pada Argan.

Namun, bukan sekadar alasan. Selama acara resepsi, Aundy tidak berhenti menyapa tamu. Ke sana-kemari menbar senyum. Pasti dia sangat lelah, dan butuh istirahat juga.

Selama perjalanan, Aundy bungkam. Beberapa kali Argan menanyakan hal tidak penting untuk mengecek ia tertidur atau tidak—karena wajahnya menoleh ke kiri sepanjang perjalanan, dan Aundy hanya membalasnya dengan gumaman atau jawaban-jawaban singkat.

Argan bisa kembali melihat wajah Aundy menatap lurus jalanan saat mobil mereka sudah melaju melewati gerbang kompleks Green Residence di kawasan Cijantung, Jakarta Timur.

"Gan, kita mau ngapain?" Aundy melirik rumah bernomor 38 di sampingnya yang lampu depannya sudah menyala. Hari sudah larut dan mereka masih punya banyak waktu sebelum acara resepsi selesai sampai malam hari.

"Kita ngobrol di dalam aja kayaknya, biar lebih enak." Argan turun dari mobil, diikuti Aundy.

Mereka memasuki rumah itu. Rumah bernomor 38 yang dulu mereka tinggalin. Dulu, setiap kali memasuki rumah itu rasanya hangat sekali, apalagi tahu bahwa Aundy ada di dalam menunggunya. Sekarang, rasanya malah sesak, tidak nyaman, karena semua kenangan berjejal memenuhi ruangan.

Rumah itu sudah tidak dihuni selama empat tahun, sejak mereka memutuskan untuk berpisah. Namun, Mbak Yati masih rutin datang ke sana setiap pagi hingga siang hari untuk merawatnya. Jadi, walaupun sudah lama sekali tidak ditempati, rumah itu tetap terlihat terawat.

Aundy memasuki rumah itu dengan tatapan berkeliling.

"Mbak Yati masih ke sini setiap hari," ujar Argan memberi tahu.

Aundy bergerak ke dalam, ke ruang makan dan pantry. Tangannya mengusap meja bar. Kalau tidak salah, Argan baru saja menangkap senyum singkat Aundy. "Masih sama," gumamnya.

Argan mengangguk. "Iya. Masih sama." Ia ikut tersenyum. "Sama sekali nggak ada yang berubah di sini."

"Aku pikir rumah ini udah ... kamu sewain gitu, ke orang lain."

Argan menggeleng. "Nggak. Nanti semua kenangan sama kamu hilang kalau ada orang lain yang tinggal di sini."

Aundy berbalik, menatap Argan yang berdiri di samping meja makan. Ia berdeham. "Jadi, kamu masih suka menginap di sini kalau lagi di Jakarta?" tanyanya, mengalihkan topik pembicaraan.

"Nggak." Argan melangkah menghampiri Aundy. "Ini pertama kalinya aku datang ke sini, setelah empat tahun pergi, setelah kamu juga pergi."

Aundy mengerjap, lalu mengalihkan tatapannya dari Argan. "Kenapa?"

"Tempat ini memang seharusnya menjadi tempat yang aku hindari selama aku berusaha lupain kamu, kan?" tanya Argan. "Memangnya kamu sama sekali nggak ngerasain apa-apa saat pertama kali masuk?" tanyanya lagi. "Meja makan, sofa, meja bar, tempat tidur, kamar mandi. Semuanya ada jejak yang pernah kita tinggalin deh kayak—"

icon lock

Tunjukkan dukunganmu kepada Citra Novy, dan lanjutkan membaca cerita ini

oleh Citra Novy
@cappuc_cino
Perpisahan Aundy dan Argan, seharusnya membuat mereka tidak perlu ber...
Buka akses bab cerita baru atau seluruh cerita. Yang mana pun itu, Koinmu untuk cerita yang kamu sukai dapat mendukung penulis secara finansial.

Cerita ini memiliki 29 bab yang tersisa

Lihat bagaimana Koin mendukung penulis favoritmu seperti @cappuc_cino.
Sequel Satu Atap : Garis TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang