"Tante Sunny, ayolah. Maapin Elysa yang imoet ini. Elysa janji gak bakalan bilang Kayla binal walaupun dia emang binal. Eh maksudnya Kayla gak binal. HUEEE, JANGAN APUS NAMA AING DARI DAFTAR KANDIDAT TANTEE!!" seru Elysa sambil sujud memohon ampun pada ponselnya yang masih tersambung dengan Sunny disana.
"Duh iya deh bacot banget kamu iyuw. Ini tante gak bisa lama-lama nelpon kamu, sayang. Tante cuman mau kamu sama Katjie Welston itu kerja sama. Tante gak bisa bantu kalian secara terang-terangan."
"HELAWWWW, TANTE! ELYSA GAK BACOT, HMMM. Tapi kok gitu tante? Emang nape dah tante gak bisa bantu? Tante buronan pelecehan anak laki di bawah umur ya? Eh mon maap tante Elysa gak bermaksud buat ngejulid tante secara langsung. Kan ini lewat telepon berarti julidnya secara gak langsung dong. WADIDAW, cucho meong ah!" kikik Elysa dan berhasil menyulut jiwa kesabaran hasil pertapa Sunny yang turun menurun sejak dahulu kala.
"Mulut kamu ya. Belum aja tante kucek pake soklin di depan emak bapakmu!"
Elysa kembali merutuki mulut kurang ajarnya yang nyerocos sesuka empedunya, "Maap lagi tante Sunny. Mulut Elysa emang gini dari sononya. Mungkin waktu Elysa lagi diproses, sperma bapak Elysa kecekek ekornya sendiri jadi gini deh hasilnya."
Sunny tertawa disana, "Ada-ada aja kamu. Semoga jodoh kamu tahan ya."
Baru saja Elysa akan mengaminkan perkataan Sunny, suara Sunny kembali terdengar, "Rajin beribadah dan beramal, sayangku. Jangan sampai jodohmu tikam lutut siang-malam hanya untuk minta digantiin jodohnya setelah liat kamu." dan panggilanpun terputus ditemani alunan tawa iblis milik Sunny.
Pembuluh darah Elysa mendidih, matanya melotot ganas, bibirnya bengkok kiri-kanan merapalkan mantra santet onlen yang dilapalnya dari gugel.
"Sabar Elysa, sabarrrr. Jangan ngirim bola api dulu kalo gak mau kualat dan kena azab kuburannya ditaikin kambing bu maenudin."
**
Seorang gadis cantik bersurai hazel memasuki pelataran sekolah dengan angkuh, kaki jenjangnya melangkah dengan mantap tanpa ada keraguan di sana.
Beberapa sapaan dari temannya terdengar membuat bibir merah alami gadis itu tertarik memberi senyum.
Senyum yang dulu sangat disukai oleh seorang Althan.
"Ave gimana kabar lo?" Sapa gadis yang Aveliany yakini adalah seorang penjilat kelas hiu.
Gadis itu berdiri di depan pintu seperti pelayan yang menyapa nyonya-nya. Hal itu membuat Aveliany mendengus sedikit, "Aku baik, bagaimana denganmu?" Senyum ramah mengakhiri pertanyaannya.
"Gue juga baik, btw gue mo nanya."
Aveliany mengangguk tak berminat dan memasuki kelas, diikuti oleh gadis dengan dandanan norak langganan guru BK itu.
"Lo itu beneran tunangannya Althan ya? Lo berdua udah berapa lama?" Tanyanya saat Aveliany sudah menduduki bangkunya.
Tepat seperti dugaan Aveliany, gadis norak berpakaian tidak senonoh itu sedang mengorek informasi darinya.
Tidak ada penjilat yang berbasa-basi hanya untuk menanyakan kabar.
Senyum sinis kali ini terukir di bibir Aveliany, "Ketimbang itu, apa kau sekarang ingin merebut posisiku?"
Gadis norak bernametag Rena itu mengangkat alisnya tinggi lalu berdecih tanpa sadar, raut wajahnya benar-benar mencela.
"Kenapa? Sudah sadar diri kalau kau tidak bisa merebutnya?" Tanya Aveliany lagi setelah sedikit jeda.
Merasa hal itu menohok hatinya, Rena menendang kaki meja, sehingga meja itu bergeser menghimpit perut Aveliany. "Apaan sih lo, belagu banget. Lo pikir lo itu udah secantik apa?! Palingan juga lo make badan lo buat dapetin Althan kan, ngaku aja lo!" Bola mata Rena memicing runcing, "Dasar lonte!" Lanjutnya.
YOU ARE READING
Prince School SEX with Bad Boy School [END]
RomanceWARNING! BL, MPREG, TOXIC RELATIONSHIP to BUCIN RELATIONSHIP. Gak suka? Gak usah baca. ** Karena sebuah tantangan, si berandalan sekolah harus bersetubuh dengan pangeran sekolah yang begitu diagung-agungkan dan harus melakukannya jika si pangeran t...