Chapter 2 - Big Girls Don't Cry

1.8K 229 25
                                    

~Happy Reading~

.

.

"It's time to be a big girl now
And big girls don't cry."

.

.

Jimin memandangi ponselnya dengan ekspresi gelisah. Sudah satu bulan lebih Jungkook belum menghubungi sama sekali. Belum ada kabarnya juga sampai sekarang. Tadi Jimin sudah kirim tiga puluh sms sekaligus. Entah benar-benar dibaca oleh Jungkook apa langsung masuk ke kotak sampah.

Dia kangen Jungkook. Kemana sih cowok itu?

Apa dia sudah dapat cewek baru di Thailand?

Jimin mencengkram ponselnya kuat-kuat sampai telapak tangannya jadi memerah. Cewek baru?! Awas saja!

Jungkook lagi praktek kerja lapangan di Bangkok. Sebelum berangkat, cowok itu memang berjanji mau menghubungi Jimin. Memang, awal-awalnya sih saling kontak. Tapi makin kesini... MANA?! Satu sms-pun belum dia terima. Apa Jungkook lupa? Apa dia terlalu keasikan jalan-jalan sendiri dengan Yoongi? Apa jangan-jangan mereka sedang menggoda cewek-cewek Thailand yang cantik?

AWAS SAJA!

"Mungkin dia sibuk. Woles dikit lah," ucap Taehyung.

Huh! Tenang, tenang. Mana bisa? Taehyung sih enak, punya pacar perhatian dan pasrah kayak Hoseok. Sampai-sampai Jimin lumer sendiri kalau dengar Taehyung menyombong soal kencan-kencan mereka di hari minggu. Lha dia? Tiap kali ketemu selalu...

Oh iya. Kapan ya terakhir kali mereka kencan romantis berdua? Kok Jimin lupa? Kayaknya itu ribuan tahun yang lalu.

"Gue nggak bisa tenang. Gue takut Jungkook digoda cewek-cewek ganjen di Thailand," sungut Jimin manyun total.

"Gue lebih takut hape lo yang remuk," telunjuk Taehyung mengarah ke ponsel Jimin.

"Masih mending kalau cewek ganjen, bagaimana kalau banci ganjen?" timpal Seokjin sama sekali tidak menghibur. "Banci itu lebih agresif lho daripada cewek."

"Ah masa?" Taehyung mencibir tak percaya. "Perasaan masih lebih agresif Jimin daripada banci Thailand?"

Jimin gondok luar biasa. Menyesal sudah curhat ke duo bakteri rusuh ini. Buang-buang waktu. Bukannya dihibur malah diledek habis-habisan.

"Gue nggak agresif!" bantah Jimin.

"Oh ya? Nggak agresif tapi terobsesi sama sms pacar. Itu apa namanya kalau bukan agresif?" komentar Seokjin tanpa perasaan.

Jimin gelagapan. Skak mat untuknya.

"Nggak agresif tapi kok ngekorin si Jungkook kemana-mana?" Seokjin nyengir.

"Nggak agresif tapi kok minta ditelpon terus setiap malam?" kata Taehyung ikut-ikutan.

"Nggak agresif tapi kok minta dikelonin terus setiap hari?" Seokjin makin mengompori.

"Stop! Stop!" pekik Jimin sambil tutup telinga. Astaga, dua orang ini kalau ngomong nggak pernah pakai perasaan.

"Jangan marah." Taehyung cengar-cengir menyebalkan. "Memang begitu kenyataannya."

"Ya," Seokjin mengangguk-angguk. "Jangan salahkan Jungkook kalau dia berubah. Menurut gue, Jungkook lagi kumat bosannya. Sebagai laki-laki wajar saja dia begitu."

Jimin mendengus.

"Hubungan kalian ada di titik jenuh. Jika diibaratkan dengan ulat hijau dan tanaman teh. Cinta kalian itu adalah ulat hijaunya, dan kebersamaan kalian adalah batang daun tehnya. Nah... posisi ulat hijaunya itu ada di pucuk."

She's A Lady [Jikook]Onde histórias criam vida. Descubra agora