Chapter 4 - Push-Pull

1.5K 226 24
                                    

~Happy reading~

.

.

"And you could have walked away baby
But you keep on coming back to me."

.

.

"Ingat ya Jimin sis," Nasihat Bunda Seokjin. "Setiap berantem jangan curhat di Instagram. Setiap beradu pendapat, jangan langsung ganti status dan marah-marah di Twitter. Duuh, anak kecil banget sih? Pasangan yang selalu posting masalah mereka ke media sosial cenderung merasa tidak mampu menyelesaikan masalah itu secara personal. Selesaikan masalah dengan dewasa. Ingat, lo nggak lagi berantem dengan akun media sosial. Yang perlu orang lain tahu cuma seneng-senengnya kalian aja, deh."

"Maaf, kayaknya lu emang berbakat jadi psikolog asmara. Salah jurusan lu," komentar Taehyung. "Ngapain ngambil jurusan informatika?"

"Gue nggak ngomong sama lu!" Seokjin mendengus keki, kemudian tatapannya ke Jimin. "Lo belum bisa masak, Jim? Belajar. Cari kesibukan di dapur bareng nyokap, masak kek, nyuci baju, setrika, setinggi apapun sekolah, ujung-ujungnya tanggung jawab terbesar adalah sebagai ibu."

"Intinya, kalau laki lu sok sibuk, lu juga sok sibuk," kata Taehyung. "Biar nggak jadi beban pikiran. Dia nggak bales chat semenit aja udah panik. Jangan! Yang berlebihan itu biasanya nggak bagus."

"Bener!" sambar Seokjin. "Cari aktivitas yang bermanfaat, supaya pikiranmu fokusnya nggak ke dia melulu. Mumpung masih muda."

"Bikin Jungkook kagum dan jatuh cinta tiap hari. Bikin dia butuh elu," cerocos Taehyung berapi-api. "Gue tahu dia nggak bakal mungkin macem-macem ama cewek lain. Dia tuh setia. Kalau udah satu ya satu aja. Gue kenal dia dari SMP, jadi gue tahu, mantannya baru sebiji. Cuma tuh anak suka rada korslet, ya maklumin aja. Jangan dibawa stress ah! Gue gak mau lu cepet tua gara-gara Jungkook."

Jimin setuju. Iya sih, mantan Jungkook baru satu. Dia ingat dulu sekali Jungkook pernah cerita tentang sang cinta monyet, cewek IPS yang bikin Jungkook rela menjomblo sampai lulus gara-gara patah hati akut mantannya jadian dengan anak kuliahan. Sejak saat itu dia bertekad untuk belajar giat, supaya keterima di universitas negeri terfavorit. Setelah mereka mengangkat topik itu, malamnya Jimin ngambek, menuduh Jungkook diam-diam masih punya rasa dan sengaja mendaftar di kampus yang sama demi lanjut pedekate. Makanya Jungkook nggak pernah berani bahas soal mantan lagi di depan Jimin.

Niat awal terpacu oleh mantan, tapi rencana tak selalu berjalan sesuai keinginan. Jungkook membelot, teralihkan oleh Jimin—teman satu jurusan.

"Iya, coba gih buka-buka internet, cari lowongan kerja atau magang dimana gitu. Jangan di Koran, ajaib-ajaib isinya." Seokjin bergidik. "Masa gue pernah nemu lowongan cashierman di panti pijat manula. Mana pelanggannya kakek-kakek semua pasti."

Taehyung terkikik. "Masih mending panti pijat manula, gue malah pernah nggak sengaja nemu lowongan buat asisten pelatih lumba-lumba. Itu kerjaannya ngapain ya? Apa bengong ngeliatin si pelatih ngajarin bayi lumba-lumba berenang?"

"Paling disuruh ngasih makan sama mandiin lumba-lumba," canda Seokjin. "Terus ngepel dan nyikatin lantai kolam."

"Tapi gue mau selesai kuliah dulu baru cari kerja," Jimin merengut karena pembahasannya menjalar kesana-kemari. "Ngurangin beban orangtua emang udah gue planning dari sekarang. Cuma entar, kalau udah lulus S2."

Seokjin mencibir. "Judul skripsi aja belum beres. Pikiran lo ketinggian."

Jimin mendelik. "Apa salahnya sekolah tinggi-tinggi? Mumpung masih muda. Lo sendiri yang bilang tadi."

She's A Lady [Jikook]Where stories live. Discover now