part 7

101K 2K 62
                                    

Bryan menatap langit-langit kamar yang di cat putih. Bagaimana bisa ia tidur tanpa menghabiskan tenaganya? Oh sungguh menyiksa, batin Bryan.

Ia mengambil ponsel di saku, berniat menghubungi sekretarisnya. Panggilan pertama tersambung, tapi mendengar suara pintu yang terbuka Bryan sedikit panik.

Glek,

Maria masuk ke kamar putranya tanpa mengetuk pintu, sedang Bryan langsung menekan tombol merah pada layar ponsel.

"Mom? What happend?"

"Momy hanya ingin memastikan, jika putra kesayangan ku itu tidur dengan pulas tanpa bermain ponsel."

Bryan mengeritkan alisnya tidak mengerti, "Apa maksud Momy?"

Maria melangkah menyusul anaknya yang tengah duduk di ranjang, mengelus puncak kepala dengan penuh kasih sayang.

"Benda ini yang selalu membuatmu nakal, hm?" Maria menunjuk ponsel yang masih di genggam putranya.

Bryan semakin tidak mengerti dengan sikap Ibunya yang menurutnya aneh. Satu tahun tidak bertemu, mengapa Ibunya semakin gencar menyuruhnya menikah.

"Ponsel kamu Momy sita. Good night boy and nice dream." Maria mengambil ponsel Bryan lalu mengecup kening putranya.

"Tapi Mom,"

Maria seakan tuli, ia tidak memperdulikan ucapan putranya dan memilih keluar dari kamarnya.

Bukan tanpa alasan, mengapa Maria merampas ponsel putranya. Dirinya hanya ingin memastikan, wanita seperti apakah yang selalu menggoda putranya.

Ia sudah bertekad untuk merubah putranya, maka dari itu, langkah awal adalah mengenali sosok wanitanya.

"Arghhhh." Bryan mengacak rambutnya frustasi. Ini adalah siksaan berat untuknya. Tidur tanpa menghabiskan tenaganya adalah suatu hal mustahil.

Bryan sebenarnya bisa saja kabur, tapi mom dan dady nya akan terus mengintrogasinya sampai tuntas. Ibunya sudah benar-benar keterlaluan dengan memaksanya menikah.

"Fuck." Bryan terus saja mengumpat dengan kata-kata kasar. Sepuluh menit bisa di laluinya hanya sekedar memandang keindahan kota pada malam hari.

Sungguh ini siksaan terberat selama ia hidup. Besok pagi, mata pandanya akan muncul akibat terjaga setiap malam. Di menit ke lima belas Bryan memilih berbaring di ranjang, mencari cara agar ia bisa keluar tanpa sepengetahuan Ayah dan Ibunya.

"Shit! Kacau! Kenapa otak ini tidak bisa bekerja di saat keadaan darurat!"

Bayangan akan tubuh sekretarisnya selalu menari-nari di kepala. Putih mulus dan menggoda, seperti itu lah gambaran dari bentuk ciptaan Tuhan yang sempurna.

Di menit ke tiga puluh, otaknya dapat bekerja dengan baik. Ide berlian muncul di otaknya. Bryan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia segera mengambil jaket kulitnya dan bergegas pergi.

Pelan tapi pasti, Bryan menuruni anak tangga dengan hati-hati. Kedua orang tuanya sepertinya telah terlelap, hanya tersisa Andri yang masih sibuk dengan layar monitor di depannya.

"Hei." Bryan menepuk bahu Andri sangat pelan, Andri yang sudah sangat hafal dengan pemilik suara itu menoleh dengan senyum kecutnya.

"Aku akan kembali ke apartemen, lakukan sesuatu jika mom dan dad menanyakanku."

Andri mengeritkan keningnya, setelahnya dia hanya tersenyum. Ia tahu jika bosnya tidak bisa tidur tanpa wanita. Andri memperhatikan bosnya hingga menghilang dari balik pintu.

"Deri. Siapkan mobil." titahnya pada salah satu pengawal pribadinya. Deri menggangguk hormat dan menyiapkan mobil seperti perintahnya.

Semua pengawal tahu, jika Tuan mudanya pergi tanpa sepengatuan Tuan besar maka dari itu, mereka mendorong mobil sampai di ujung jakan. Bryan merasa geli dengan main kucing-kucingan seperti ini di rumahnya sendiri.
Tapi apa boleh buat, nafsunya mengalahkan akal sehatnya.

Best Partner (TAMAT)Where stories live. Discover now