29. First Kiss!

10.8K 1K 170
                                    

Riuh suara bisik-bisik di seluruh sudut ruangan terdengar gaduh saat Laurin dan Elvan memasuki kantin. Para siswi menatap Laurin dengan tatapan sinis dan mulut yang tak berhenti menghujat. Entah karena iri atau karena Laurin berasal dari jalur beasiswa non akademik. Sehingga Laurin dinilai tidak pantas mendapatkan cowok tampan dan kaya seperti Rega atau Elvan.

Elvan dan Laurin mencoba mengabaikan hinaan-hinaan itu. Mereka mengambil nampan dan memilih makanan-makanan yang mereka suka, lalu menuju sebuah meja yang masih kosong, tepat di tengah-tengah keramaian siswa Delton.

"Lihat tuh si Laurin! Habis putus sama Rega, sekarang dekat sama Elvan."

"Dia tuh kayak rubah ekor sembilan tau nggak."

"Cantik dikit aja belagu."

"Percuma cantik kalau kelakuannya kayak gitu. Gatelnya minta ampun. Heran deh."

Grace dan Thirza tersenyum senang mendengar opini-opini di sekitarnya. Mereka memutuskan untuk menghampiri Elvan dan Laurin, sekadar mencerahkan otak Elvan yang mungkin sedikit miring karena mau dekat dengan cewek seperti Laurin.

"Kalian dengar apa yang dikatakan orang-orang, kan? Jadi, kenapa nggak kalian hentikan saja hubungan kalian yang memuakkan ini?" tanya Grace geram. Kesabarannya sudah habis melihat Laurin dan Elvan yang semakin hari semakin dekat.

"Lo sewot banget sama hubungan gue dan Elvan. Lo suka sama nih cowok?" Laurin menunjuk-nunjuk muka Elvan, membuat Elvan menurunkan jari telunjuk Laurin.

"Su ... suka?" mata Grace terbelalak kaget. Tak ia sangka pertanyaan itu terlontar dari mulut Laurin yang ia nilai kotor.

"Ya kalau lo nggak suka atau nggak ngefans, otomatis lo bakalan bersikap bodo amat sama hubungan gue dan Elvan."

Iya. Grace memang menyukai Elvan sejak lama. Cowok itu berbeda dengan siswa di kelas unggulan. Dia tegas, tidak berisik, juga bijaksana. Sifat itulah yang membuatnya berbeda dari cowok lain.

"Bukannya gue suka sama Elvan. Tapi gue enek aja lihat lo yang deketin semua cowok. Bisa-bisa persatuan di kelas unggulan pecah gara-gara lo," kata Grace mengelak.

"El, gue heran kenapa lo suka dekat-dekat sama cewek ini?" tanya Thirza.

"Dasar! Cewek gatel!" hujat Grace.

Telinga Elvan sudah terasa panas mendengar cacian demi cacian yang bertubi-tubi seolah-olah tanpa henti. Ditambah para siswi lain yang ikut-ikutan mencaci.

"Nih cewek benar-benar nggak tau diri!" hujat Thirza.

"Dengar ya, Laurin. Lo itu sama aja kayak pelac*r yang mau sama semua cowok," ejek Grace.

"Diam lo!" bentak Elvan marah. Dia meraih kerah almamater Grace tinggi-tinggi, lupa kalau Grace adalah seorang perempuan.

"El?" Grace mematung kaget dengan mata membulat. Tak ia sangka jika Elvan akan semarah itu.

"Kalau lo bukan cewek, lo sudah pasti gue hajar habis-habisan."

"El, sudah, El." Laurin langsung melerai. Dia menurunkan cengkraman tangan Elvan dari kerah almamater Grace.

"Dengar kalian semua!" Elvan melihat ke sekeliling. "Gue sama Laurin mempunyai hubungan nggak seperti yang kalian pikir selama ini."

"Maksudnya?" Grace bertanya-tanya.

"Gue sama Laurin adalah saudara. Kami saudara seibu. Kami lahir dari rahim yang sama," jelas Elvan yang berhasil membuat seluruh kantin heboh seketika. "Jadi stop bully Laurin!"

"Jadi kalian berdua kakak-beradik?" Thirza menyimpulkan.

"Ayo, Rin!" Elvan meraih pergelangan tangan Laurin dan cepat-cepat membawanya keluar dari kantin, tak peduli dengan pernyataannya barusan yang masih membuat heboh seluruh orang di kantin.

***

Rega sudah menunggu Laurin di tempat parkir. Wajahnya tampak pucat. Sementara rambutnya acak-acakan, tak seperti Rega biasanya yang selalu tampil dengan pomade dan wajah segar.

Langkah Laurin terhenti melihat Rega yang berdiri di dekat mobil sopirnya. Dia lantas membuang muka, terlalu muak melihat wajah Rega yang dirasa mengesalkan. Setiap detik cowok itu menerornya, melakukan ratusan panggilan, bahkan mengirim ribuan chat.

"Berapa kali harus aku jelasin ke kamu, Yang. Aku cuma akting," jelas Rega. "Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Amanda."

"Percuma lo jelasin, Ga. Gue udah nggak respect sama lo," timpal Laurin.

"Yang, aku pikir kamu bakalan ngerti pekerjaan aku sebagai aktor. Kamu juga pernah lihat aku beradegan kissing sama Amanda. Tapi kenapa kamu semarah ini?"

"Sekarang gue nggak marah kok sama lo. Jadi terserah lo mau ciuman sama Amanda kek, A mandul kek." Laurin menepikan Rega yang menghalangi pintu mobilnya.

Tepat sebelum Laurin membuka pintu mobil, Rega meraih pergelangan tangan Laurin, membalikkan badan cewek itu, lalu menghempaskannya hingga punggung Laurin menabrak jendela mobil. Tanpa izin, Rega mengangkat dagu Laurin, lantas menciumnya cepat.

Plaaak

Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi mulut Rega, membuat sudut bibir Rega seketika berdarah. Laurin bukan sembarang gadis. Kekuatan Laurin melebihi tiga pria berotot. Wajar jika tamparannya bisa membuat sudut bibir Rega berdarah.

"Lo gila ya? Dasar sinting!" bentak Laurin yang masih tak percaya.

Rega mengusap darah di sudut bibirnya, tak ia sangka Laurin tega menamparnya hanya karena sebuah ciuman.

"Kenapa kamu menamparku? Bukannya itu yang kamu mau kan? Kamu mutusin aku karena kamu cemburu. Iya kan?"

"Gue benci sama lo!" Laurin cepat-cepat memasuki mobil dan menyuruh sopirnya segera melaju.

❤❤❤❤❤
Zaimatul Hurriyyah
Senin, 22 Juli 2019

PENGUMUMAN! I AM IN DANGER SUDAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA. YUK SERBU GRAMEDIA DAN ADOPSI NOVEL I AM IN DANGER!

K-U season 2Where stories live. Discover now