-Letdown-
Jungkook terbangun pada waktu senja setelah dua hari berbaring di ICU. Cahaya matahari dari jendela besar di ruangan itu mendorong kelopak matanya terbuka. Hanya ada Seungji di sebelahnya sebelum Yura dan Seokjin muncul di balik pintu.
"Oh, Jungkook," panggil sang ibu, lembut dan sedikit riang. "Kau sudah bangun ternyata. Syukurlah."
Yura tersenyum lega lalu duduk di kursi yang tadi ditempati Seungji. Jungkook bertaruh, Yura pasti sempat hampir gila saat mendengar kabarnya. Mata sang ibu mengatakan segalanya. Tetapi, merasa selalu menjadi penyebab kegundahan ibunya, Jungkook hanya bisa membisu lewat senyum tipis. Benar-benar tidak berdaya.
Sementara itu, Seokjin terlihat belum baik-baik saja, lengan kanannya dibalut arm sling, memar masih menghiasi setengah wajahnya dengan dua plester menempel di plipis kanan. Jungkook bisa merasakan tenggorokannya berdenyut saat Seokjin menatapnya. Tatapan itu terasa menusuk, entah kenapa.
"Aku datang kemari bukan untuk menjengukmu atau mengatakan terima kasih," Seokjin berkata datar. "Saat membayar administasi, ibumu memaksaku untuk segera menemuimu agar kau tak khawatir, Jung. Tapi seperti yang kalian lihat, kondisiku tidak terlalu buruk. Aku akan segera pulih."
Seokjin menghela napas, menatap dingin pada Jungkook yang tengah menerka-nerka ekspesinya. Dengan nada sama, ia melanjutkan, "Aku tidak pernah memintamu datang menyelamatkanku, Jungkook."
Yura serta Seungji jelas sudah dengar kejadian yang menimpa kedua pemuda itu. Mereka bungkam hanya karena tidak tahu harus bersikap seperti apa menghadapi Seokjin--terutama saat ini. Marah tidak akan menyelesaikan masalah, pun diam bukanlah cara yang benar. Sebagai kepala keluarga, mau tak mau Seungji hanya bisa menyahut dengan suara tenang untuk meleraikan keduanya.
"Kalian sepertinya butuh istirahat. Seokjin, biar ayah antarkan--"
"Tidak perlu," si sulung menyela cepat. "Lagipula seisi rumah sakit ini belum tahu hubunganku denganmu. Kita juga harus berhati-hati agar jangan sampai tercium media pemberitaan, bukan? Jabatanmu dipertaruhkan. Jadi, setelah kejadian ini lebih baik aku tinggal di rumah Yongji hingga kuliah selesai. Dan kau bisa mengadopsiku saat itu, jika kau keberatan dengan keputusan ini."
Seokjin mengangguk kecil--pertanda yakin--lalu berbalik begitu mendengar Seungji memanggilnya pelan. Namun, ia lagi-lagi telak membuat sang ayah diam dengan berkata, "Aku pamit, Yah."
Berpikir semua perubahan negatif yang terjadi pada Seokjin adalah salahnya, Yura menahan lengan Seungji, memberikan isyarat padanya seakan berkata biar aku saja. Ia ingin sedikit memperbaiki dengan bicara baik-baik pada pemuda itu.
Manakala Yura melangkah, Seungji melunakan raut wajah dihadapan Jungkook dan duduk untuk menanyai apa-apa yang dibutuhkan putra bungsunya.
"Seokjin!" Yura memanggil, langkahnya berhenti kala mendapati lawannya terdiam tanpa menoleh. "Kita harus bicara. Banyak yang ingin kukatakan padamu tentangnya."
Tentang Somi.
Agaknya Seokjin paham betul maksud Yura. Ia pun memutar tumit untuk kemudian melangkah mendekat, dan wanita itu tersenyum kecil melihatnya. Namun, air muka Yura seketika berubah tegang, irisnya membesar saat Seokjin mencengkeram lengan kirinya dengan cepat. Lelaki itu berbisik tegas di telinganya, "Jangan mengira bahwa aku akan berhenti karena ini. Kau tetap harus membayar semua yang telah kaulakukan padaku dan ibuku, Nyonya Jeon Yura."
Seraya gemetaran, Yura meringis saat Seokjin semakin memperkuat genggamannya. Pemuda tersebut melanjutkan tertahan, "Pembayaran yang setimpal."
"Jin," seru Yoongi dari belakang, reflek membuat si pemilik nama menoleh. Dua mug kopi digenggamnya, Yoongi hampir-hampir menumpahkan minuman tersebut saat mendapati Seokjin menahan Yura.

YOU ARE READING
[M] CRIMSON
Fanfictionmerah pekat; darah. cover ib: kdrama extracurricular on netflix