-Session-
Ini gila. Seungji tahu keputusannya benar-benar gila dan tentu akan banyak mengundang ulasan heboh di berbagai media pemberitaan; masyarakat Korea akhirnya punya sesuatu untuk diperdebatkan. Bagaimana tidak, ayah dari dua putera itu dengan percaya diri mengajukan profesinya untuk menuntut Seokjin. Bahkan tanpa keraguan sedikit pun.
Jungkook sudah tahu. Ia percaya ayahnya bisa mengatasi itu. Lagipula ini telah direncanakan baik-baik, sekarang hanya tinggal menunggu keputusan Kepala Firma, atasan Seungji, untuk memulainya.
"Kau memang selalu sulit ditebak, Seungji," ucap pria paruh baya di atas sofa hitam, ia menaruh kaki kanannya ke paha sebelah kiri lalu tertawa kecil sambil menggeleng. "Apa semua ini patut kupercaya?"
"Kau meragukan kemampuanku?" Akibat peristiwa ironis akhir-akhir ini, emosi Seungji tak terkontrol, ia jadi tidak keberatan bersikap senonoh pada Lee Hansu, atasan yang dahulu teramat dihormatinya. "Aneh sekali. Padahal dulu kau sangat mengandalkanku."
Hansu tersenyum miring, membawa kedua lengannya bertopang pada paha, memperhatikan wajah Seungji. Meski usianya telah rentan, keserakahan yang terpatri di wajahnya tak sedikit pun berkurang. Seakan, ia tidak pernah memikirkan kematian sekali pun.
"Kasus ini akan menggundang banyak opini dari semua kalangan, bahkan luar negeri: Seorang ayah menuntut anaknya sendiri." Hansu tertawa sambil mengangat alisnya. "Apa yang membuatmu yakin kau akan menang?"
"Pertama, negara hanya tahu bahwa dia putra angkatku. Kedua, dia sudah mengakui kesalahannya."
"Kau bahkan tidak menyebutkan namanya." Hansu mendengus. "Seungji, terkadang hidup senang mempermainkan seseorang, bagaimana jika kau salah dalam hal ini?"
Mulai lagi.
Gigi Seungji bergemeletuk, menahan diri agar tidak berteriak atau menampar wajah Hansu lewat berkas-berkas yang menganggur di atas meja. Tapi, tidak. Setidaknya tidak untuk sekarang. Itu akan sangat merepotkan.
Setiap kali Seungji menangani berbagai kasus, terutama dalam hal politik, Hansu gemar sekali mengulik-ngulik isi kepalanya guna menguji mental. Konyol, memang. Namun, itulah Hansu, ciri khasnya. Siapa pun akan muak memiliki bos seperti dia. Jujur saja, Seungji tak pernah merasa sejengkel ini padanya selain sekarang. Berdo'a saja supaya ia tidak hilang kesabaran hanya untuk beberapa menit kedepan.
"Kau akan mengijinkanku, Tuan Hansu. Aku pasti memenangkan kasus ini." Seungji menaruh semua keyakinannya dalam kalimat tersebut, melanjutkan dengan nada rendah yang ditekankan, "Aku benar-benar harus melakukannya."
Firma Hukum Lee hanya perlu bersiaga menghadapi sorotan publik. Berbagai bentuk sosial media Korea Selatan seolah-olah siap dijatuhi bom. Sejenak orang-orang pasti melupakan hidupnya saat mendengar peristiwa ini. Kendati begitu, yang terpenting perusahaan dibanjiri keuntungan. Tidak ada alasan bagi Hansu untuk menolak. Lagipula kinerja Seungji tak perlu diragukan lagi. Maka, setelah hening berkuasa selama beberapa menit, perlahan jemari Hansu menandatangani kertas yang diajukan sebagai tanda persetujuan.
***
Seokjin sendiri masih tenggelam dalam pemikiran rumitnya, merasa gelisah. Apakah ia harus menerima bantuan Yoongi? Hidup dalam penyesalan memang tidak mudah, namun bertarung dengan nalar yang terkadang membahayakan malah lebih mengerikan. Siapa pun takkan sudi dibiarkan sendirian menghadapi putus asa.
Semua kerumitan itu pada akhirnya menjelma jadi desahan panjang yang menyakitkan. Tersadar bahwa ia sungguh kesepian di ruangan temaram ini.
Pintu besi sekonyong-konyong terbuka, menampilkan seorang polisi gemuk dengan dagu terangkat malas saat berkata, "Seorang pengacara ingin menemuimu."

YOU ARE READING
[M] CRIMSON
Fanfictionmerah pekat; darah. cover ib: kdrama extracurricular on netflix