03 → potong rambutnya

72 9 6
                                    

Sambil menopang dagu, gue memperhatikan Daffa yang duduk di hadapan gue, fokus dengan HP-nya. Sesekali dia bakal menyibakkan rambutnya ke belakang, yang mana percuma karena itu nggak merapikan rambutnya, dan helaian rambutnya jatuh lagi hampir menutup mata. Walaupun risih sama rambutnya, tapi aksi itu nggak pernah nggak bikin gue deg-degan. Memang benar pepatah Yang di acak rambut yang berantakan hati. Masih berlaku buat gue walaupun udah lebih dari setahun liat Daffa begitu.

"Liatin apa?" tanyanya tanpa mendongak.

Secepat mungkin gue mengalihkan pandangan, berusaha untuk nggak ketahuan dari tadi perhatiin dia.

"Orang nggak liatin apa-apa yeee! Ge er!" ledek gue.

Daffa menaruh kedua tangannya di atas meja. Dengan keberanian gue yang harganya cete, gue cuma bisa melirik dia sekilas. Tapi itu nggak menghentikan dia memandangi gue. Aturan, gue nggak seharusnya merasa ringkih dia liatin kayak gini, tapi sepertinya memang mau gimana pun situasinya, gue yang selalu payah.

"Liatin apaan, sih, mending liatin aku, nih, biar aku liatin balik," celetuk Daffa lagi-lagi sambil menyibakkan rambut.

"Ck, potong rambutnya napa," omel gue akhirnya menyerah, balas menatap dia walau mungkin muka gue udah nggak karuan.

"Kenapa, sik? Bukannya bagus kayak gini? Mau aku gondrongin sekalian."

"Ih!" seru gue lantas sontak tutup mulut. Nggak tahu mau ngomong apa.

Daffa dengan rambut gondrong bakal kelihatan aneh. Sebenarnya, panjang rambutnya yang sekarang lebih cocok dibandingkan kalau rambutnya gondrong, tapi ini nggak sehat buat gue. Setiap kali dia menyibak rambut, gue harus menahan teriak dalam hati cuma karena dia kelihatan super keren. Lagipula, dengan rambut yang segini aja udah menutupi mata sampai dia harus sering-sering menyibaknya, apa nggak ganggu?

"Potong aja, sih, ganggu," lanjut gue, mendekat buat menyusuri helaian rambutnya dengan lembut.

Daffa nggak menolak ketika gue mainin rambutnya, dia malah menuntun tangan gue buat mengusap kepalanya. Hngggggg. This kid.

"Bukannya enakan gini? Bisa kamu mainin?"

"Tapi ganggu. Nggak risih apa? Dari tadi kamu sibak terus."

"Bagusnya potong kayak gimana?"

"Nggg.... Gak tau? Kayak biasa aja?"

"Oke."

"Oke?"

"Iya, ntar pulang anter kamu aku ke tukang pangkas rambut."

book of loveWhere stories live. Discover now