10%: keputusan

3K 341 73
                                    

💫 Kopi di atas meja sukses mendingin teracuhkan oknum yang tidak berhenti menyentuh keyboard sejak tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫 Kopi di atas meja sukses mendingin teracuhkan oknum yang tidak berhenti menyentuh keyboard sejak tadi. Pukul dua belas lewat sepuluh, lirikan mata Felix ke jam dinding seakan menjadi rutinitas. Dan esai yang terpampang di monitor baru kelar separuh di tengah malam yang sepi.

Felix mengalah dan mengusap matanya yang sudah sembab. Tiga jam bertarung dengan rasa kantuk bercampur lelah bukanlah lawan yang sepadan untuk energi tubuh yang sudah terkuras sejak pagi. Tangan lelaki itu meraih cangkir yang tak lagi mengepulkan uap panas, kemudian meringis begitu rasanya sudah tidak senikmat yang didambakan.

"Begadang nugas lagi?"

Felix memutar kepala lalu tersenyum ke sumber suara. Minho datang bersama cangkir-cangkir lain yang berasap. Wangi kopi baru tercium penuhi ruangan.

"Iya. Tadi pulang kerjanya telat, mas."

"Emang hari ini masih kerja? Bukannya akhir pekan kamu nggak ngajar?"

Felix hehe saja. Ia membisikkan terima kasih sembari menjemput secangkir kopi yang disuguhkan Minho. "Tadi malah full-day. Asta mau UTS, mas. Makanya tadi minta tolong review materi."

Minho mengangguk paham. Lelaki itu mendudukkan diri pada kursi di samping adiknya. Felix memang suka begitu, bikin tugas sampai lewat tengah malam di meja makan ditemani minuman berkafein yang ujung-ujungnya tidak tersentuh. Atas dasar ia telah hafal setengah mati akan tabiat sang adik, jadi Minho memutuskan untuk lebih sering memperhatikan.

Di sela tiupannya pada cairan pekat dalam wadah, Felix melirik kakak satu-satunya itu penasaran. "Mas kok belum tidur?"

"Ada tugas juga, tapi udah kelar kok. Mas jaga-jaga aja siapa tau kamu udah nggak sadarkan diri sendirian di meja makan."

Felix memberengut menanggapinya. "Mas do'anya jelek amat." lelaki itu lanjut menyeruput kopinya setelah dirasa cukup aman untuk diteguk. "Aku lagi mengabdi buat Yang Mulia Dosen ini."

Dengan itu Minho tergelak, Felix juga. Seketika ruang makan mereka ikut hidup.

"Kayaknya Asta seneng sama kamu deh. Mampus, ditaksir brondong." Minho berceletuk jahil setelah menyeruput miliknya juga. Ia bersumpah hanya iseng, namun raut Felix yang berubah masam memancingnya untuk menahan tawa.

"Malem-malem jangan ngawur, mas. Otaknya konslet mulu, heran?"

"Ya habis anaknya betah sama kamu?"

"Aku kerja ngeprivat dia, mas. Kalo dia nggak betah nanti aku berhenti kerja. Nggak usah suudzon, bisa?" Alis Felix ikut berkerut dalam ketika memandang Minho yang masih cengar-cengir di posisi yang tidak berubah. Kakaknya ini sehari-hari apa tidak pernah berpikir yang normal? Felix ingin mempertanyakan kewarasan lelaki ini sesekali.

RIPTIDES; hyunjin ft. felix || hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang