🌹La Vie En Rose - 3

66 7 6
                                    

"Kelopak mawar merah beterbangan, menimbulkan wangi yang khas. Tapi ketika warnanya berganti biru, masihkah wanginya menjadi wangi mawar merah?"

🌹LA VIE EN ROSE🌹

Ariel dan Joshua duduk berhadapan di kursi kantin. Joshua dengan lahap memakan bakso di mangkuknya (tentu saja, itu traktiran Ariel), sementara sahabatnya menatap layar HP dengan sendu.

"Josh," panggil Ariel. Tidak ada respons dari Joshua. Ariel mengangkat pandangannya. Sahabatnya itu masih sibuk memakan bakso, dan kini meminum kuahnya.

"Josh, 'mu denger aku apa nggak?"

Ariel menyodok mangkok bakso Joshua, membuat sahabatnya itu mendongak kesal. "Iya, denger! 'Mu kira aku budek apa?!"

"Ya udah, santai dong, jawabnya!" kata Ariel kesal. "Bakso juga traktiran dari aku!"

"Give and Take, Bro," ucap Joshua terkekeh. "Kenapa? Galau lagi? Aku perhatiin, 'mu dari tadi liatin HP mulu."

"HP-ku bagus, Josh, makanya aku liatin."

"Halah," decak Joshua. Cowok itu meminum sesendok kuah baksonya yang terakhir, kemudian membersihkan mulutnya dengan tisu sebelum melanjutkan, "Paling juga Reisha lagi, kan?"

Ariel menghela napas, kemudian mengangguk pelan. Layar ponselnya menunjukkan roomchat-nya dengan sang pacar. Chat terakhir dikirimkan oleh Ariel, satu jam yang lalu. Dan, tidak ada tanda-tanda telah dibaca oleh Reisha.

"Dia nggak jawab chat-ku. Kalau kutelpon, takutnya dia lagi pelajaran. Aku mesti gimana, Josh?"

Memang, Ariel dan Reisha berbeda sekolah. Jarak antara sekolah mereka pun cukup jauh, bahkan tidak berada di satu kecamatan yang sama. Dulu, ketika masih SMP, mereka sangat mudah berkomunikasi. Meskipun tidak pernah satu sekolah, tapi ketika SMP jarak mereka hanya terpisah sebuah jalan raya.

Kesibukan masing-masing juga membuat hubungan mereka semakin merenggang. Ariel tidak pernah bosan mengirimkan chat kepada Reisha, walau gadis itu selalu menjawabnya terlambat.

"Susah ya, kalau pacaran sama anak dari sekolah lain," ucap Ariel nelangsa. "Aku sulit hubungin dia. Malam-malam pun kalau chat, aku yang lebih banyak ngoceh. Ucapan selamat malam, dia nggak pernah balas. Dia kenapa sih?"

Joshua, mengangguk-angguk saja mendengar keluhan temannya itu. Cowok bernama lengkap Joshua Kennard Raharja itu masih sibuk dengan mangkok baksonya. Sepertinya, mangkok bakso itu lebih berharga dari sahabatnya.

Tak kunjung mendapat jawaban, Ariel berdecak malas pada Joshua. "Heh, Kutu! Denger apa kagak sih?!"

"Dengerlah, Bego! Kamu ngoceh di depanku, udah kayak cewek yang galauin pacar aja. Jadi cowok itu juga mesti peka, dong!"

Ariel mengerjap, "Peka gimana?"

Joshua menghela napasnya kasar. "Harusnya, kamu nggak usah pacaran! Perhatiin aja rumus-rumus Kimia sama hapalan Biologi!"

Ariel terdiam. Apa dia sesibuk itu sehingga melupakan Reisha? Perasaan, dia selalu menghubungi pacarnya itu, seberapapun sibuknya dia. Selalu ada ucapan selamat malam, lagi apa, dan lain-lain agar Reisha merasa dirinya penting.

Mungkin, seharusnya Ariel berkunjung ke rumah Reisha dan mengajak gadis itu keluar sore ini.

🌹LA VIE EN ROSE🌹

Kiara kini berada di samping Celline. Sementara sahabatnya itu sedang mencoba fitur-fitur konyol lewat aplikasi Snow --dan membuat wajah gadis itu menjadi semakin aneh saja, Kiara justru berkutat dengan buku Campbell Edisi ke-7 yang didapatkannya dari perpustakaan. Wajahnya melongo, membuka halaman pertama pembahasan buku itu.

"Ilmunya nggak bakal nyerap kalo kamu ikutin gaya mukaku, Ki."

Kiara menoleh kesal pada Celline. Ekspresi Celline saat ini benar-benar seperti meledeknya. Mulut ternganga dengan wajah kosong. Kiara memukul lengan sahabatnya itu, membuat Celline melotot kesal.

"Apa sih, Ki!" ujarnya. "Kalau nggak mau belajar ya udah, tutup aja! Nggak usah sok-sok rajin baca buku setebal bata dengan tulisan sekecil semut!"

Kiara mendengus. Selalu kalah telak jika sahabatnya sudah berkata seperti itu. Kiara sendiri masih heran, bagaimana bisa dia mendapatkan sahabat yang bicaranya nyablak tetapi tepat menusuk ke inti?

"Sok tau kamu!" ucap Kiara. Walaupun tak urung ia menutup buku itu dan merebahkan kepalanya ke atas buku itu. "Mataku rusak Cell, kalau baca buku ini terus-terus."

"Baca HP aja, pasti dapet bantuan bentar lagi."

Kiara mengernyit mendengar perkataan Celline. Ia menoleh menatap Celline, meminta kejelasan maksud. Tapi, yang ditatap masih sibuk dengan filter crying piggy sehingga wajahnya terlihat (tidak) imut.

Suara dentingan notifikasi dari LINE, membuat Kiara mengalihkan pandangannya. Dia mendengar Celline bergumam, tanpa mengalihkan pandangan dari HP-nya, "Kamu dikirimin cara praktis belajar, kan?"

Sejenak, Kiara tidak mengerti apa maksud sahabatnya itu. Tapi, ketika membuka ponselnya dan mendapati bahwa Ariel mengirimkannya file PDF tentang ringkasan materi sistem organ manusia, Kiara melotot menatap Celline.

"Kamu kok bisa aja tau?!"

Celline bergumam saja, tidak berniat menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Dia justru menyeletuk pelan, "Siapin aja jawaban kalau Ariel tiba-tiba nanya."

Kiara mendengar ucapan Celline. Pikirannya sudah kalut memikirkan kemungkinan pertanyaan apa yang akan dilontarkan Ariel --menurut pernyataan asal dari Celline, ketika ponselnya berdenting sekali lagi.

Ariel Abimayu : pelajari ini aja ya. Aku kasian liat kamu pusing pelajari campbell di perpustakaan. Ada yang bisa kubantu?

🌹LA VIE EN ROSE🌹

Pada nebak apaan neh pertanyaannya Ariel?

Jangan-jangan udah ngira Ariel bakal nanya, "Ki, gimana cara ngadepin pacarku yang nggak ngabarin seharian?"

HAHAHA PELAJARAN BUAT KALIAN JANGAN PERNAH BERTANYA SEPERTI ITU PADA SAHABAT KALIAN YANG LAWAN JENIS.

Karena perasaan aneh itu bisa muncul karena pertanyaan secuil itu hehe.

Dengerin aja lagunya yang liriknya gini :

Oleh curhat ... lama-lama kucemburuuuuu....

Au deh.

Next ga neh?

La Vie En RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang