[ 2 ]: Intruder

3.7K 362 113
                                    

Ketika cahaya matahari belum menampakkan dirinya, Arthit sudah mengemudikan audinya menepi pada pinggiran jalan tepat di depan rumah Kongpob, sementara seseorang yang ada di sampingnya masih tertidur pulas seperti tak memiliki beban apapun di dalam hidupnya. Arthit menghela napas beratnya, memangnya anak umur 15 tahun tahu apa, mungkin yang mereka lakukan hanya bermain.

Tangan Arthit menjitak kepala Kongpob agar remaja itu bangun, "Sudah sampai turun sana."

"Kenapa cepat sekali."

"Cepat turun."

"Tidak mau, Phi Arthit mau kemana?"

"Pulanglah."

"Tadi phi bilang mau pergi sekarang pulang, bohong itu tidak baik phi."

"Aku pulang ke rumahku, sudah jangan cerewet, cepat turun dan enyah dari hadapanku."

Kongpob mengerucutkan bibirnya melihat Arthit yang sepertinya tidak suka padanya, padahal Kongpob bertanya baik-baik pada pria itu, kenapa Arthit selalu sewot padanya seolah Kongpob ini hanyalah sebatas kuman tak terlihat oleh remaja itu.

"Kong pulang ya."

"Iya, pergi sana."

"Tapi phi...."

"Apa lagi!"

"Jangan marah-marah, phi terlihat lebih imut dan manis jika seperti ini. Kong jadi semakin gemas."

"Shit! Enyah kau!"

Kongpob buru-buru menutup pintu mobil Arthit, ketika pria itu terlihat marah padanya dan berlari kabur memasuki gerbang rumahnya, sementara pria itu hanya melirik bocah tadi dengan pandangan mematikannya.

Arthit harus apa supaya anak itu menjauhinya?

Seperti punya banyak nyawa, Kongpob bahkan tidak takut pada apapun yang Arthit katakan meskipun pria itu sudah marah-marah bahkan memaki dan memukulnya, tetapi Kongpob sama sekali tidak terpengaruh pada hal itu.

Baru kali ini ada orang yang mengatakan jika dia manis dan imut, rasanya saat itu juga Arthit ingin mencekiknya. Ayahnya saja tidak berani mengatakan hal seperti itu padanya.

Arthit menghela napasnya, mencoba untuk meredam emosinya yang selalu memuncak jika bersama dengan Kongpob, sebelum melajukan mobilnya menuju ke tempat kedua orang tuanya.

Kadang Arthit selalu heran, jika keduanya selalu menyuruhnya pulang sepanjang waktu dengan berbagai alasan untuk apa mengijinkannya tinggal sendirian. Tidak lupa dengan banyaknya peraturan yang harus dirinya patuhi. Kadang dia ingin seperti anak lain. Namun, sepertinya tidak bisa, mereka sangat menekannya mencoba membuatnya melakukan apapun yang keduanya inginkan. Meskipun tahu jika semua ini untuk kebaikannya sendiri, hanya saja entah mengapa Arthit menurutnya ini sangat berat.

__________

Tidak berbeda jauh dengan Arthit, di dalam rumahnya begitu Kongpob masuk sudah ada kedua orang tuanya yang menatapnya tajam karena anak itu tidak pulang ke rumah semalaman membuat kedua orang tuanya khawatir, ralat hanya Namtan yang khawatir pada anak semata wayangnya itu, akan tetapi suaminya tidak.

"Dari mana saja kau?"

"Kong, dari rumah teman."

"Teman atau 'teman', Kongpob?"

"Teman, Mae."

Wanita itu bangkit dan tanpa aba-aba apapun menarik telinga anaknya dengan kencang hingga Kongpob menjerit kesakitan. Meskipun seperti itu sang Ibu tidak melepaskannya.

"Siapa pria itu? Pria mana lagi, hah? Beritahu Mae!"

"Sakit, Pho tolong!"

Rengek Kongpob pada ayahnya, akan tetapi bukannya menolong Plustor malah melangkahkan kakinya pergi, tidak mau ikut campur dalam perdebatan anak dan istrinya itu.

Playboy & The Gang Of Cherry ( Sequel Dip ) [ Kongpob x Arthit ]Where stories live. Discover now