05. Buku Kimia

25 8 2
                                    

"Lo suka sama adek gue?" Tanya Rizki to the point saat bertemu dengan Ibas di sekolah.

"Belum, nggak tau kalau nanti sore," ucap Ibas.

"Lagak lo udah kaya Dilan!" Seru Rizki.

"Lo beneran suka sama adeknya Rizki?" Tanya Erlang.

"Gak."

"Terus?" Erlang terus menyudutkan.

"Ya nggak."

"Ck. Gitu amat jawabnya." Erlang mendorong pelan pipi Ibas hingga membuatnya berdecak kesal.

"Kemaren si Ibas nganterin adek gue," terang Rizki, kemudian direspon dengan raut wajah kaget oleh teman-temannya, kecuali Ibas tentu saja.

"Kok bisa?" Tanya Aji.

Rizki mengedikkan bahu. "Tanya aja sama oknumnya sendiri."

"Bener, Bas?" Tanya Daniel.

"Ya."

"Kok bisa?" Tanya Aji.

"Bisa lah."

"Kronologinya gimana?" Erlang mulai geregetan.

"Kepo!" Ibas berjalan mendahului teman-temannya, ia masuk ke dalam kelas, duduk di bangkunya, mengeluarkan headset dan memasangnya di telinga.

"Ngeselin banget tu bocah. Kalian nemu yang begituan di mana sih?" Tanya Erlang.

"Doi pertama kali temenan juga sama elo, Lang. Lo yang bawa doi di ke kita," kata Aji. Setelahnya, ia menyusul Ibas yang kebetulan satu kelas dengannya, XI MIA 1. Kelas unggul. Jelas, keduanya ahlinya matematika. Namun, hanya Aji yang lebih menonjol pada mata pelajaran tersebut.

...

Daniel, Ibas, Aji dan Rizki berjalan menyusuri koridor kelas X. Mereka akan menuju kantin, sengaja melewati kelas X supaya Daniel bisa bertemu dengan Anggi. Fandi masih di ruang OSIS. Sedang rapat. Erlang masih ada urusan dengan anggota ekstrakurikuler fotografi yang ia ketuai, katanya akan merekrut anggota ekskul baru. Sedangkan Andre, batang hidungnya belum terlihat sejak pagi tadi, mungkin dia tidak berangkat, karena hari sudah semakin siang.

"Anggi tuh, Anggi tuh," tunjuk Rizki pada Anggi saat melihat Anggi yang berjalan ke arahnya. Anggi yang melihat Daniel dan kawan-kawanya malah memutar balik, berlari menjauhi mereka. Bukannya takut, tapi melihat wajah Daniel barang sedetik saja sudah membuatnya muak.

"Anggi," panggil Daniel cukup keras hingga mengundang perhatian para siswa yang berlalu lalang.

"Kejar, bro!" Seru Aji.

Daniel mengangguk, kemudian berlari mengejar Anggi yang semakin menjauh. Saat sudah hampir dekat tiba-tiba saja...

"Miss Nana," panggil Anggi, Miss Nana yang sedang berjalan menuju kantor itu tiba-tiba berhenti saat mendengar panggilan dari Anggi.

"Ya?" Tanya Miss Nana. Anggi malah menengok ke belakang, melihat di mana keberadaan Daniel. "Ada apa ...," Miss Nana melihat badge name di seragam Anggi. "Glenka?"

"Itu, Miss," Tunjuk Anggi pada Daniel yang berada tepat di belakangnya, mungkin hanya berjarak tiga meter saja.

"Daniel?" Tanya Miss Nana sambil mengerutkan keningnya.

"Mampus," gumam Daniel saat bertemu Miss Nana. Dari kejauhan tarlihat Aji, Rizki dan Ibas sedang menertawakan Daniel yang mati kutu bertemu Miss Nana. "Anu, Miss," gugup Daniel.

"Anu kamu kenapa Daniel? Sakit?" Buset, ini guru gini amat ngomongnya. Batin Daniel.

"Enggak. Ini Miss, saya mau balikin uangnya Anggi tadi jatuh." Pintar sekali mencari alasan.

7 amWhere stories live. Discover now