19. Kepastian

1.5K 102 2
                                    

Kita adalah dua orang yang sama-sama tengah berjuang. Aku untukmu, kamu untuknya.

♥♥♥

Suasana rumah terulang seperti semula. Canggung. Di antara banyak masalah, kenapa Alena harus kembali terjebak ke dalam masalah ini? Kenapa pula dirinya malah menginjak lubang yang sama, padahal dirinya tahu akan akibat setelahnya?

Untuk mendapatkan maaf Lauren, Alena memerlukan doa dan usaha yang sempurna. Pun dengan rasa was-was yang seketika menyelubungi tubuhnya, Alena menghampiri meja makan lalu bergabung bersama Lauren yang telah lebih dulu berada di sana.

"Malam, Ma," sapa Alena mencoba ramah. Sedikit senyuman untuk awalan rasanya tidak begitu buruk.

Namun, nyali Alena mendadak surut saat tahu Lauren tidak balas menatapnya. Wanita itu mendengar dengan jelas bahwa sang putri baru saja menyapa, tapi ia malah acuh saja.

Baiklah. Alena paham bahwa Mama masih sakit hati kepadanya. Pun dengan jantung yang berdebar, Alena memilih kursi yang berhadapan langsung dengan Mamanya. "Maaf ya, Ma, tadi Alena gak sempat bantuin Mama dan bibi masak. Soalnya tadi Alena baru selesai ngerjain PR."

"Gapapa," sahut Lauren datar membuat Alena mengembuskan napas lega. Lihat, Mama tidak benar-benar acuh kepadanya. Walau sifat Mama keras, tapi Alena yakin bahwa jauh dalam lubuk hati sana, wanita itu teramat sangat menyayanginya.

Nasi telah selesai dipindahkan ke dalam piring. Namun, Alena sama sekali tak berniat untuk menyentuhnya. Pikirannya masih melayang-layang. Masih menerka-nerka tingkat kemarahan Lauren sampai level berapa.

"Kamu gak bakalan kenyang kalau nasinya cuma dipandangin gitu aja, Alena," tukas Lauren usai menelan makanannya.

"Um ... Mama masih marah ya sama Alena? Alena minta maaf ya, Ma. Alena janji gak bakalan ngulang kesalahan yang sama lagi. Alena menyesal, Ma," cicitnya seraya meremas-remas sendok dengan tangan yang telah basah sempurna oleh keringat dingin.

Tidak langsung membalas, Lauren memilih diam sebentar. "Mama maafin."

Alhasil, Alena pun tersenyum lebar. Matanya melotot tidak percaya. "Beneran, Ma?"

"Iya. Tolong jangan diulangi lagi. Kamu tau, kan, kalau papa kamu itu udah sakitin Mama? Jadi apapun yang bersangkutan dengan dia, Mama gak akan pernah bisa kontrol emosi. Paham, kan?"

"Paham, Ma, paham," angguk Alena semangat sekali.

Selanjutnya, Lauren tersenyum tipis. "Dan soal yang semalam, Mama minta maaf."

"Gapapa, Ma."

"Sakit gak lengannya? Udah dikasih obat, kan?"

Uh, bolehkah Alena menangis sekarang? Perhatian Mama sungguh manis. Alena dengan jelas dapat menemukan rona kekhawatiran dibalik raut wajah tegas Mamanya. Sejenak, Alena merenungi kenapa papa harus menduakan Mama yang jelas-jelas sudah baik begini?

Ah, itu urusan orang dewasa, Alena. Cinta mereka itu rumit. Bocah ingusan sepertimu mana paham.

Namun, tak apa. Alena bahkan tak berniat untuk memikirkannya. Asal Mamanya telah kembali baik saja itu sudah lebih dari cukup untuknya. Intinya, Alena sayang Mama. Biarlah biola papa hancur, asalkan Mamanya dapat tersenyum seperti semula.

Maafin Alena, pa.

"Udah, kok, Ma. Tenang aja," final Alena sebelum akhirnya memutuskan untuk melahap habis makanannya.

Fall in Love Again? ✔ (TAMAT)Where stories live. Discover now