Teman

3.2K 588 212
                                    

Orang lain itu seperti cermin. Ketika kita melihat mereka dengan buruk maka mereka juga akan memantulkan sisi buruk kita, begitu pula sebaliknya. Maka berhenti untuk menyalahkan mereka dan mulai saja dengan merubah cara pandang kita terhadap mereka. Mungkin sulit, tapi mengeluhkan hal yang ada di luar kendali kita bukannya lebih rumit?

***

Now playing: Adera-Catatan Kecil

***

Hari ketiga masuk sekolah adalah hari di mana semua ekskul diberi kesempatan untuk unjuk gigi. Awalnya Nila, Deska dan Rez merasa optimis akan berhasil merekrut banyak anggota baru untuk drawing club agar menghentikan ancaman Myriapoda. Tapi saat mengantri untuk unjuk gigi ketiganya mulai kehilangan semangat. Bisa-bisanya ekskul mereka dapat urutan tiga terakhir setelah ekskul-ekskul favorit. Alamat tidak ak aren yang tersisa saat mereka maju nanti.

Benar saja keriuhan hanya terjadi saat kumpulan cogan dari tim basket, sepak bola dan olahraga lain memamerkan kemampuannya. Begitu pula saat sekumpulan bidadari DHS yang tak lain dari grup Cheerleader menari akrobatik dengan rok mininya. Semua murid laki-laki langsung berkerumun seperti lalat melihat aksi mereka. Dan itu berhasil membuat Nila berkaca di layar ponselnya. Harusnya tidak hanya bertemu Myriapoda, dia heboh berdandan. Harusnya hari ini dia tampil lebih sempurna. Apa lagi setelah menyadari dua rekannya yang penampilannya sama-sama tidak menarik perhatian. The end of the world. Gumam Nila dalam batinnya yang bergejolak.

Benar saja, saat tiba giliran drawing club. Hanya setengah anak yang masih bertahan. Itu saja sebagian besar adalah anggota dari ekskul yang akan unjuk gigi setelah ini. Semua berjalan sesuai rencana, tapi tidak berhasil. Orang-orang yang tertinggal di sini nampak bingung bahkan menguap berulang kali saat mengikuti presentasi Deska. Lawakan yang diucapkannya pun tak ditanggapi seharusnya. Hingga waktu yang telah diberikan habis, ketiganya bahkan tidak mendapat tepuk tangan sama sekali. Jadilah mereka kompak memilih langsung mengangkat lukisan-lukisan yang mereka bawa ke ruang drawing club tanpa bicara satu sama lain. Kesedihan mengheningkan ketinganya.

Deska memilih mengalihkan pikirannya dengan menggerutu khas ala Paman Gober sambil menata lukisan yang entah dengan aturan apa. Rez yang biasanya slengekan memilih menyumpal telinganya dengan headseat dan menyibukan diri membaca komik favoritnya di pojokan ruangan. Sedangkan Nila lebih memilih berdiri di luar ruangan dan memandangi keadaan sekitar. Nila mulai menganalisis keadaannya. Mungkin benar dia hidup di dunia yang penuh label dan semua orang berburu label yang mereka inginkan.

Seperti di sekolah ini, hampir semua anak ingin masuk ekskul favorit seperti basket dan cheerleader karena di sanalah berkumpul anak-anak keren nan popular. Agar label itu bisa mereka miliki, mereka harus jadi bagian dari itu. Atau kalau tidak mereka mengejar label berprestasi dan akan memilih ekskul-ekskul yang bisa banyak memamerkan piala. Sayangnya, drawing club bukan ekskul keren, popular dan bahkan tidak berprestasi. Drawing club hanya kumpulan anak yang suka menggambar. Itu saja. Sebenarnya itu lebih dari cukup, tapi keadaan membuatnya seakan tidak cukup.

Nila menunduk menghapus air mata yang seenaknya menetes tanpa ijinnya. Rasa gagal membuat dia ingin menyerah saja, tapi sesosok anak yang terlihat menaiki tangga membuatnya punya harapan. Benar hanya 7 anak. Aku hanya perlu mencari 4 anak lagi. Seru Nila sambil mendekati murid laki-laki yang bahkan tidak sadar diikuti olehnya. Setelah Nila cukup dekat, dia mengintip kertas formulir pendaftaran ekskul yang dibawa anak tersebut.

"Ehm kamu mau daftar tim debat makannya nggak mau masuk drawing club," goda Nila yang membuat anak itu menghentikan langkahnya tiba-tiba. Untung Nila singgap kalau tidak mereka bisa bertabrakan lagi untuk kedua kalinya.

IllustrationaloveWhere stories live. Discover now