Terlambat

137 4 0
                                    

"Tak perlu jadi hebat untuk memulai sesuatu, yang terpenting mulailah menjadi hebat"

==========💎💎💎=========

Waktu menunjukan pukul 07.15 W.I.B. Seharusnya pelajaran bahasa Inggris sudah dimulai 15 menit yang lalu. Katanya akan datang guru baru pengganti Pak Karyo yang minggu lalu mengundurkan diri karena suatu alasan.

Para siswa tidak tahu dan tidak ingin tahu alasan pengunduran diri pak Karyo, yang terpenting "guru killer" itu sudah pergi. Mereka menyambutnya dengan suka cita. Andika, seorang siswa yang paling tidak menyukai pelajaran bahasa Inggris, sampai sujud syukur ketika mendengar kepergian pak Karyo. Masa-masa penjajahan telah berakhir, bendera kebebasan pun dikibarkan. Merdeka!

Di kelas, para siswa mulai penasaran seperti apa sosok sang guru pengganti.

Syafira, si ratu kelas yang paling cerewet, menepuk pundak Adama dari belakang tapi Adama tidak menggubris, ia asyik membaca komik kesukaannya. Kemudian, untuk kedua kalinya, Syafira menepuk pundak Adama.

"Adama..." dengan nada paling lembut yang bisa ia buat.

Kali ini, Adama justru menggerakan pundaknya dengan gestur seperti orang yang tak ingin diganggu. Hal ini mulai membuat Syafira kesal.

Hanun yang duduk di samping Syafira mengamati kejadian ini, ia merasa was was kalau Syafira sampai marah, suaranya yang melengking itu bisa mengalahkan sirine pemadam kebakaran.

"Udah ya ra, biar aku ajah yang panggil Adama", ucapnya dengan senyum yang bercampur khawatir

"Gapapa, Nun, aku ajah!" Balas Syafira dengan senyum yang justru terlihat menyeramkan di mata Hanun.

Sekali lagi Syafira menepuk pundak Adama, kali ini agak keras.

Plakkk!

Terdengar suara tangan Syafira menampar pundak Adama. Seisi kelas jadi hening.

"Oy Adama ganteng!" bentak Syafira

Adama lagi-lagi menggerakan pundaknya, tapi kali ini ia menjawab.

"Apaan sih... Ganggu ajah"

Kekesalan Syafira semakin menjadi-jadi. Keadaan berubah mencekam!

"Gila kau Adama, cari mati!" Andika berbisik

Syafira benar-benar tak bisa menahan kekesalannya lagi. Reflek tangannya secepat kilat mencengkram kerah baju Adama dan menariknya.

"WOY BAMBANG! kamu dengar ga sih dari tadi aku manggil-manggil! Di tepuk-tepuk pundaknya ga kerasa apa? Mau ku pukul ajah sekalian? Harusnya kamu senang dipanggil sama cewek tercantik se-SMP Merdeka!

"Pretttt" celetuk Andika

Seketika mata Syafira menyolot pada Andika.

"Kenapa Andika? Ga terima sama ucapanku?" tangannya masih mencengkram kerah baju Adama.

"Eh.. Nggak ra, aku cuma batuk, Syafira paling cantik ko, iya kan teman-teman?" Andika berusaha menenangkan Syafira

"Iyaaaa..." satu kelas menjawab dengan nada terpaksa

"Ampun ra ampun, lepasin..." ringkih Adama

"Minta maaf dulu!" kata Syafira

"Maafin aku Syafira..." Adama memohon

"Apa?? Ga kedengeran" kata Syafira

"Maafin aku Syafira" Adama memohon untuk kedua kalinya

"Kurang jelas..." kata Syafira

"Maafin aku Syafira cantiiiikkkk"teriak Adama

"Aku maafin, tapi ada syaratnya" kata Syafira

Akhirnya Syafira melepaskan cengkramannya

"Untung leherku ga putus" Adama bergumam

"Syaratnya, kamu kan ketua kelas, guru bahasa Inggris yang baru belum datang, sana cek gih ke ruang guru." ucapnya

"Oke ra oke" balas Adama

"Eh..., belum selesai. Aku kasih kamu waktu tiga menit!" Syafira menambahkan

"Ruang guru kan jauh ra!" ucap Adama

"Dua menit lima puluh sembilan detik" Syafira menghitung

"Ucet dah, tega amat ra.." Adama mengeluh

"Dua menit lima puluh delapan detik" Stafira melanjutkan

"Iya iya aku lari nih" Adama menanggapi

Akhirnya Adama bergegas berlari menuju ruang guru.

Sementara itu, di lorong terdengar suara langkah sepatu yang tergesa-gesa dari seorang pemuda berbadan kurus namun cukup tinggi untuk ukuran seorang laki-laki.

Ia mengenakan kemeja merah lengan panjang yang dimasukan ke dalam celana bahannya. Sepatu pantofelnya mengkilat seperti telah disemir tiga hari tiga malam.

Hari ini adalah hari pertamanya mengajar di SMP Merdeka. Tapi ia malah terlambat. Ia menyusuri lorong sambil memperhatikan papan nama kelas yang tepasang di atas pintu.

"kelas 8B, 8C, ah yang itu pasti kelas 8D" gumamnya

Ia mempercepat langkah kakinya hingga setengah berlari. Setibanya di depan pintu bertuliskan 8D di atasnya, ia langsung membuka pintu tersebut.

"Assalamu..."

Belum sempat mengakhiri kalimatnya, seorang siswa tiba-tiba berlari kearahnya.

Gubrak!! keduanya bertabrakan

Siswa itu adalah Adama yang baru saja akan keluar memanggil guru bahasa Inggris yang baru.

"Aduh..." teriak Adama.

Seharusnya yang berteriak kesakitan itu pemuda berbaju merah, karena badannya yang kurus, ia terjatuh "kalah body" dengan Adama yang tinggi dan gempal.

"Eh bapak, tidak apa-apa? Maaf pak" tanya Adama panik

"Iya, ga apa-apa" sambil berusaha berdiri.

Anak-anak sekelas langsung mengerubungi mereka,

"Sudah-sudah, semuanya tolong kembali tempat duduk kalian masing-masing" kata pemuda berbaju merah

Apes sekali nasib pemuda berbaju merah ini, baru hari pertama sudah terlambat dan membuat heboh seisi kelas. Setelah itu, ia memperkealkan diri kepada siswa kelas 8D serta memohon maaf atas keterlambatannya.

Ia menuliskan namanya di papan tulis. Naim Abhinaya (dibaca Na'im). Orang-orang biasa memanggilnya "Mr. Nay". Sebuah nama yang terdengar agak asing namun mengandung harapan dan do'a dari kedua orang tuanya. Naim adalah nama pemberian ayahnya yang seorang guru, diambil dari bahasa Arab yang berarti kebahagiaan.

Sedangkan, ibunya menambahkan Abhinaya dari bahasa Sansekerta yang artinya semangat. Mereka berharap Naim akan tumbuh menjadi seorang yang bahagia dan menyebarkan semangat kepada orang lain.

Tapi, Naim sadar tidak ada yang namanya konsep bahagia selamanya. Ia yakin bahwa Allah menciptakan berbagai macam emosi, bukan untuk dipilih yang baik-baiknya saja namun untuk dinikmati seutuhnya. Dari situlah manusia akan belajar menjadi pribadi yang lebih dewasa.

Teacher's StoryOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz