Prolog

9.2K 732 38
                                    

Very painful you know, when people around you don't really care.



Hyunjin hanya bisa berdiri diam di hadapan dua foto sosok yang merupakan orang tuanya. Dengan pakaian serba hitam, Hyunjin hanya bisa memejamkan mata dan mendoakan yang terbaik untuk kedua orang tuanya.

Sanak saudara dan juga rekan rekan bisnis dari orang tuanya satu persatu mulai datang, mengucapkan bela sungkawa kemudian pergi begitu saja untuk melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda hanya karena mampir dan mendoakan orang tua Hyunjin yang sudah pergi.

Namun Hyunjin yakin, dari semua orang yang berlalu lalang di tempat ini, tidak ada yang benar benar peduli, tidak akan ada yang bisa merasakan apa yang Hyunjin rasakan saat ini, ucapan turut berbela sungkawa untuk kedua orang tuamu itu hanyalah sebuah formalitas yang keluar dari mulut manis mereka. Benar, tidak ada yang peduli.

Hyunjin sedih, tentu, tapi bukan itu yang menguasai hatinya saat ini, dia sudah terbiasa tinggal sendiri tanpa orang tua, dan bahkan untuk alasan yang bahkan sampai saat ini tidak dia ketahui, Hyunjin tetap tidak mengerti kenapa dia 'dikurung' di rumahnya, di dalam 'sangkar emasnya'.

Takut.

Kata itulah yang terus menghujami hati dan pikiran Hyunjin saat ini, mungkin mulai detik ini, dia harus memulai kehidupannya, benar benar kehidupan normal yang biasanya dijalani oleh orang lain, bepergian, sekolah, belanja dan hal lainnya, bukan hanya diam di rumah selama hidupnya.

"Huhh..." Hyunjin menghela nafasnya saat sudah selesai mendoakan kedua sosok penting baginya itu, Hyunjin kemudian mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat yang sedikit terhindar dari keramaian, ingin berlindung dari orang orang yang entah mengapa terasa mengganggu untuknya.

Hyunjin risih, sangat, dia yang biasanya hanya bersosialisasi dengan pembantu, orang tua dan juga guru privatenya, sekarang harus dihadapkan dengan situasi seperti ini, tetapi terlepas dari itu semua, dia juga sedikit lega, lega karena akhirnya bisa menghirup udara segar.

Saat netranya menangkap tempat yang agak terpojok dan jarang ditempati orang, Hyunjin hendak membawa kakinya melangkah ke sana, sebelum pergerakannya terhenti total saat dengan tiba tiba, seseorang mendekapnya erat.

"A-apa yang?" Hyunjin benar benar tidak bisa mengucapkan hal lain selain kalimat tersebut.

"Stt...tenanglah, aku mengerti, kata orang, pelukan adalah hal yang paling menenangkan untuk meredakan kesedihan, lebih baik dari seribu kata kata simpati."

Hyunjin membeku mendengar kata lelaki asing tersebut, dan bagian yang paling cepat meleleh adalah air mata. Secepat air mata itu jatuh, secepat itu pula Hyunjin menghapusnya, sebelum orang lain menyadari betapa rapuh dirinya saat ini.

"Terimakasih." satu kata, hanya satu kata yang bisa Hyunjin ucapkan saat ini, dia tidak tahu siapa lelaki yang tengah memeluknya ini, tetapi Hyunjin tahu, dari sekian manusia penuh kepalsuan yang ada di ruangan ini, hanya lelaki ini satu satunya yang benar benar pintar menunjukkan rasa simpatinya. Hyunjin bahkan bisa merasakannya, walaupun tidak terucap secara langsung dari lelaki di hadapannya ini.

Hyunjin bahkan tidak tahu kalau lelaki ini benar benar baik atau memiliki maksud lain, tapi untuk saat ini, biarkanlah Hyunjin mengesampingkan semua pikiran negatifnya, dia hanya perlu seseorang yang menopangnya saat ini.

"Ikut denganku!"

Percayalah, Hyunjin baru saja ingin membalas pelukannya, tapi lelaki itu sudah terlebih dahulu menyeretnya keluar menuju ke taman belakang dari tempat pemakaman.

"Namaku Yang Jeongin, panggil saja aku Jeongin." ucap lelaki bernama Jeongin itu saat dia sudah membawa mereka untuk duduk di salah satu bangku kayu yang ada.

"Kenapa kau memberitahu hal itu kepadaku?" tanya Hyunjin kebingungan.

Jeongin tersenyum ringan, menatap kolam ikan yang ada di hadapan mereka.

"Untuk membuatmu tenang mungkin, kurasa tidak akan terasa terlalu buruk saat kau setidaknya tahu nama orang yang memelukmu secara tiba-tiba." Jeongin kemudian meringis di akhir kalimatnya, mungkin meratapi tingkah spontannya tadi.

"Heeumm...tidak masalah, dan terimakasih untuk pelukannya, aku menjadi merasa lebih baik." Hyunjin terkekeh pelan, membuatnya berkali lipat terlihat lebih tampan, Jeongin bahkan sekarang sedang menatapnya secara intens. Bukan, bukan karena wajah tampan Hyunjin, tetapi-

"Kau tidak usah menutupinya, kau bisa menangis sekarang, aku akan menemanimu di sini."

Hyunjin tertegun, sejelas itukah?

"Apa sangat terlihat?"

"Tidak juga, asal kau tahu, aku ini orang yang sangat peka hahaha..." entah untuk alasan apa, Jeongin malah tertawa saat ini, jika dia bukan orang yang bisa menyentuh hatinya tadi, mungkin Hyunjin sudah meninggalkan Jeongin saat ini, Hyunjin berpikir kalau Jeongin gila.

"Kau aneh kau tahu."

Jeongin seketika menghentikan tawanya, tergantikan dengan cengiran lebarnya, memperlihatkan behel yang terpasang rapi di giginya.

"Kau hanya belum tahu diriku sepenuhnya, kalau kita bisa bertemu lagi aku ingin kau jadi temanku, dan akan kuperlihatkan seberapa anehnya diriku." jawab Jeongin dengan bangga.

Hyunjin tidak tahu harus merespon seperti apa, jujur, dia tidak terlalu pintar bersosialisasi, dan karena kendala itulah yang menyebabkan terjadinya keheningan selama beberapa saat, sebelum akhirnya Jeongin bisa memecahnya dengan mudah.

"Apa kau akan menangis?"

"Eumm...tidak, aku tidak ingin menangis."

Jeongin hanya menganggukkan kepalanya mengerti, hendak membuka suaranya sebelum Hyunjin dengan cepat memotong.

"Aku hanya ingin sebuah pelukan, bolehkah?"

"Tentu."

Jeongin kembali membawa Hyunjin kedalam dekapannya, dekapan yang terasa hangat dan nyaman, Hyunjin merasa tenang.

Pelukan memang hal yang tepat diberikan kepada orang yang tengah bersedih, terbukti dari Hyunjin yang pada akhirnya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jeongin, menyembunyikan tangisan yang perlahan keluar.

Pelukan memang hal yang tepat diberikan kepada orang yang tengah bersedih, terbukti dari Hyunjin yang pada akhirnya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jeongin, menyembunyikan tangisan yang perlahan keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue

Percayalah, gue lagi kerasukan makanya tulisan gue berubah baku :)

Cek gempa dulu, ada yang minat?

Tertanda

Bee, 13/10/2019

Opposite Side [Hyunjeong] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang