Sembilan

218 23 0
                                    

Malamnya sikap mereka masih sama. Azza yang tak peka dan Valdo yang emosi. Bahkan selesai sholat isya di masjid Valdo langsung memasuki kamar tanpa minat makan malam bersama istri dan anaknya.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Azza yang sudah tak tahan. Ia segara menegur Valdo ketika Caca sudah tertidur diranjangnya yang berada disamping ranjang mereka.

"Tau." Jawab Valdo ketus sambil sibuk dengan laptop dipangkuannya.

"Aku bener-bener gak paham kamu marah kenapa!" Ketus Azza.

Valdo masih diam yang membuat Azza semakin geram. Dengan kasar Azza menutup laptop Valdo membuat pria itu tanpa sadar meneriaki Azza. "Lo apa-apaan si!"

"Kamu yang kenapa! Diem, marah gak jelas!" Balas Azza berteriak. Ia memang sudah tak heran lagi dengan Valdo yang terkadang membentak.

"Bodo amat!" Balas Valdo kesal. Ia lempar laptopnya di atas nakas lalu berjalan keluar kamar. Azza menghembuskan napasnya jengah.

"Dasar pria aneh!" Rutuknya berbicara sendiri.
.
.
.
.
Menjelang subuh Valdo baru memasuki kamar membuat Azza yang baru bangun tidur terkejut. Dia tidur dimana semalam?

Tak memperdulikan tatapan Azza yang terus mengikuti langkah Valdo. Pria itu justru memasuki kamar mandi dengan debuman pintu yang cukup keras.

"Kalau anaknya bangun gimana." Rutuk Azza kesal. Ia pun bangun dari ranjang menghampiri Caca yang masih tertidur tak terusik sedikit pun.

Menatap pintu kamar mandi dengan bimbang, akhirnya Azza pun melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dari balik pintu sayup-sayup Azza mendengar suara air yang jatuh ke lantai. Membuka pintu kamar mandi, Azza memasukinya perlahan. Terlihatlah Valdo yang sedang berdiri menunduk dibawah shower, pria itu hanya menatap Azza sekilas sambil kembali menundukkan kepalanya, membuat air mengalir membasahi kepala dan bahunya.

"Apa yang buat kamu marah sebenarnya?" Tanya Azza lembut. Ia menghampiri Valdo dan memeluk bahu bidang itu. Tak memperdulikan tubuhnya yang masih terbalut baju tidur baby dollnya. Azza mengecupi ringan bahu Valdo.

"Seharusnya kamu sadar sama perbuatan kamu yang bicara sama mantan!" Ucapan Valdo masih begitu emosi. Azza mengehembuskan napasnya lelah, pria aneh emosional yang sekarang sedang terbakar cemburu membuat Azza rasanya ingin membuat suaminya itu tertidur saja.

"Aku gak ada niatan bicara sama dia. Dia yang bicara duluan sama aku. Lagi pula aku gak peduli lagi sama dia." Bohong! Perasaanya yang terdalam masih ada nama pria itu dengan semua keingin tahuannya akan kehidupan pria itu.

Valdo berbalik, menatap tubuh sintal Azza yang basah dengan baju yang mencetak jelas lekukan tubuhnya.

"Tapi itu masih di kategorikan bicarakan!" Tegas Valdo tak mau kalah.

"Oke, aku salah. Aku minta maaf." Ucap Azza mengalah. Tangannya terulur mematikan shower dan merapihkan rambut basah Valdo yang hitam legam.

"Gak usah minta maaf kalo kamu sendiri belum sadar sama apa yang kamu lakuin!" Valdo berjalan mengambil handuknya dan memakainya. Kembali tak peduli dengan Azza yang masih menatapnya.

Wajah Azza terlihat lelah dengan napas yang terus ia keluarkan. Ia sadar sekarang betapa kekanakannya sifat dan prilaku Valdo. Dengan langkah mantap Azza menghampiri Valdo yang sedang memasang handuknya. Menarik pipi Valdo cepat dan menyambar bibir tebal suaminya itu.

Ia tau hal apa yang bisa membuat Valdo mereda dengan emosinya. Meluapkannya dengan cara lain yang jelas sangat Azza sukai.
.
.
.
"Caca sama nenek gak boleh nakal, ya," ucap Azza lembut sambil menggendong Caca yang masih memeluknya erat. Batita itu baru bangun dari tidurnya ketika Valdo terus mengganggu putrinya itu yang sedang tertidur.

"Caca masih ngantuk ya?"

"He'em, Aca antuk." Jawab bocah itu dengan memeluk leher Azza erat. Siapa sangka, Azza yang merasa belum siap merawat anak tirinya itu. Saat ini justru menjadi tempat ternyaman Caca bersandar.

"Yaudah, nanti lanjut tidur di karpet ya sama Aridh. Aridh udah dateng sama nenek." Perkataan Azza hanya diangguki Caca yang semakin menelusupkan kepalanya pada leher Azza yang sudah terbalut hijab dengan rapih.

"Ca, Bundanya mau kerja. Lanjut tidurnya sama nenek, ya." Kata Valdo yang langsung mengambil alih Caca.

"Anak ayah bau asem belum mandi." Ledek Valdo sambil menciumi wajah dan bahu Caca. Membuat anaknya itu menjerit kesal.

"Valdo!" Tegur Azza yang dibalas kekehan geli Valdo.

Benar dugaan Azza. Valdo mereda setelah pertarungan panas mereka yang terhenti karena azan subuh.

"Yaudah ayo berangkat." Ajak Valdo ketika Caca sudah berada dalam pelukan ibunya.

"Berangkat, Bu." Pamit Azza sambil mencium tangan ibu mertuanya. Tak lupa ia mengecup pelan dahi Caca yang bersandar di dada neneknya.



Assalamu'alaikum👐🏻

Terima kasih untuk yang sudah mampir, vote dan komen🙏🏻👍🏻

Be my friends on
Instagram: Ibugenius
Line: genusthenu
🤗

Wassalamu'alaikum🤗

Kisah Bahagia Dipenghujung luka (Slow Up)Where stories live. Discover now