Dua belas

328 26 0
                                    

Akhir bulan ini terasa berbeda bagi Azza. Selain pekerjaan yang belum ada habisnya. Ia merasa lebih sering lelah dan pening. Azza yang terduduk di atas kursi meja kerjanya, menumpukan kedua siku di atas meja sambil memijit pelan keningnya yang terasa begitu pening sejak pagi tadi.

"Za, ini berkasnya udah selesai aku revisi." Irham mengangsurkan sebuah map biru dihadapan Azza. Tangan Azza terulur, menarik map itu dan menaruhnya di atas tumpukan map lain.

"Are you okey?"

"Hm."

"Kayanya kamu pusing banget, aku beliin obat sakit kepala ya?" Tanya Irham begitu lembut.

"Gak usah. Kamu keluar aja, saya butuh istirahat sebentar."

"Oke. Kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa bilang aku." Azza mendongak, menatap Irham dengan wajah tanpa ekspresi.

"Oke. Aku keluar." Mata Azza awas menatapi punggung lebar Irham yang keluar dari ruangannya. Tak tau kah dia kalau Azza masih menyimpan namanya di tempat yang seharusnya hanya ada nama Valdo, yang telah menyandang status sebagai suaminya.

Azza menunduk, melipat tangan di atas meja dan menjatuhkan keningnya. Pentingnya belum hilang, dan entah kenapa perasaan sakit itu kembali terasa. Air matanya meluncur begitu saja. Azza menangis tanpa suara. Kembali mengingat hal yang seharusnya ia lupakan dan memulai lembaran baru.

("-")

Valdo menatap Azza yang sedang memakai krim malamnya. Rasanya ada yang berbeda dari istrinya beberapa hari ini.

"Za," panggilan Valdo membuat Azza menoleh. Setelah memakai pelembab bibirnya. Azza bergabung bersama Valdo di atas ranjang mereka.

"Sini." Valdo merentangkan tangannya, Azza mengangguk. Mendekat dan bersandar nyaman pada tubuh hangat Valdo.

"Lagi ada masalah ya?" Tangan Valdo mengusap lembut rambut Azza. Azza sedikit bergerak menyamankan posisinya. "Sedikit."

"Mau cerita?" Untuk beberapa saat Azza diam, hingga ia membuka suaranya. "Kerjaan akhir-akhir ini numpuk banget. Kepalaku juga sering pusing."

"Jangan terlalu di pikirin, Za. Besok kamu liburkan, kita kedokter, ya. Takutnya kamu darah rendah. Akhir-akhir ini kamu kan begadang terus."

Azza mendongak menatap Valdo. Wajah tanpa ekspresinya ia tampilkan. "Salah siapa?" Tanyanya sebal.

Valdo terkekeh sebelum mencium singkat bibir Azza dan mengeratkan pelukannya. "Kamu seksi sih, kan aku gak tahan." Dengan kesal Azza memukul lengan Valdo.

"Sakit, Za."

"Bodo!"



Assalamu'alaikum👐🏻

Pemanasan sebelum memulai cerita ini lagi😆


Terima kasih untuk yang sudah mampir, vote dan komen🙏🏻👍🏻


Wasalamu'alaikum🤗

Kisah Bahagia Dipenghujung luka (Slow Up)Where stories live. Discover now