Dirga berlari kesetanan menuju gerbang sekolah dirinya dilanda panik luar biasa ketika Sania Neneknya menelfonnya jika adiknya belum juga pulang, pandangannya meliar berharap menemukan adiknya masih berada disekitaran sekolah namun nihil keadaan sekolah sudah nampak sepi hanya anak-anak eksul saja.
Dirga mengusap wajahnya kasar, sial hari ini dirinya tak membawa motor membuatnya semakin sulit untuk mencari adiknya, Dirga berdiri gusar menunggu bus yang datang.
Sungguh dirinya khawatir mengingat Liano itu polos dan lugu Dirga takut jika anak itu dalam bahaya.
Dirga mengerang keras ketika bus yang ditunggunya belum juga datang.***
Tangan besar itu meremat jari-jari mungil milik Liano yang berjalan disisinya, sementara pandangan anak itu meliar menatap takjub tempat ia berada kini, ya mereka kini tengah berada disalah satu supermarket.
"Lian? Kamu suka sayur apa Nak?". Tanya Dimas sembari tersenyum kecil melihat wajah polos putranya itu yang nampak senang, "Suka semua, Lian suka sayur". Jawab anak itu semangat lagi-lagi membuat Dimas terkekeh "yang paling Lian suka aja apa?". Tanyanya lagi bisa ia lihat jika anak itu berpikir "Emm... wortel sama brokoli Lian suka banget, emang kenapa Ayah tanya gitu?".
"Ayah mau masak buat Lian, ya udah yuk kita kesana buat pilih sayur". Sontak saja ucapan Dimas membuat senyum Liano mengembang begitu saja, sudah tidak ada kecanggungan lagi diantara mereka hal itu membuat Dimas begitu bersyukur tak sulit memang membujuk Liano yang memiliki sifat polos dan lugu itu untuk ikut dengan dirinya.
"Ayah! Ini wortel". Pekik Liano sembari menunjukan sebuah wortel ditangannya, Dimas sedikit terkejut namun akhirnya ia menggangguk dan tersenyum hangat.
Hampir 2 jam mereka berada disupermarket, dengan senang hati Dimas membelikan semua yang diinginkan anaknya itu namun akibatnya kini dirinya sedikit kerepotan membawa beberapa kantong plastik besar menuju mobilnya.
"Ayah sini Lian bantu". Tawar anak itu yang melihat Ayahnya tampak kerepotan "Nggak usah bentar lagi nyampe mobil kok, oh iya ini beneran udah nggak mau beli apa-apa lagi?". Anak itu hanya menggeleng.
***
Sesekali Dimas melirik putranya yang tengah sibuk memakan salah satu snack yang dibelinya tadi sudut bibirnya tersenyum simpul menampilkan dimple dipipinya.
Pandangannya menyendu ketika dirinya kembali diingatkan dengan kenyataan jika anak itu tengah sakit keras, kedua matanya memanas dan mengembun dengan kasar ia mengusapnya ternyata tindakannya itu tak luput dari perhatian Liano.
"Ayah nangis?". Tanyanya, Dimas menggeleng sembari menampilkan senyum yang terlalu dipaksakan itu.
"Ayah... Lian takut...". Cicit anak itu Dimas segera menepikan mobilnya beralih menatap cemas Liano yang menundukan kepalanya.
"Kenapa? Lian takut apa? Cerita sama Ayah Nak..". Ucap Dimas khawatir Liano menatap sayu Ayahnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Lian takut nggak bakal ketemu lagi sama Ayah...".
***
Sesampainya Dirga dirumah, Sania telah menunggunya didepan pintu utama dengan cemas "Adek kamu mana Ga?". Tanya Sania
"Enggak tau Nek... Aku kira tadi waktu pulang adek udah pulang duluan soalnya Dirga ada ekskul jadi nggak bisa pulang bareng". Jelas Dirga yang membuat kepanikan Sania meningkat, Dirga semakin merasa bersalah andai saja tadi dirinya menemui lebih dulu adiknya pada saat jam pulang memastikan jika anak itu pulang lebih dulu andai saja ia bisa mengendalikan egonya mungkin situasi tak serumit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hope (END)√
FanfictionNote : Perhatikan setiap bagian chapter karena nggak urut! Tuhan... Harapan Lian nggak muluk-muluk kok Lian cuma pengin Ayah sama kakak sayang sama Lian.