Liano anak itu tengah dilanda rasa takut luar biasa pasalnya dirinya hari ini akan menjalani kemoterapi pertamanya, diruangan kemoterapi nampaknya jauh lebih menakutkan dibanding ruang rawatnya 10 menit yang lalu para perawat telah memindahkannya diruangan ini.Disebelah kirinya sudah ada Delon Omnya beserta Suster Hanita yang tengah menyiapkan obat-obatan yang akan digunakan untuk kemoterapi.
Delon tersenyum hangat dirinya tahu jika keponakannya itu tengah ketakutan "Udah siap Lian?". Tanyanya, anak itu hanya bergeming menatap sendu dirinya.
"Mau Ayah..". Lirihnya, mendengar hal itu Delon sempat terpaku lalu kemudian dirinya mengisyaratkan Suster Hanita untuk memanggil Dimas yang tengah menunggu diluar ruangan.
"Tunggu sebentar ya. Lian takut ya?".
Dengan polosnya Liano mengangguk "Banget. Pasti ini bakal sakit banget kan?".
"Cuma sedikit dan sebentar kok. Jagoan Om kan kuat sakit segini mah Om yakin kamu bakal bisa tahan". Ujar Delon berusaha membuat anak itu menghilangkan ketakutannya.
Tak berselang lama sosok Dimas muncul dan berjalan menghampiri mereka dengan langkah sedikit tergesa.
"Ayahhh". Pekik Liano menyambut Dimas dengan riangnya seolah ketakutan yang sempat tadi anak itu rasakan hilang seketika. Dimas berusaha menampilkan senyum hangatnya melihat wajah semangat putranya seolah magnet yang menariknya dalam lengkung garis senyuman.
"Iya sayang Ayah disini, semangat ya Oke?!". Dimas mengangkat tangannya mengisyaratkan untuk Liano membalas salam 'tos'nya.
Prakk!
Tangan anak itupun membalas salam 'tos' dari Ayahnya dan tersenyum lebar hingga menampilkan eyes smile yang menggemaskan.
Delon hanya geleng-geleng kepala melihat interaksi manis keduanya "Udah siapkan Lian? Kan udah ada Ayah yang bakal nemenin Lian". Ucap Delon yang langsung dibalas anggukan semangat dari anak itu.
Delon pun mulai menyuntikkan cairan obat kemoterapi pada infus Liano."Tunggu sampai infusnya habis ya. abis itu selesai deh". Ujar Delon mengusak surai kehitaman milik keponakannya itu, setelahnya ia mulai membereskan alat yang telah digunakan dibantu Suster Hanita.
"Lian semangat ya!". Ucap Suster Hanita diiringi senyum tercantiknya hingga Delon sempat tercengang melihat betapa cantiknya wajah wanita itu ketika menunjukan senyumannya.
"Oke!". Serunya.
"Emm.. Bang aku pamit dulu ya karena masih banyak pasien yang harus aku tangani 1 jam yang akan datang aku balik lagi kok". Pamit Delon pada Dimas.
"Iya, oh iya Lon dimana Mama? Kenapa Mama nggak datang kemarin bahkan hari ini pun Lian kemo nggak datang". Tanya Dimas yang sedikit kebingungan pasalnya Sania sudah 2 hari ini tidak datang untuk sekedar menjenguk Liano.
"Mama lagi kena flu sama batuk Bang jadi aku ngelarang Mama buat datang kesini takutnya nanti malah Lian tertular yang buat kondisi Lian makin buruk aja". Jelas Delon
"Ohh gitu. Ya sudah sana kamu balik tugas takutnya pasien-pasien kamu udah pada nunggu". Delon hanya mengangguk sebelum beranjak dirinya sempatkan untuk mengelus lembut surai kehitaman milik Liano.
°°°
Dirga memarkirkan motornya dengan cepat dan segera berlari menyusuri koridor rumah sakit menuju ke ruang rawat adiknya.
Ceklekk!
Bisa dirinya lihat kini adiknya tengah tertidur ditemani sang Ayah yang duduk di kursi sebelah kanan ranjang adiknya.
"Ayahh". Panggilnya yang langsung dibalas senyuman hangat dari Ayahnya.
"Gimana dengan kemoterapinya adek Yah?". Tanyanya sembari menatap sendu wajah pucat milik adiknya yang terlihat damai saat tertidur itu.
"Lancar kok, adek semangat banget tadi waktu kemo". Ujar Dimas sedikit terkekeh mengingat betapa semangatnya Liano tadi saat menjalani kemoterapi walau sempat anak itu mengalami ketakutan.
Dirga menghembuskan nafas lega dan tersenyum tipis "Syukur deh Yah". Dirga mengusap lembut lengan ringkih milik adiknya.
Tiba-tiba saja Liano terbangun sembari membekap mulutnya tubuhnya tampak gelisah menahan mati-matian sesuatu yang akan keluar dari mulutnya.
Walau sempat terkejut dengan segera Dimas mengambil baskom stainless dan menyodorkan pada anak itu.
'Hoekk'
'Hoekk'
'Uhukk uhukk'
'Akhh Hoekk'
Dirga mengurut tengkuk anak itu yang terus mengeluarkan isi lambungnya, Dimas menatap khawatir putranya yang tampak kepayahan bahkan wajah anak itu semakin pucat saja.
"U-dah...". Ucapnya nyaris tak terdengar, tubuhnya ia sandarkan dikepala ranjang tubuhnya terasa lemas dan linu.
"Dek... Ada yang sakit?". Tanya Dirga menatap cemas Liano yang sesekali memejamkan matanya jelas sekali jika anak itu tampak tak berdaya.
Tubuhnya mulai diserang rasa dingin yang begitu menusuk hingga ke tulang akibatnya kini dirinya menggigil hebat "Akhhh... Di-ngin...sa-ki". Racau Liano tubuhnya bergetar hebat membuat Dimas dan Dirga dilanda kepanikan luar biasa.
Dengan perlahan Dimas membaringkan tubuh lemas Liano menyelimutinya sebatas dada dirinya berusaha bersikap setenang mungkin sebelumnya Delon telah menjelaskan bahwa Liano akan mengalami efek samping dari kemoterapi yang seperti ini.
Liano tampak menggeliat tak nyaman seluruh tubuhnya terasa sakit dan linu "A-yah ini sakit banget hiks". Ucap anak itu mulai terisak.
"Mana yang sakit sayang, bilang sama Ayah bagi sakitnya sama Ayah".
"Semuanya. Badan Lian sakit semua hiks". Isaknya
"Sini peluk Ayah bagi sakitnya sama Ayah Dek..". Dengan susah payah anak itu bangkit dibantu Dirga yang sudah menangis dalam diam sejak tadi melihat betapa tersiksanya sang Adik membuatnya merasa gagal menjadi sosok kakak untuk adiknya itu.
Liano memeluk erat Ayahnya bahkan tanpa sadar dirinya mengigit bahu Ayahnya karena rasa sakit yang semakin menghujamnya. Dimas memejamkan matanya saat bahunya terasa sakit akibat gigitan kuat dari Liano namun dirinya berusaha menahannya dirinya yakin jika putranya itu tampak semakin kesakitan.
"Gigit aja yang kuat Dek nggak papa".
Ucap Dimas bergetar matanya sudah memanas namun dirinya berusaha menghalu laju air matanya.Dirga menatap Ayahnya yang sesekali meringis "Ayah". Gumamnya yang dibalas senyum tipis Ayahnya.
TBC!
Haduhhh, sengaja up malam2 biar.. nggak tau aku bingung😂
Maafkan aku yang sedang gak jelas ini gaes, ya syudahlah.
Happy nice dream gaess😍
See youuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hope (END)√
FanfictionNote : Perhatikan setiap bagian chapter karena nggak urut! Tuhan... Harapan Lian nggak muluk-muluk kok Lian cuma pengin Ayah sama kakak sayang sama Lian.