2. Devan Si Merah?

60 29 49
                                    

Happy reading

..

AAAAAAAAAAA

Betapa kegetnya Alena saat melihat beberapa orang dengan wajah yang berwarna mengerubunginya, ini benar-benar mustahil, membuat Alena mencubit pipinya, dan berdoa semoga ini hanyalah mimpi.

"Aw," rintih Alena.. "OMG! Ini benar-benar bukan mimpi!" teriak Alena dalam hati.

"Apa kau sudah membaik?" tanya orang disamping Alena dengan wajah berwarna hijau.

"Gue udah baikan," jawab Alena.

"Gue? Apa itu gue?" tanya orang dengan wajah berwana biru tua.

"Duh sorry-sorry, gue.. eh, aku Alena dari generasi melenial,"

"Ha? Milenial?" tanya mereka kompak.

"Mm milenial itu generasi yang lahir antara tahun 1980-an sampai 2000an," jelas Alena pada mereka.

"Kau ini tidak bisa berbohong dengan kami, mana ada generasi itu.. Mil.. Milenial yang tiba-tiba masuk ke negri kita ini," ucap orang dengan wajah berwarna hijau lumut.

"Sudahlah jangan dipikirin, nama kalian semua siapa?" tanya Alena geram sendiri.

"Nama? Apa itu, apakah sebuah makanan?" tanya si biru tua.

"Astaga! Kalian juga ngga tau apa itu nama? Khmm jadi nama itu, kata untuk menyebut atau meanggil orang," Alena semakin gemas dibuatnya.

"OOOOOO!" semuanya hanya mengeluarkan suara itu saja.

"Aku si bitu, biru tua."

"Aku si himut, hijau lumut."

"Aku ibow atau rainbow tapi, karena warnaku begitu banyak dan tidak beratuaran jadi aku bingung harus di panggil apa, jadi aku pilih saja ibow haha."

"Kenapa aku ada disini? Dan tempat apa ini? Ruangan ini begitu warna-warni," bingung Alena.

"Hitam, kamu itu berada di kerajaan pelangi, tiga hari yang lalu kamu terkena panah saat pangeran putih tengah berburu di hutan," ucap bitu.

"Kerajaan? Pangeran? Dan kenapa kau panggil aku hitam! Namaku Alena bukan HITAM!" ucap Alena tidak terima.

"Kau memiliki warna hitam, jadi panggilanmu itu si hitam," ucap himut.

"Terima saja, toh warnamu juga hitam dan sebentar lagi putri emas akan datang kesini kau harus membantu para pelayan!" tegas Bitu

"Kenapa harus aku! Aku bukan pelayan,"

"Hey! Seharusnya kamu merasa beruntung, karena jarang-jarang pangeran putih mau menolong seseorang walaupun itu kesalahnya dia sendiri," ucap bitu panjang lebar.

"CEPAT! CEPAT! Putri emas sudah datang dan segera persiapkan penyambutan!"

Semua berlari menyiapkan sesuatu untuk penyambutan.

"Hitam! CEPAT ambil bunga yang ada di meja, kau bertugas mengalungkan itu pada putri emas!" ucap himut tegas.

Alena pun segera mengambil bunga itu dan berlari mengikuti banyak orang yang sedang berlari. Bukan tanpa alasan Alena mengikuti mereka,  tempat ini baru bagi Alena jadi wajar saja Alena tidak tau jalan.

Banyak sekali orang yang berjejer di samping kanan dan kiri, sebuah kereta tepat berhenti di depan karpet mereh. Saat pintu kereta itu di bukan dan....

"WOW!" ucap semua orang kagum melihat cahaya emas terpancar dari sana, siapa lagi kalau bukan putri emas yang memilikinya.

Putri emas berjalan begitu anggunya,  semua tatap mata sampai tidak berkedip melihat paras cantik yang terpancar darinya.

"Hitam, cepat maju dan pakaikan kalung bunga itu," perintah bitu.

Saat Alena menuju kerumunan itu, tidak sengaja ia menabrak seseorang.

Deg

Dia memiliki warna putih, apakah dia pangeran yang bitu dan himut ceritakan?.

"Maafkan aku," Alena segera bergegas pergi.

Saat Alena sudah memakainkan kalung itu, Alena merasa iri dengan putri emas, kenapa warna dirinya begitu berbanding terbalik denganya, hitam pekat, bahkan wajah Alena seperti bukan layaknya manusia.

"Bisakah aku memilih warna kembali? Warna kesukaanku, atau setidaknya jangan warna hitam pekat seperti ini," air mata Alena sudah terjun dari pelupuk mata, tanda Alena tak mampu lagi untuk membendung air matanya.

Acara penyambutan sudah selesai, kini Alena sedang berada di ruang para pelayan bekerja. Begitu banyak sekali orang disini hingga sudah terlihat seperti para buruh pabrik yang tertata rapi.

"Terima saja nasibmu, banyak orang diluar sana yang ingin bekerja di kerajaan," ucap bitu menenangkan.

"Aku ingin pulang, hiks..."

"Ada aku disini, jangan bersedih kau mau kan jadi temanku?" tanya bitu.

"Ya tentu," jawab Alena senang.

"Kau tau, aku sebenarnya ingin tau apa itu generasi milenial, rasa penasaranku sangat tinggi dan bahasa yang kamu gunakan tadi itu asing menurutku, kau mau kan mengajariku bahasa... Mm yang tadi kamu gunakan gu.. gu.. ya gue."

"Haha, gue mau kok, terima kasih lo.. Eh maksudku kamu sudah mau jadi teman pertamaku Bitu."

"Jam istirahat sebentar lagi, mau ku temani melihat kerajaan pelangi?"

"Benarkah? Aku sangat mau," ucap Alena dengan mata yang berbinar.

Terdapat tempat yang paling Alena kagumkan saat tadi Alena melihat-lihat. Taman bunga dengan banyak sekali kupu-kupu yang bertebangan dan itu terlihat sangat indah.

Satu hal yang mengganjal hati Alena, saat Alena melihat orang yang begitu mirip dengan kekasihnya, Devan. Sedang berjalan berdampingan dengan putri emas. Tapi Alena ragu karna orang itu berwarna merah.

Jika benar itu Devan, Alena sungguh bahagia, meresa tidak sendirian di masa lalu ini, dan sebuah harapan muncul untuk bisa kembali ke masa depan dengan kekasihnya.

....

Jangan lupa vote dan komen.

Maaf jika banyak sekali typo bertebaran dimana-mana.

Hee maaf kemaleman😅

A Love Of The PastDonde viven las historias. Descúbrelo ahora