3. Sayang Devan

64 29 53
                                    

Happy reading

Alena benar-benar penasaran dengan sosok cowo berkulit merah itu. Hari demi hari secara diam-diam Alena memperhatikan tingkah cowo itu. Dari cara berjalanya, gerak-geriknya, sampai raut wajahnya sungguh mirip dengan Devan membuat Alena begitu yakin akan cowo itu ialah kekasihnya.

Saat sosok cowo merah berjalan ke arah taman belakang kerajaan seorang diri, Alena tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan mengikutinya secara diam-diam.

"TUNGGU!" teriak Alena saat sudah berada di taman belakang.

"Ya?"

"Ini gue," Alena dibuat tidak percaya saat cowo merah itu menoleh hingga wajah Alena bertatapan langsung dengan cowo itu.

"Lo? Alena?"

"Iya, Van hiks.. Ini gue," ucap Alena sambil berlari dan langsung memeluk Devan."Gue kangen banget sama lo, gue takut kalau gue disini sendiri hikss.. selama ini lo diamana aja?"

"Tenang, sekarang lo ngga sendiri ada gue disini," ucap Devan yang mengeratkan pelukanya dan mengelus punggung Alena.

"Gue pengin pulang Van hiks... Bawa gue pulang sekarang, gue ngga betah."

"Syutt... Diem jangan nangis," ucap Devan melepas pelukanya dan menatap Alena dengan tatapan tajam. "Ngga semudah itu Alena, dan lo tenang aja kita lalui ini semua sama-sama."

"Van, pasti gue sekarang jelek banget ya? Lo liat gue pasti jijik, ilfil, sekarang gue ngga cantik lagi kayak dulu, lo jangan berpaling ya sama gue, gue takut hiks..." ucap Alena takut dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

"Denger! Gimana pun lo sekarang itu ngga ngebuat rasa sayang aku hilang, mungkin ini ujian untuk hubungan kita. Dan kita harus saling percaya dan sama-sama berjuang untuk bisa kembali ke masa depan,"  ucap Devan meyakinkan Alena.

"Bener ya! Tapi, gimana caranya?"

"Ikut gue ok, dan lo pasti bakal terkejut."

Devan pun menggandeng tangan Alena dan berjalan beriringan. Sampai pada sebuah pohon beringin besar yang sudah tua.

"Merinding gue, pasti disini banyak setan," ucap Alena merasa merinding dengan suasana sekitar.

"Itulah, makanya banyak orang yang takut kesini."

"Terus, lo ngapain bawa gue kesini?" tanya Alena penasaran.

"Cari batu berbentuk hati di samping pohon itu," perintah Devan.

"Gue takut ih."

"Cari aja, ada gue ngga usah takut."

"Van! Ini bukan?" tanya Alena saat sudah mendapatkan batu itu.

"Sekarang lo ambil ranting atau apapun sejenisnya buat nggali tanah disampingnya lagi pohon itu."

"Lo ngerjain gue ya Van? Apa si maksudnya?"

"Udah lo nurut aja sama kata-kata gue."

Alena pun mulai menggali tanah disamping pohon beringin itu. "Devan! Sini deh, liat ini."

Sebuah besi berbentuk hati ada didalam tanah itu.

"Nah, sekarang letakan batu itu diatasnya dan lo mundur."

Greggg greggg (bayangin aja itu bunyi  sesuatu yang bergeser) pohon beringin itu bergeser dan menampakan sebuah pintu yang sudah kusam.

"WOW!" ucap Alena takjub.

"Yuk masuk," ajak Devan pada Alena.

Alena sungguh dibuat takjub dengan apa yang ia lihat didepanya saat ini.
Banyak sekali buku buku yang tertata rapih disana. Tidak hanya satu lantai saja, tetapi ada sekitar empat lantai yang hampir semua di setiap sisi berisi buku.

A Love Of The PastWhere stories live. Discover now