4. Satu Hari Bersamanya

31 19 17
                                    

Alena melihat sebuah cahaya dari celah batu saat Alena melewati sebuah sungai, bukan Alena namanya kalau tidak memiliki rasa penasaran.

Saat Alena membuka celah batu itu...

"WOW!"

....

Cincin batu permata dengan warna pelangi yang bercampur menjadi satu!

Begitu terlihat indah! Ya, tentu saja layaknya sebuah perhiasan yang harganya mahal jika ini berada di masa depan.

Alena segera mengambil dan memasangnya di jari manis. Pas! Membuat Alena tersenyum walaupun warna kulitnya yang berwarna hitam tidak cocok dipadukan dengan cincin permata yang begitu indahnya.

Suasana yang damai dengan hanya terdengar suara air yang mengalir membuat Alena ingin sekali melepas penat dengan membasuh mukanya.

Andai saja warna tubuhnya tidak hitam dan tetap seperti semula, pasti saat ini Alena terlihat yang paling cantik, haha dan itu mungkin jika mereka tetep dengan warna-warninya saat ini.

"Pliss kembali," ucap Alena geram dengan menggosokkan air di tangannya, berusaha jika mungkin warna kulitnya akan kembali.

"Ayolah!"

Alena terus saja menggosok-gosokan, tidak ada yang berubah sama sekali masih tetap dengan warna kulit hitamnya. Hingga membuat Alena lelah dan memilih untuk tiduran di batu besar.

Dilain sisi pangeran yang tengah dalam perjalanan menuju dalam hutan untuk berburu, dan saat melewati sungai mata pangeran melihat seseorang diatas batu besar yang tengah berbaring.

Pikiranya jauh, bahwa pangeran berfikir orang itu ialah mayat yang di buang akibat pembunuhan, bukan tanpa alasan pangeran berfikir seperti itu pasalnya di kerajaannya saat ini sedang banyak sekali kasus pembunuhan.

Pangeran memilih untuk mencari daun pisang dan menutupi mayat itu.

"Heyy!!!!" teriak Alena saat merasa ada sesuatu berada di atas tubuhnya.

Pangeran putih yang mendengar teriakan Alena sungguh terkejut bahwa mayat itu hidup kembali. Ralat... maksudnya orang itu masih hidup.

"Heh apa yang lo lakuin? Lo kira gue mayat apa? geram Alena.

"Lo?" tanya pangeran bingung.

"Ih, susah ya ngomong sama orang-orang disini, lo itu maksudnya kamu paham dan gue itu aku PAHAM?" ucap Alena yang menekan ucapan terakhir.

"Kamu ngga tau siapa aku?"

"Ngga penting juga kan aku kenal sama kamu dan dah," ucap Alena setelah itu berlalu dari hadapan pangeran.

"Hey! Berhenti kau!" Alena tidak menggubris omongan pangeran dengan terus saja berjalan lebih cepat.

"Berhenti...! Pangeran perintahkan untuk kau si hitam untuk berhenti!" teriak pangeran.

Deg

"Jadi dia itu pangeran, bisa dapet masalah besar gue kalau gini," ucap Alena dalam hati.

"Ampun pangeran, ampun, Alena minta maaf." Alena yang langsung membalikan badanya dan menundukan kepala.

"Sungguh tidak sopan."

"Maaf gue, eh aku tidak tau kalau kamu itu pangeran, ketemu aja udah lama dan itu cuma beberapa detik doang,"

"Bahasa mana itu, apa kamu berasal dari luar kerajaan pelangi?" tanya pangeran yang bingung dengan gaya bahasa Alena.

"Iya, aku tuh generasi milenial jadi ya wajar aja kalau bahasa aku kek gini."

A Love Of The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang