VANATHEA__40

4K 145 13
                                    

Karna penantian panjang dan Cinta yang tulus itu tidak akan pernah berakhir sia-sia.

*-*-*-*-*

Dean duduk terdiam di tengah keramaian. Makanan lezat dihadapannya itu sama sekali tak tersentuh. Ia sedang mati-matian menahan air matanya. Ia memang cowok. Tidak ada sejarahnya seorang Deandika Vanath Prawisra menangis, apalagi karena cewek. Tapi, kali ini berbeda. Gadis yang Ia hadapi adalah Tania Despina Galathea. Cewek yang berhasil membuatnya nyaris gila karena menghilang tanpa jejak selama 5 tahun. Gadis yang telah memporak-porandakan hidupnya selama ini. Gadis yang sangat Ia rindukan. Dan gadis yang sangat Ia sayangi.

"Jadi, kalian saling kenal?" tanya Anan pelan.

Tania dan Dean sama-sama menoleh. Tak sengaja tatapan keduanya saling bertemu. Tania mengalihkan tatapannya. Ia tidak boleh terlihat lemah di hadapan Dean. Andai saja Dean tau, di balik sifat ceria dan angkuh yang Ia perlihatkan saat ini, hati Tania begitu rapuh. Tak bisa Ia pungkiri, Tania sangat merindukan Dean. Ia takut jika Dean membencinya karena pergi tanpa kabar selama 5 tahun terakhir.

"Kita dulu satu sekolah" jawab Tania diiringi senyuman. "Gue baru tau kalo kak Anan itu kakaknya Vanath"

Anan mengernyit heran. "Apa? Vanath?" Anan menatap kedua orang dihadapannya ini dengan bingung. Otaknya sibuk memikirkan nama yang tak asing ditelinganya. "Eh!" serunya tiba-tiba. "Jangan bilang kalau kamu itu...." Anan menunjuk Tania tanpa melanjutkan kata-katanya. Anan jadi merasa bodoh sekarang. Kenapa Ia baru sadar kalau Galathea yang selama ini ia kenal adalah Thea? Gadis yang selama ini dicari adiknya.

"Kenapa?" tanya Tania.

Atensi Anan beralih pada Dean. Mendadak Ia paham mengapa ekspresi adiknya berubah menjadi suram. Anan sungguh tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia pernah berjanji akan membantu Dean menemukan Thea'nya'. Pantas saja pencarian Anan selama 5 tahun ini tidak membuahkan hasil. Ternyata, orang yang selama ini Ia cari adalah orang terdekatnya sendiri.

Srett!

"Gue udah kenyang. Permisi!" ujar Dean atar lantas pergi, meninggalkan Tania dan Anan yang memberikan tatapan penuh arti.
"Eh, em... Sepertinya aku juga harus pergi. Maaf, kurasa makan malam kali ini tidak berjalan lancar" kata Anan merasa tidak enak.

Tania tersenyum. "Tidak apa-apa. Vanath pasti terkejut setelah lima tahun kita nggak ketemu. Lebih baik kakak hibur dia" kata Tania, berusaha memberi saran yang langsung disetujui oleh Anan.

"Oke" Anan berdiri, hendak pergi namun ia urungkan. "Aku memang nggak tau masalah kalian apa. Tapi, aku yakin kalau pada akhirnya, semua akan baik-baik saja. Bye Galathea" ujar Anan diiringi senyuman sebelum akhirnya pergi menyusul Dean.

Senyum yang tadi Tania perlihatkan langsung pudar digantikan oleh raut wajah sedih. Perlahan ia menangkupkan kedua telapak tangan dalam wajah. Ia akan tau cepat atau lambat, Ia dan Dean pasti akan bertemu. Tapi, haruskah secepat ini?

Atensinya baru teralihkan saat merasakan ponselnya yang bergetar di dalam tas. Ia menghela nafas pelan saat membaca sebaris nama di layar ponsel. "Hai kak Asa!" sapa Tania ceria. Ia tak ingin Virga khawatir mendengar suaranya yang bergetar.

"Lo nggak pa-pa kan?" tanya Virga di sebrang sana.

Tania tertawa. "Memang gue kenapa?"

Hening. Tidak ada jawaban dari Virga hingga 5 detik mendatang. "Gue ketemu Dean tadi pagi. Gue dengar Ia mau ke Jerman untuk melanjutkan kuliah-"

"Gue baru aja ketemu Vanath" kata Tania pelan. "Menurut lo, dia benci gue?" tanya Tania dengan suara bergetar.

Terdengar helaan nafas dari sebrang sana. "Gue nggak tau" jawab Virga pelan.

VANATHEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang