Chapter 3

3.9K 252 32
                                    

Boboiboy hanya milik Monsta
But, Gempa is mine :v
.
.
.
.

Happy reading guyss~

Sesampainya Gempa dirumah ia dikejutkan dengan tingkah saudara-saudaranya, sebenarnya Gempa tak terlalu kaget, dengan tingkah mereka, tapi dia terkejut karna Papanya ada dirumah sedang berdebat dengan Halilintar walaupun yang terlihat berdebat hanya Hali saja, sedangkan Papa tidak terlalu mengacuhkannya.

Taufan yang melihat kedatangan Gempa langsung teriak. "GEMPAAAAA!!!" lalu Taufan memeluk Gempa.

"Aduh, kak Taufan ngapain sih?"

"MASA KITA GA BOLEH MAKE KUASA KITA DI SEKOLAHH!!!!"rengek Taufan sambil mengguncang-guncang kan Gempa.

"Ya terus kenapaa?? Diem dulu dongg." Taufan lalu diam dan melepaskan Gempa, Gempa berjalan menuju Papanya.

"Papa, sebenarnya ada apa ini? Tumben Papa pulang." tanya Gempa pada Papanya.

"Papa ada urusan dan juga Papa kan mau ketemu penerus Papa yang baik inii." ucap Papa lalu memeluk Gempa. Gempa hanya tertawa canggung, sedangkan saudara-saudaranya bersikap lain, mereka seperti tidak suka dengan ucapan Papa. Bahkan Gempa mendengar suara berdecih saat itu, tetapi Gempa pura-pura tidak mendengarnya.

Tidak tahan dengan suasana itu, Gempa mengganti topik obrolan. "Eh, Papa, istirahat dulu yuk, Gempa capek."

"Ok, papa juga mau istirahat, kita bicarakan ini nanti ya." Gempa mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya dilantai atas. Remaja beriris emas itu menutup pintu kamarnya lalu menguncinya.

"Hahh..." helaan nafas itu terdengar seperti sebuah keputusasaan. Gempa menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

"Kapan ini berakhir...?"

~~~~~~~~~~~~~~

Malam itu setelah makan malam mereka berkumpul di ruang keluarga untuk membicarakan hal yang terjadi siang tadi sekaligus memberi tau Gempa.

"Ekhem...jadi begini Gem, seperti biasa kak Hali--"

"Apa maksudmu seperti biasa!?" Halilintar memotong pembicaraan Taufan dengan marah, Taufan menjeling padanya.

"Ck diam dulu kenapa sih kak? Jadi gini Gempa, kak Hali membuat masalah lagi disekolah,"

"Bukan salahku." potong Halilintar lagi.

"Iyaa bukan salahmu, sekarang kak Hali bisa diam dulu enggak sebentar?" Halilintar memalingkan wajahnya, lalu Taufan menyambung ceritanya.

"Karena kak Hali ga bisa mengontrol amarahnya, ia tidak sengaja menggunakan kekuatannya pada orang itu. Ya terjadilah masalah, orang tua dari murid tersebut melapor pada kepala sekolah padahal bukan kak Hali yang salah, tapi ia tetap disalahkan, bahkan kepala sekolah sampai memanggil Papa. Dan masalahnya sekarang adalah.."

"Oh, yang tadi bukan masalahnya ya?" potong Gempa. "Bukan, masalahnya ituuuu KITA TAK DIBOLEHKAN MEMAKAI KUASA KITA DI SEKOLAH LAGI HUWAAA!!!" teriak Taufan lagi, sebenernya dia sadar ga sih kalau itu mengganggu, ya namanya juga Taufan pasti ganggu, kalau ngga mengganggu bukan Taufan, karna Taufan itu seorang pengganggu.//Upan: bct author baca naskah yang bener!//ok.

Gempa terkejut mendengar hal tersebut, ia lalu bertanya pada papanya untuk memastikan hal itu benar apa tidak.
"Apa itu benar Pa??!"

Papanya--Amato lalu menghela nafas. "Ya, itu benar."

"Kok bisa?"

"Kepala sekolah menuntut, katanya kekuatan kalian itu berbahaya, apa lagi jika kalian tidak bisa mengontrolnya." jelas Papa dengan tegas.

"Lalu, Papa setuju??" tanya Gempa lagi.

"Ya tentu saja Papa terpaksa menurut, karena memang lebih baik begitu."

"Tapi kan kami bisa mengontrolnya Papa!" kali ini Solar yang angkat bicara.

"Are you sure?" lalu Solar terdiam, memang terkadang mereka suka lepas kendali, tapi tidak sampai melukai para murid. Dan tentu saja, hal ini tidak terlalu adil bagi mereka.

"Sudah, keputusan ini sudah bulat dan Papa sudah mentandatangani kontraknya, ini untuk kebaikan kita semua, murid lain tidak akan ada yang terluka lagi dan kalian bisa terhindar dari masalah. Papa mau kalian mematuhi ini, dan jangan mempermalukan Papa LAGI." kata 'lagi' di akhir kalimat yang diucapkan Amato tersebut membuat Halilintar menggertakkan giginya, ia mengepalkan tangannya. Namun, apa daya dia tak bisa melawan.

Amato lalu beranjak dari tempatnya dan pergi menuju kamar, menyisakan para pengguna elemental yang terdiam.

"Maaf." sontak semua menoleh ke arah Halilintar. Satu kata tersebut lolos begitu saja dari bibirnya. Halilintar memang paling anti untuk meminta maaf.

Hali memalingkan wajahnya."ini semua salahku, harusnya aku lebih bisa mengontrol emosiku." ucapnya menyesal, namun juga terdengar nada emosi yang ditahan. Lalu Halilintar pergi begitu saja meninggalkan mereka.

Hening menyelimuti hingga Taufan mengeluarkan suaranya. "Ini sudah malam, ayo kita tidur saja."

~~~~~~~~~~~~~~
Gempa tidak langsung kekamarnya, ia pergi ke kamar Halilintar. Saat Gempa sudah disana, ia tak melihat Hali, Gempa langsung terpikirkan tempat yang biasa dikunjungi Halilintar dirumah ini.

"Kak Hali?" panggil Gempa saat melihat kakaknya itu sedang duduk di bukit belakang rumah. Halilintar menoleh, dan mendapati Gempa sedang berjalan ke arah nya.

"Kau kenapa disini?"

"Aku khawatir padamu." Halilintar lalu mendengus, "harusnya kau yang khawatir pada dirimu sendiri, ini sudah malam, kau tak boleh keluar, udara dingin." ucap Hali.

Gempa lalu tersenyum, ia mengacuhkan perkataan Hali. "Kenapa kau minta maaf tadi?"

"Kenapa? Ga boleh?"

"Yang berlalu biarlah berlalu kak, kita ga terganggu kok walaupun kita dihukum begini, sedikit sih..tapi nanti kita akan terbiasa." ujar Gempa tersenyum lebar. Halilintar lalu menatap adik keduanya itu.

"Semua orang pasti membuat kesalahan, tidak ada manusia yang sempurna Jadi tidak usah merasa bersalah kak." lanjut Gempa.

"Tapi tetap saja, aku telah mempermalukan keluarga kita, beda denganmu, yang selalu membuat bangga Papa. Jujur, aku iri padamu."

Ucapan Hali membuat Gempa terdiam, ia menatap sayu Halilintar.

Halilintar lalu bangkit dari duduknya dan menepuk kepala Gempa pelan.

"Terima kasih, setidaknya kata-katamu membuat ku sedikit tenang. Jika kau lelah, ungkapkan saja jangan dipendam." ujar Hali lalu berjalan menuju rumah. "Ayo." ajaknya.

Gempa mengangguk lalu mengikuti Hali dari belakang, ia menatap punggung kakaknya itu dengan tatapan hampa.

"Semuanya sama saja.."

~~~~~~~~~~~

Gempa menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, dan memandangi langit-langit kamar dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Kesal, sedih, putus asa, semua tercampur aduk dalam hatinya.

"Tidak ada yang bisa diharapkan, pada akhirnya semua sama saja.." ujar Gempa. Lalu ia teringat dengan pembicaraan di ruang keluarga tadi.

"Jika aku tidak boleh memakai kekuatanku di sekolah, lalu bagaimana..." Gempa memikirkan kejadian-kejadian yang ia alami disekolah. "...dengan para pengganggu yang menggangguku disana..?"

Tbc~

Yoi guys, gimana2? Pendek ya ceritanya? Ga nyambung? Apa gimana? Kasih komentarnya dong biar Fi bisa perbaiki lagi.

Ok pembaca ku tercintah
See you next chap, doain aku biar bisa updatenya cepet :v

Vote ye guys :v

Broken (HIATUS)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora