22. Threat

4.3K 362 32
                                    

*
*
*
---The Dangerous Alpha---
*
*
*

Seluruh warrior terkuat telah duduk di kursi yang sudah disediakan. Duduk tegak dengan wajah takut mereka. Langkah tegap Aaron yang nyaris tidak menimbulkan bunyi membuat mereka merasa tengah terancam. Aura yang menyeramkan begitu terasa menyelimuti ruangan kerja Raja.

Peter berjalan tenang dibelakang Aaron dan berhenti ketika lelaki itu duduk di kursi kerjanya. Diikuti oleh Peter yang duduk ditempat yang sudah ada. Manik safir tajamnya menatap para warrior membuat mereka menahan napas.

"Aku ingin kalian mengenyahkan seluruh keturunan Alpha terdahulu di dalam pack kecil yang Aku pimpin!" Perintahnya tanpa basa-basi membuat sebagia besar warrior tertegun.

Aaron yang melihatnya hanya menyeringai samar.

"Jika kalian tak sanggup, bawa mereka kehadapanku. Biar aku yang menghabisi mereka." Lanjutnya yang langsung menyadarkan mereka dari keterkejutannya.

Mereka langsung mengangguk mematuhi tanpa berani berkomentar.

"Lalu aku ingin kalian mengirim bawahan kalian untuk-"

Deg!

Ucapan Aaron terhenti membuat para warrior mengalihkan perhatian mereka padanya. Dihadapan mereka, Aaron tengah terdiam. Wajahnya yang dingin tidak menunjukkan apapun. Namun sorot matanya tidak bisa menyembunyikan bahwa lelaku itu tengah merasakan sesuatu yang aneh.

Aaron terpaku, merasakan gelenyar aneh dalam dirinya. Wangi mate-nya tercium kian menyengat, memabukkan. Membuatnya nyaris jatuh kepayang. Perlahan ia merasakan perih dan sakit dipergelangan tangannya. Tepatnya di nadi membuatnya sadar sumber keanehan dalam tubuhnya berasal.

"Brengsek!" Makinya membuat yang lainnya terperanjat.

Aaron tidak bisa berpikir lagi. Lelaki itu langsung berdiri dari tempatnya. Berjalan tergesa nyaris mendobrak pintu saat keluar. Tanpa mengatakan apapun ia meninggalkan ruang kerja beserta para warrior dan Peter. Bahkan lupa bahwa ia bisa langsung menuju tempat itu secepat kedipan mata daripada harus berlari menelusuri lorong istana.

Tidak menghiraukan para maid dan warrior yang dilewati memberi hormat. Lelaki itu terus berjalan dengan tergesa sampai setengah berlari. Memsuki kastil Cassieopeia yang sepi. Mendobrak pintu utama menuju kamar Ayesha yang tertutup rapat.

Brak!

Pintu terbuka lebar nyaris rusak karena Aaron membukanya dengan kencang. Matanya menelisik seluruh ruangan kamar. Sampai menemukan Ayesha yang duduk dilantai dengan wajah pucat disudut kamar.

Aaron berjalan cepat menghampirinya. Darah terlihat memenuhi lantai disekitar Ayesha. Membuat rahang Aaron mengeras ketika melihat Ayesha berada diambang batas kesadarannya. Lelaki itu berjongkok, mencengkram dagu Ayesha kencang. Memaksa gadis itu untuk tetap sadar dan menatapnya.

"Kau pikir, kau bisa pergi dengan cara seperti ini?" Desis Aaron berbahaya.

Ayesha yang lemas hanya menatapnya tanpa bicara.

"Bodoh!" Makinya, lalu menggendong Ayesha. Meletakkannya dengan lembut di ranjang.

Tidak peduli jika darah Ayesha mengotori seprainya.

"Jangan berani untuk memejamkan matamu! Jika tidak ingin kucongkel saat itu juga." Perintah Aaron ketika melihat Ayesha yang lemas kehabisan darah mulai kehilangan kesadaran.

"Peter! Cepat bawa tabib ke kamarku!" Perintah Aaron bermaksud memindlink Betanya namun tanpa sadar berteriak mengucapkannya.

Sret!

Gila. Aaron merasa dirinya sudah gila dan bodoh. Lelaki itu merobek pakaiannya dan mengikatkan kain itu dipergelangan tangan Ayesha. Mencoba agar darah tidak terus keluar.

Ayesha menatap Aaron sayu. Pandangannya mulai memberat dan mengabur.

"Sialan. Tetap sadar!" Bentak Aaron pada Ayesha yang hampir terpejam.

Brak!

"Yang Mulia-"

"Cepat obati dia bodoh!" Teriak Aaron memotong tabib yang akan memberi hormat padanya.

Tabib lelaki itu berlari kecil menghampirinya.

*
*
*
---🌱 TDA 🌱---
*
*
*

Sorot tajam Aaron mampu membuat Ayesha diam mematung. Lelaki itu terus memandangnya tajam penuh kebencian setelah Ayesha sadar hingga saat ini. Satu ruangan dengan Aaron tanpa siapapun membuatnya ketakutan dan ingin menghilang. Apalagi dengan Aaron yang tidak membentaknya, hanya melihatnya dengan sorot mengerikan.

Ayesha berdehem. Pandangannya ia alihkan dan kini tertuju pada pergelangan tangannya yang di perban. Rencana bodohnya dengan mudah gagal.

"Kau memang manusia yang terlahir menyebalkan."

Ayesha mendongkak menatap Aaron yang berjalan mendekat. Tarikan tangan besar pada rambut belakang kepalanya. Membuat Ayesha mendongkak dengan ringisan.

"Kau pikir kau bisa mati dengan mudah?" Tanya Aaron penuh cemoohan. "Kau tidak akan mati semudah itu. Camkan!" Teriak Aaron setelah melepaskan tarikannya pada rambut Ayesha.

Ayesha menatap Aaron.

"Aku sudah menderita. Sangat menderita. Bisakah kau bunuh aku saja!?" Seru Ayesha.

"Tentu saja aku akan membunuhmu dengan senang hati setelah kau sudah sangat tidak berguna jika kau hidup!" Tekan Aaron sebelum berbalik meninggalkan Ayesha sendirian dikamarnya.

Lelaki itu berjalan tergesa menuju kastil Sirius untuk menemui selir atau lebih tepatnya wanita yang bisa menghabiskan malam dengannya. Tangan Aaron semakin terkepal ketika menyadari tindakannya pada Ayesha. Ketika gadis itu nyaris mati. Bahkan saat Ayesha belum sadarkan diri. Ia segera memerintahkan maidnya untuk menghilangkan benda apapun yang bisa melukai Ayesha.

Aaron mengerang. Mengusap wajahnya dengan frustasi. Langkahnya terhenti di lorong yang sepi dan gelap. Rahangnya mengeras menyadari bahwa Ayesha bisa menjadi kelemahannya dan itu merupakan bencana bagi Aaron.

Aaron memejamkan matanya untuk sesaat sebelum akhirnya tertawa mengerikan. Hingga suaranya menggema dan memberikan kesan menakutkan. Manik safirnya berkilat.

"Ya, kau akan segera menemui ajalmu, Ayesha. Ditanganku sendiri."

*
*
*
---🌱 TDA 🌱---
*
*
*

Ayesha bergerak dalam tidur dengan gelisah. Ketika seseorang memasuki kamarnya yang gelap. Langkahnya bahkan tidak terdengar sama sekali. Hingga sosok itu tepat berdiri disamping ranjang gadis itu.

Tangan kirinya mulai mengeras dan menunjukkan kuku yang mulai memanjang. Terjulur kearah gadis itu. Berhenti tepat di atas dada kiri Ayesha.

Manik tajamnya menatap wajah tenang Ayesha yang tertidur tenang. Lalu beralih pada tubuh gadis itu hingga matanya berhenti pada gaun tidur Ayesha yang panjang. Menyembunyikan sepasang kakinya yang tidak utuh lagi. Untuk sesaat sosok itu menatap kaki Ayesha cukup lama.

Ia masih tidak habis pikir. Gadis itu mampu bertahan hingga saat ini.

Sosok itu kembali menatap wajah Ayesha. Tangan kirinya mulai berancang-ancang. Siap untuk menembuskan kuku tajamnya untuk mencengkram dada kiri gadis yang tengah tidur.

--- To Be Continued---

I'm baaack

Maaf ya baru up date, duuh tugas kampus numpuk jadinya lupa 😂
Makasih buat yang udah nungguin dan baca cerita ini ❤️❤️❤️

09-09-2019

The Dangerous Alpha [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang