It S u c k s .

5.9K 266 10
                                    

Bab 31.

It S u c k s .

Aku berdiri di sini.

Di depan Gramedia bersama sahabatku di samping ku ini, Anny.

"Ayoo" ajak Anny masuk.

Lalu kita masuk, dan mencari buku berjudul 'To All The Boys I've Loved Before'.

Di Grameda, banyak buku.

Hoho ya iya lah orang toko buku .-.

Aku suka melihat, memeratikan cover buku-buku yang ada dan membaca sinopsis novel-novel yang ada.

Kucari Anny, dia menghilang. Okay :')

"Kamu gapapa?" tanya seseorang dari jarak jauh.

Lalu perhatianku teralihkan pada cowo itu.

Cowo itu tinggi dan keliatan cakep. Sedangkan sebelahnya, cewe, mungkin pacarnya, yang sepertinya habis jatuh kepeleset. Cewe itu keliatannya familiar..

"Gapapa kok" jawab cewe itu sambil senyum ke pacarnya.

Aku perhatikan langkah-langkah mereka. Cara mereka berbicara, berjalan, melihat satu sama lain dan ya, cara mereka care for each other..

Sedangkan aku? Orang biasa yang cowo yang dia suka kemungkinan besar suka cewe lain dan hal yang terakhir dia bicarakan adalah Xander mengusirku dan sekarang dia berada di rumah sakit dengan kamar 5006. Tiduran dan tidak sadar karna, K O M A.

It sucks.

It hurts.

It makes me wanna go away as far as I could and scream his name out loud.

Okay. Inhale. Exhale.

Aku gabisa dendam.

Apakah jalan ini adalah jalan yang aku harus jalanin? Oke.

"Heey" kata Anny tiba-tiba mendekatiku.

"Lu gapapa?" tanyanya.

"Gapapa kok" jawabku senyum.

"Nih gue ketemu bukunya!" balesnya ceria dan memberikan ku bukunya.

Aku liat bukunya, bagus.

Covernya menarik dan sinopsisnya, membuatku ingin baca.

Lalu aku berjalan dengan Anny dan membelinya. Sesudah membayar buku itu, aku jalan menuju XXI.

Sampai di sana, kita memilih untuk nonton Maze Runner, dimana di sana ada Dylan O'Brien yang kece badai dan topans.

"Heey. Lo serem Sher sumpah" kata Anny tiba-tiba.

"Yaa?" tanya ku bingung.

"Lo melamun mulu daaah" jawabnya.

"Aku lagi mikirin kamu HAHAHA" balesku seketika.

"Ih gue tau kok lo sayang gue" jawabnya pede.

"Udah ah. Beli popcorn aja" jawabku sok-sok ngambek.

Aku memesan popcorn,

"Size apa?" tanya mas yang jadi kasir itu.

"Large" jawabku percaya diri.

"Lo gila?" tanya Anny.

"Gue butuh hiburan dan ini dia" balesku.

"Rp.60.000 jadinya" kata mas itu.

Lalu aku membayar dan mengambil popcorn manis large ku.

"Jadi hiburan lo itu adalah beli starbucks venti, beli novel, nonton film, dan popcorn size large? Orang macam apa lo?" tanya Anny tak percaya.

"Gue? Oh gue mah sahabat elo yang lo ga sadari" jawabku santai.

"Okeoke. Anything for my bestie." katanya dengan nada 'paksa'.

"Thankyou" jawabku lembut.

"Sok lembut luu" ejeknya.

"A W A S C I C A K !" kataku menunjukan lantai XXI.

"ANJIR!!!" teriak Anny kencang.

Seketika, XXI yang rame itu menjadi sunyi dan semua orang melihat aku dan Anny.

"Ngakak abis njir!" jawabku sambil ketawa sampai nangis.

"G-A L-U-C-U" katanya.

"Maaf ya A N N I I E" balesku.

"HAHAHAHA" jawabnya.

Lalu kita jalan masuk studio 1.

- - -

"Bye Annyyy!" balesku sambil melambaikan tangan padanya.

Dan dia pergi dari pandanganku.

Sekarang aku berdiri di mall @ alam sutra sendirian karna Anny harus pergi ke kondangan tantenya.

Jujur saja aku gamau pulang ke rumah.

Jika aku pulang, pikiranku akan teralihkan pada ya, Xander.

Jadi aku memutuskan untuk tetap di sini hingga waktu jam makan malem.

Aku nongkrong di Gramedia. Jujur di sana itu gabisa nongkrong, tapi di sana enak untuk baca buku karna suasananya hening dan tenang.

Tiba-tiba di depanku muncul pasangan cewe dan cowo yang aku liat tadi di sini juga. Mereka sedang memperlihatkan buku pada satu sama lain dan ya, dengan tertawa.

Dan saat aku melihat cewe itu, rambut coklat, baju kaos biasa putih dan rok hitam pendek. Cewe itu,...

Scarlett.

Cowo itu? Mungkin cowo yang memakai kemeja saat di Katzenjammers yang memberikan dia bunga.

Dan seketika mereka berjalan ke arah aku dan itu agak aneh karna aku tidak mau mereka tau bahwa aku memperhatikan mereka.

"Sher?" tanyanya.

Ya itu Scarlett.

"Iyaaa. Ngapain kamu di sini?" tanyaku.

"Ohh sorry ini Zart. Zart, Sher, Sher, Zart" katanya sambil memperkenalkan aku dengan cowo sebelahnya.

Aku tidak menyangka pasangan yang aku peratiin selama ini adalah Scarlett dan cowo nya ini, Zart.

"Aku lagi memenin dia cari buku" kata Scarlett lembut.

Suaranya, bagus.

Sometimes, terkadang, aku kesal, bukan kesal juga, tapi seperti 'envy' dengan orang yang, cantik, pinter, kulit putih halus, disayang semua orang, seakan-akan mereka perfect. Tapi aku tau orang itu ga ada yang sempurna. Pasti di balik semua ini Scarlett mungkin lebih mengalami pengalaman yang lebih buruk daripada punyaku?

"Kalian lucu aku sukaaa" jawabku jujur.

"Makasihh. Scarlett udah jadi sahabat yang awesome banget" jawab Zart.

Apa Zart bule? Aksen bahasanya bagus, seperti orang Jerman.

Apakah Scarlett di, Friendzone?

"Lo orang Jerman?" tanyaku.

"Ja" jawabnya dengan bahasa Jerman.

Artinya Ja[Ya] adalah, iya.

"Ich kann Deutsch sprachen" jawabku seketika.

Artinya adalah aku bisa berbahasa Jerman.

"Kamu bisa bahasa Jerman??" tanya Scarlett kaget.

"Lumayan" jawabku.

Aku sempat mengikuti kursus bahasa Jerman selama 3 tahun. Jadi ya, lumayan lah ya. HEHE.

"Aku pulang dulu yaa" kataku.

Aku tidak mau menganggu mereka. Mereka terlalu sweet kalau aku ganggu.

"Byee!" kata Scarlett dengan senyum lebarnya.

Sebenarnya, aku tidak mau pulang. Tapi mungkin sekarang waktunya aku pulang dan aku tidak bisa menghindar dari pikiranku jadi yasudah.

Tiba-tiba hpku bergetar,

Xander: Maaf ya kak Sher, aku turut berdukacita -Namata

Dan pesan itu membuat detak jantungku berhenti seketika. . . . .

Caramel FrappucinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang