Untuk Kamu

5.3K 262 9
                                    

Bab 33.

Untuk Kamu

Dear Xander,

Sekarang hari minggu tanggal 30 Oktober.
Hari dimana lo pergi dari sisi gue selama lamanya.

Sejak dulu, gue udah sayang sama lo.
Sebelum kita deket.
Sebelum kita ngomong malahan.

Pertama kalinya gue liat lo itu, lo lagi main basket. Nomor basket lo itu 5 dan dari situ gue tau nama lo Xander.

Gue peratiin semua gerak gerik lo.
Gue liat mata lo saat ngeliat gue sesaat.
Dan dari situ, gue mulai tertarik sama lo.

Di tengah-tengah pertandingan, lo mulai gelisah karna jarak skor lawan lo dan sekolah kita itu 5.

Walaupun cuman 5, gue bisa nebak kalo lo itu gelisah.

Dan tiba-tiba lo mau nge shoot dan jatuh nya bukan di ringnya, tapi di kepala gue. Sesaat gue agak kesel dan mulai prinsip kalo gue berubah pikiran. Gue gamau tertarik sama lo.

Saat bola itu kena kepala gue,
Yang gue bisa lakuin itu nangis.
Karna ya, sakit.

Dan saat itu juga gue dianterin ke UKS karna Anny takut gue kenapa-napa. Jadi ya, gue ke UKS abis kena bola yang lo lempar.

Saat di UKS, aku disuruh duduk di salah satu ranjang di sana dan suster di sana ngasih gue semacam es gitu buat gue taro di kepala gue. Dan saat itu juga, Anny disuruh pergi karna UKS cuman boleh isinya anak yang sakit.

Dan saat gue lagi marah-marah sendiri gitu, lo dateng bareng temen-temen lo.

Gue liat lo pincang. Kaki lo asli biru gede banget. Gue gatau kenapa tapi ya mungkin lo jatoh, atau apa..

Terus kayak yang suster itu lakuin sama Anny, temen-temen lo semua disuruh keluar dan lo disuruh duduk di sebelah gue.

Saat itu gue kesel. Gue gamau liat muka lo. Gue ngerasa seneng kalo lo biru kakinya, 'mampus' gitu lah ya kira-kira perasaan gue ke lo.

Suster itu kasih lo salep gitu, trus kaki lo diperban gitu sama susternya. Dan lo kayak nahan sakit. Aslinya gue tau lo mau teriak gitu kesakitan.

Dan saat itu gue ketawa ngeliat lo. Gatau kenapa.

Terus lo liat muka gue, bingung. Dan gue langsung ga ketawa dan cuek.

Setelah suster itu selesai dan keluar karna mau ngambilin kita teh anget. Kita berdua sendirian di UKS.

Dan di kesunyian, lo tiba-tiba ngomong,

"Sorry yaa" kata lo merasa bersalah.

"Kenapa?" tanyaku.

"Itu kepala lo. Gapapa kan?" tanya lo.

Dan dari kata-kata lo itu membuat gue lupa tentang perasaan kesel gue ke lo gara-gara lo ngelemparin bola ke gue.

"Sakit" jawabku cuek.

"Kaki gue juga sakit" bales lu nyolot.

"Terus?" balesku.

"Nyolot lo" jawab lo.

Terus gue senyum ke lo. Terus tiba-tiba lo ketawa. Jadi ya, gue ikut ketawa gatau kenapa. HAHAHA. Maaf.

Oke ini terlalu lebay gitu. Cuman gue pengen nulis ini semua supaya gue ga nangis.

Trus gue kaget pas di mall @ alam sutra lo tau nama gue. Karna kita ga tukeran nama waktu itu. Padahal kejadian itu udah kelas 7 dan lo sama gue ketemu di mall itu sekarang. Kita kelas 10. Dan gue gatau kenapa, gue suka sama lo sejak kejadian itu.

Terus dari itu kita jadi dekat.

Sampai tiba-tiba lo marah sama diri lo sendiri karna soal cewe yang lo suka itu..

Tadinya gue pikir itu buat gue, tapi, pasti bukan karna gue, karna pas gue ke rumah sakit aja, lo cuek sama gue. Lo malahan marah sama gue.

Percakapan terakhir kita itu saat lo marahin gue. Dan itu sakit, asal lo tau. Jadi kayak, semua yang gue lakuin buat lo selama ini tuh sia-sia. Gue hanya berharap lo ga kena kecelakaan itu tapi gue gabisa ngeubah itu semua.

Lo udah pergi dan sekarang lo udah safe di atas sana. Gue cuman mau yang terbaik buat lo. Maafin gue kalo gue punya salah sama lo.

Semoga gue bisa ketemu sama lo lagi.
Dimana gue bisa ngasih surat ini ke lo.
Supaya lo tau isi perasaan gue selama ini.
Makasih buat semuanya.

From, Sherlisson.

Kututup kertas yang barusan aku tulis itu. Dan aku masukan ke amplop putihku dan ku tulis dengan huruf sambung,

Dear Xander,

Lalu ku lihat hpku dan ternyata sekarang jam 23.55. Kutaro amplop itu di meja rias ku dan kupeluk boneka teddy bear ku dan menangis.

- - -

Di sekolah, semuanya sama. Tidak ada yang berubah untuk semua orang, kecuali aku.

Aku jalan menuju koridor ku menuju loker ku. Mataku berat dan rambutku pasti berantakan acak"an. Orang-orang tetap tertawa sendiri, berbincang-bincang sendiri seakan-akan mereka tidak tau keadaan Xander. Apa mereka senang Xander meninggal?

"Wooo-w" kata Anny tiba-tiba.

"Lo kok bisaa....be-gi-ni?" tanyanya kaget.

Lalu aku peluk dia dan mencoba untuk menahan tangisanku.

"Laah-? Kenapaa?" tanyanya.

"Xaan-dee-rr..." balesku.

Dia langsung memegang kedua bahu ku dan melihatku.

"Kenapa dia?" tanyanya.

"Gone forever" jawabku.

"How come?" tanyanya kaget.

"Don't know" jawabku mencoba untuk buang muka.

Ku buka lokerku dan kuambil sisir yang ada di sana, dan menyisiri rambutku yang berantakan. Ku ambil juga tissue dan aku bersihkan mukaku dari air mata yang keluar.

"Udah udahh. Jangan nangiss. Udah baca bukunya belom?" tanyanya mengganti topik. Dia tau yang membuatku 'move on' adalah tidak membicarakannya.

Aku menggeleng.

"Pokoknya lo harus baca buku itu" balesnya.

"Males Ann" jawabku.

"Kan lo udah belii! Baca ga!" katanya dengan aksen galaknya.

"Iya iya tante" ejekku.

"Yuk masuk kelas" katanya sambil merangkul aku dan kita jalan bareng ke koridor kelas aku dan dia.

Aku coba untuk tidak menangisi Xander. Coba sebisa mungkin. Demi Xander.

Caramel FrappucinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang