1

9 2 0
                                    

Hai...
Namaku Alina, Alina Victoria. Aku punya seorang saudara kembar, namanya Elena Victoria. Aku begitu menyayanginya, begitu ingin dekat dengannya seperti halnya saudara pada umumnya. Tapi aku tidak bisa, Elina memasang tembok besar yang menghalangi aku untuk masuk di hidupnya. Dari kecil, aku sama sekali tidak pernah bermain bersama dengan Elina. Ditambah lagi aku dan Elina dibesarkan di keluarga yang berbeda, itu membuat kami semakin jarang bertemu. Aku dibesarkan oleh Papa sedangkan Elina dibesarkan oleh Mama. Papa bilang, Mama pergi membawa Elina ketika umur kami baru menginjak 6 bulan. Aku tidak tau apa alasannya, Papa juga tidak pernah menceritakannya padaku. Hari ini, genap 1 tahun Mama dan Elina kembali pulang kerumah. Semuanya terasa berbeda, awalnya aku senang. Karena di bayanganku waktu itu adalah, aku bisa bermain dan berteman dengan Elina. Menjadi saudara kembar yang akur dan tak terpisahkan. Namun ternyata aku salah, Elina tidak seperti apa yang aku pikirkan selama ini.

"Alinaaaa".

"Iya mah". Aku beranjak dari dudukku, menghentikan aktivitas yang sedari tadi aku lakukan. Aku menemukan Mama berdiri diambang pintu kamarku.

"Sedang apa?". Nada bicaranya masih saja ketus. Aku menggeleng pelan.

"Cepat keluar dan makan. Kasian Elina menunggu dari tadi". Mama berjalan mendahului ku, aku menghela nafas berat. Elina, Elina dan Elina. Aku rasa hanya Elina anak Mama, sedangkan aku bukan.

"Lama banget sih lu". Sungut Elena, percayalah kalian akan menemukan pribadi yang berbeda dari Elena ketika dia diluar rumah. Atau dengan orang lain, selain aku tentunya.

"Maaf".

"Udahlah, nggak usah ribut. Ayo buruan makan".

Kami makan dengan keadaan hening, sudah lama ini terjadi. Padahal dulu, waktu aku masih berdua bersama Papa, waktu makan adalah waktu yang paling ditunggu. Kami bisa bercanda, bercerita tentang apapun yang kami suka. Sekarang semuanya sudah berbeda.

"Habis ini aku mau main ya mah".

"Pulangnya jangan malam-malam ya El".

"Oke".

"Aku juga mau main ya mah".

"Kemana? Cuci dulu piringnya baru main". Mama beranjak meninggalkan aku dan Papa. Elina sudah pergi ke kamarnya sedari tadi.

"Biar Papa aja yang cuci, atau nggak bi Inah aja. Kamu mendingan siap-siap aja".

"Nanti kalo Mama marah gimana pah?".

"Biar Papa yang ngomong nanti".

Aku memeluk Papa erat, "Makasih Pah, aku sayang Papa". Papa mengelus lembut puncak kepala ku. Menghujaninya dengan beberapa kecupan disana. Aku berlari menaiki tangga,

"Jangan lari Alina, nanti jatuh". Aku berbalik dan menunjukan deretan gigiku. Hari ini aku akan bertemu dengan teman-teman ku

Tring

Satu notifikasi masuk ke dalam ponselku. Aku menyandarkan tubuhku dikepala ranjang,

Keluarga galau ❤️

Alexa:
Jadi ketemu nggak nih?

Caramel:
Jadilah ya kali kaga. Gua udah siap-siap juga -_-

Sean:
Gua udah dilokasi nih. Lu pada masih dimana?

Reinhard:
Wagelaseh rajin amat lu. Kita kan janjian jam 2

Me: Sean ketemu gebetan
dulu pasti nih 🤣

Sean:
Adududu lu emang paling peka deh Al 😂

Me and YouWhere stories live. Discover now