Memory pt.4

204 36 4
                                    

Hargai kerja keras author dengan memberi vote dan tinggalkan coment

*Memory pt. 4*

Demi  hari demi, minggu demi minggu dan bulan demi bulan.

Usia kandungan Mina sudah menginjak dua bulan.

Dan selama itu Jimin benar-benar bertanggung jawab atas anaknya.

Dia pun bekerja selama masa skors nya.

Demi Mina tak dikeluarkan Jimin rela di skors selama sebulan penuh.

Cukup sulit bagi Jimin karena secara tak langsung dia sudah tertinggal pejagan cukup banyak.

Untungnya pada guru pun merahasiakan masalah Jimin dan Mina kepada murid-murid, sehingga teman-teman Jimin dan Mina pun tak tahu.

Sangat sulit juga bagi Mina karena saat ini untuk menutupi perutnya yang sudah terlihat membesar ia harus mengganti seragamnya.

Dan yang lebih parah Mina juga sering terkena body shaming karena dirinya yang terlihat gendutan.

Kali ini Jimin sudah kembali ke sekolah, semuanya sangat merindukan pria bermarga Park itu.

"Kau yakin ingin sekolah hari ini?" tanya Jimin khawatir.

Mina pun tersenyum, lalu berkata, "Tak apa, ini sudah biasa."

Memang sudah biasa bagi Mina, morning sickness, memang masalah besar bagi Mina.

Ia bahkan pernah muntah dikelas.

"Mmm..." ucap Jimin, dirinya lalu berjongkok dan mencium manis perut Mina, "Jaga eomma kamu ya."

"Lha, memang kamu mau kemana?"

Jimin pun mengacak rambut Mina gemas, "Aku tak kemana-mana kok, kita kan beda kelas."

"Aish-- hanya itu saja?" ucap Mina dengan mempoutkan bibirnya.

"Ah-- aku lupa, dua bulan lagi kamu ingat kan," lanjut Mina.

"Ada apa?"

"Ish-- kita kan ujian kelulusan," ucap Mina.

"Hah!!!  secepat itu, dua bulan lagi ujian kelulusan!!" kaget Jimin.

"Iya, memang kamu gak liat sekarang bulan apa?" tanya Mina kesal.

"Tidak, hehehe," ucap Jimin dengan kekehannya.

***

"Aku memang tak sempurna, namun aku yakin kau juga berfikir begitu, ironis ya... suatu saat ketika malaikat kecil kita melihat sang dunia untuk pertama kalinya, maka aku akan berjanji, aku akan berusaha menjadi yang terbaik walaupun itu sulit...menjadi sangat pahlawan bagi sangat malaikat kecil, sulaman cinta kita sudah terukir di malaikat kecil kita nanti, darahmu mengalir di pembuluh darah kecil anak kita... maka, jika pun aku gagal, maka kenalilah... bahwa kita adalah dua insan saling mencintai."

"Ini mungkin terlalu cepat, namun aku-- tak ingin membuatmu merasa bosan dengan ini."

Dua bulan kemudian

Mina melihat pantulan dirinya di cermin... tak yakin akan masuk sekolah dengan keadaannya saat ini.

"Kau kenapa hmm..." ucap Jimin dengan melingkarkan tangannya di pinggul Mina.

Merasa ada tangan kekar yang melingkar di pinggulnya dan melihat sangat pujaan hatinya di pantulan cermin itu.

Mina pun tersenyum...

"Ani-- hanya saja aku benar-benar sudah gemuk saat ini," ucap Mina dengan mengelus perutnya.

Jimin pun terkekeh kecil lalu berkata, "Gak terlalu gendut kok, lagipula kamu memilih ukuran baju yang pas."

"Jim--" panggil Mina.

"Hmm..."

"Emang orang tua mu gak tau ya, tentang masalah ini?" tanya Mina.

Jimin pun tersenyum simpul, "Memang orang tuamu bagaimana?"

"Kamu tau kan, orang tua ku itu, mereka berpindah-pindah tempat jadi mereka mana tahu soal ini."

"Kalau orang tua ku, mereka sedang menetap sebentar di Italia, ada urusan pekerjaan katanya."

Tangan Jimin pun naik keatas dan mengelus perut Mina lembut.

"Menurutmu jenis kelamin yang apa ya?" tanya Jimin.

"Oh ya kita belum sempat USG."

"Setelah lulus, aku akan membuat pertemuan orang tua kita dan membahas masalah ini," ucap Jimin mantap.

"Aku tau itu Jim--"

"Tak sabar menunggu beberapa minggu lagi kita akan lulus," lanjut Mina.

"Dan aku haraka mereka akan menyetujui kita."

.

.

.

Hmm... kayaknya chapter berikutnya masih panjang deh, soalnya aku juga sekalian pengen kupas tuntaskan soal masalah keluarga Park dan Myoui.

Jadi jangan bosen ya.

Dan chapter ini juga rada-rada bosen deh.

Voment



Broken Home (jimina)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon