Namjoon punya cerita

587 114 32
                                    

Hallo, rain kembali lagi , astaga setelah berdebatan batin yang hebat, rain memilih untuk bersama kalian lagi nggak perduli sama omongan negatife tanpa bobot.

So happy to see you guysss 😭😭😭😭😘😘😘

.
.
.
.

Namjoon bolos kerja, iya pria paling rajin di rumahnya tersebut kini mangkir dari pekerjaannya, duduk di sebuah kursi taman dengan sebuah sepeda yang tersandar asal asalan di sampingnya.

Bukan karena Namjoon malas atau apapun itu, hanya saja pekerjaannya telah usai, namun jam kerjanya masihlah lumayan panjang, jadi ia putuskan untuk meminjam sepeda salah satu petugas kebersihan di gedung tempatnya bekerja dan memutuskan untuk berjalan jalan santai sembari menikmati senja yang temaram.

Maniknya menangkap dua balita seumuran Jungkook kini tengah menggali pasir di sekitaran pembatas danau lalu memasukkan beberapa permen kacang ke dalamnya.

Ngomong ngomong tentang Jungkook, ia jadi rindu ketiga adiknya tersebut, tiga sosok mungil yang seringkali membuatnya ingin meledakkan kepalanya lalu melupakan bahwa ia masih menapakkan kaki di bumi bersama anak anak kelebihan tenaga tersebut.

"Masukan dua saja , biar bisa tumbuh kembar pohon kacangnya"

Namjoon memperhatikan kedua balita tersebut, terkekeh geli saat mengetahui pemikiran mereka, tentang permen kacang yang mampu tubuh menjasi bibit dan membesar hingga mengahsilkan buah aslinya.

Pemikiran anak kecil adalah yang paling ajaib menurut Namjoon, apapun yang orang dewasa pikir mustahil akan mereka padu padankan dengan berbagai ilmu aneh yang di sebut imajinasi, maka semuanya jadi mampu dan mungkin terjadi.

Dulu Namjoon pun berfikiran begitu, hanya saja ia tak mampu mengungkapkannya lewat kata kata , karena Namjoon tak mau jika orang orang muak kepadanya.

Namjoon kecil adalah seorang balita penyandang Disleksia, ia begitu sulit mengungkapkan apa yang ia pikirkan , ia sangat tak mampu menyusun kata dengan benar, dan begitu banyak orang pergi begitu saja di saat si kecil dengan susah payah mengunggkapkan apa ia rasakan.

Sebelum kedua orang tuanya di renggut, lalu tuhan membawa mereka di surga, sang ayah selalu memberinya banyak pujian yang begitu langka ia dapatkan, karena tak akan ada yang mau memuji seorang pria kecil pengidap Disleksia.

"Di saat Namjoonie tumbuh dan dewasa nanti Namjoonie ingin jadi apa nak?"

Namjoon kecil mengehentikan langkah mungilnya sembari menyeret tongkat kayu besar yang ia pungut dari tepi sungai di ujung jalan.

"Ingin apa jadi ya?  jadi ingin ayah seperti   boleh?"

Sang ayah hanya tersenyum kecil sembari menggeleng pelan, seakan permintaan si kecil bukanlah hal yang patut untuk di aminkan kebenarannya.

"Tidak boleh, Namjoonie harus jadi yang lebih dari ayah"

"Memang kenapa? Ayah jadi kan keren, hebat ayah hebat, namjoonie suka ayah hebat"

Menjadi seorang kuli bangunan tidaklah hebat, itu yang kini terlintas pada benak sang ayah, apa hebatnya bekerja mengangkut berbagai macam bahan bangunan di tengah terik matahari dengan upah yang tak seberapa?

"Ya pokoknya Namjoonie harus jadi yang lebih keren dari ayah oke?"

"Kalau begitu, jadi ingin pilot saja , nanti biar bisa ibu ayah ajak ke langit bertemu bintang bintang"

Dan sore itu, di kala senja yang temaram dan tenang, menjadi senja terakhirnya bersama sang ayah sebelum pahlawan dalam hidup Namjoon kecil tersebut pergi tertimpa reruntuhan bagunan yang tengah ia bangun.

Hingga beberapa bulan kemudian, ibunya menyusul sang ayah sebab gantung diri di dalam kamar mandi rumahnya yang sempit.

"Maaf yah, Namjoon bahkan belum mampu membawamu pada segala bintang yang Namjoon janjikan dahulu"

Ia ayunkan langkahnya mendorong pedal sepeda seiring hatinya menuntun, kala ia kini lebih banyak bersyukur tentang keluarga barunya.

Hidup di panti asuhan sebagai seorang remaja yang sudah bertumbuh adalah sebuah kecemasan tersendiri bagi Namjoon, di kala semua orang mulai berbisik betapa tak pantasnya ia untuk tetap tinggal di dalam sana, tentang bagaimana seharusnya ia mencari pekerjaan dan hidup mandiri.

Hingga ia dan Hoseok, pergi dari panti dengan alasan menemukan sebuah pekerjaan untuk mereka berdua, namun di balik semua itu, dirinya, begitupun Hoseok hanya menghindari berbagai tekanan yang terus menerus mereka dapatkan.

Beberapa hari menggelandang, tidur dengan beralaskan kardus dan bahkan koran, makan satu cup mie instan untuk berdua menjadi sebuah rutinitas bagi mereka, hingga suatu malam yang gerimis, angin bertiup tanpa memperdulikan jiwa jiwa tanpa atap, dua buah siluet menghampiri mereka.

Itu Yoongi dan Seokjin, dengan berbaik hari menewarkan tempat tinggal tanpa syarat apapun,awalnya Namjoon maupun Hoseok ragu, mungkinkah mereka akan di jadikan pencopet atau justru pengemis.

Namun semuanya sirna kala langkah mereka berhenti pada rumah kecil satu petak, hanya ada beberapa kasur lipat dan dua ranjang susun di pojok ruangan.

Awalnya Namjoon kira mereka akan tidur di lantai mengingat mereka hanya menumpang, namun pemikiran Namjoon ternyata salah besar.

Seokjin serta Yoongi mempersilahkan mereka menempati ranjang susun, dengan alasan bahwa Seokjin maupun Yoongi harus bangun pagi buta untuk bekerja hingga akan sangat merepotkan jika harus tidur di ranjang susun.

Hari demi hari berlalu, mulai dari mengantar koran, menjadi tukang sapu, membersihkan halaman orang, semua Namjoon kerjakan, begitupun Hoseok yang memilih bekerja serabutan guna mempersiapkan tabungan sekolah miliknya.

Hingga beberapa tahun kemudian, mereka mampu membeli sebuah rumah minimalis dengan satu tingkat di atasnya, Hoseok di terima di salah satu fakultas negri di kota mereka tinggal, Seokjin mampu membuka kedai makanannya sendiri, Yoongi merintis cafe kecil kecilan, dan Namjoon mendapat kontrak dengan sebuah agensi.

Tak pernah terpikirkan sedikitpun oleh mereka semua untuk menambah anggota baru dalam keluarga kecil mereka, namun tuhan berkata lain.

Kala mereka menemukan Jimin kecil yang kelaparan di tepian trotoar dengan tubuh kurus kering, lalu Yoongi yang mendapati Taehyung berusaha mencuri sepotong kue sisa pelanggan di caffe miliknya dengan luka di sana sini, dan Jungkook bayi yang hampir mati membeku di taman kota saat pertengahan Desember.

Mereka memutuskan untuk merawat ketiganya, memberikan mereka tempat yang layak, pendidikan yang memadai walau tak harus di sekolah elit sekalipun.

Namjoon bersyukur mampu menermuka mereka semua, kala bintang yang ia elukan untuk kedua orang tuanya tak mampu ia berikan, namun mereka masih memiliki eman ornag lainnya yang masih mampu ia ajak berbagi bintang pada galaksi yang sama.

Mungkin dulu Namjoon bukanlah seorang yang mampu berkata aku mencintai mu dengan benar, namun kini, Namjoon mampu menyusun berjuta kata indah dalam melodi yang ia ciptakan.

Tentang tidak di cintai namun berakhir lebih dari di cintai, Namjoon akan selalu tersenyum untuk semua itu.

.
.
.
.
.

Apakah ini melow?

Rain nulis ini pas senja, tapi mendung dan banyak angin, jadi mungkin terbawa suasana , maaf hehe

But please enjoy!!!!

i do believe your galaxy //Bts Lokal Au!Where stories live. Discover now