Penghuni Vila (Part 1)

777 19 113
                                    


Pernakah kau merasakan hidup mu kosong? Pikiran mu tak menentu bahkan kau merasa harus mengakhiri semuanya dengan seutas tali di tangan mu, mungkin akan sakit, tetapi tidak akan sesakit saat kau diabaikan dan tak pernah dianggap ada, lalu kau berpikir agar jauh dari mereka dan memastikan kematian mu tak akan merepotkan semuanya.

Seorang pria sedang mengemasi barang barangnya, memasukkan beberapa helai baju di sebuah koper kecil miliknya, ia telah bersiap siap pergi, ia ingin menuntaskan segalanya di sana, tali itu masih tergenggam erat seperti tak ingin ia lepaskan, ada kesedihan yang terukir pada wajah murungnya, sedetik kemudian tali itu dimasukkan kembali ke dalam koper, pria itu melangkah gontai keluar dari kamar membiarkan semua kenangan pahit itu mengendap di antara dinding dinding kamarnya.

Sesaat memori itu kembali teringat seakan kepedihan dan nasib malang benar benar telah meneror hidupnya.

"Arga, dari mana kamu mendapatkan handpone ini, kamu mencuri ya?" Seorang lelaki paruh baya mencerca dengan pertanyaan yang begitu rupa, yang tak lain adalah ayah kandung Arga, namun Arga terus membisu, sedang ibu yang selalu ia harapkan berada di sisinya tak akan pernah ada, tidak ada yang mempedulikannya, hanya pandangan sinis dan amarah yang bisa ia dapatkan.

"Itu milik pak Kus, wali kelas Arga pa, pak Kus yang membe....." Ucapan Arga terpotong merasakan tamparan keras di pipinya, ia terhuyung ke belakang menerima pukulan yang tak henti hentinya menyerang tubuhnya sebelum ia sempat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, ia kemudian dilempar keluar kamar, lelaki itu tak mampu melakukan apapun untuk dirinya, ia bangun memeluk kaki ayahnya, Arga tampak mengatakan sesuatu, namun hanya terdengar seperti racauan, ia terlalu lemah untuk mengatakannya secara jelas.

Arga merasa tubuhnya diseret ke dalam mobil, mobil itu bergerak perlahan dan membawa Arga ke kantor polisi, tak butuh waktu lama untuk sampai di sana, dua orang polisi segera menghampiri lalu menggotong lelaki itu ke sel tahanan.

Sehari setelahnya Arga dipulangkan karena memang tak terbukti bersalah, ini membuat Arga semakin terpuruk,  bagaimana mungkin ayahnya sendiri mengirimnya ke penjara, namun siapa yang akan peduli, Rima kakak perempuannya sudah lama tidak pulang ke rumah, entah apa yang terjadi pada keluarga ini, semua terjadi begitu saja tanpa pertanda apapun.

Suara klakson mobil terdengar dari pekarangan rumah, Arga menyadari bahwa ia baru saja melamun, ia bergegas menuju asal suara itu, klakson berbunyi lagi, namun kali ini terdengar seperti tak sabar.

Sebuah mobil Avanza terparkir di hadapannya, laki laki di belakang kemudi tampak tidak senang karena telah dibuat menunggu, mobil rental dan seorang supir yang disewanya telah siap mengantar.

Perjalanan pun dimulai, Empat jam perjalanan membuat Arga tak mampu menahan kantuk, ia menyenderkan kepala pada jok mobil, menikmati udara segar yang masuk dari jendela yang setengah terbuka, tak lama kemudian, laju kendaraan yang ditumpangi Arga mulai melambat, sebuah taman kecil yang hanya ditumbuhi rumput liar menjadi pemandangan pertama yang Arga saksikan di Vila ini, di sebalah kiri Vila terdapat dua buah ayunan yang tergantung di salah satu pohon besar nan rimbun.

Hari sudah mulai petang, suasana pegunungan membuat udara terasa dingin, Arga terduduk memperhatikan cahaya jingga yang semakin meredup di atas langit dari balik jendela.

"Na... na.... na... naaaa....." Suara Alunan lagu hinggap di kuping Arga, sedikit samar, namun mampu di dengar dengan cukup jelas, suara itu berasal dari samping Vila, tetapi siapa perempuan yang bernyanyi dengan suara sendu seperti itu? Suara tangis di sela nyanyian pun mengiringi alunannya, hati Arga mendesak agar secepatnya menemui asal suara itu.

Arga berlari kecil menuruni anak tangga dan bergegas untuk sampai. Seorang gadis sedang duduk di atas sebuah ayunan yang bergerak maju mundur di udara, setengah wajahnya tertutup oleh rambut panjangnya.

Hanya Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now