Vivlío [04] Bisikan Perintah

732 79 2
                                    

"Kau katanya ingin membelikan aku sushi, hyung?!" Haechan merengut kepada Johnny. "Kau berbohong!" dan Johnny tetap enggan menjawab. "Ck! Pembual!" menghentak'kan kaki lalu pergi masuk ke kamar.

Johnny menghela napas. Kopi di cangkirnya saja belum ada setengah ia minum, tetapi si coklat bulat itu sudah membuat kepalanya pening tujuh keliling. Memang sih dia sudah berjanji akan membelikan Haechan sushi, YA TAPI 'KAN JOHNNY TIDAK TAHU KALAU AKHIRNYA AKAN KACAU BEGINI!!

Seoul
19 November

Oppa, besok jadi 'kan?
Aku tunggu di cafe favorite oppa, ya
See you
20.00

---

"Ya Tuhan, apalagi ini?! HAECHAN SIALAN!!!" dan pekikan itu tak luput terdengar oleh semua anggota. Di dalam kamar bernuansa putih dengan beberapa poster Michael Jakson, pemuda kelahiran Jeju tertawa nyaring. Cukup nyaring hingga buku-buku tangan Johnny memutih (efek dari kepalan yang sangat kuat). "Liat saja kau! Akanku balas."

➖🔹➖

Sore ini sesi pemotretan untuk comeback dipercepat. Nuansa remang-remang dipilih untuk pemotretan awal. Tema kali ini ialah luar angkasa. Bukan. Mereka tidak akan menjadi alien—heol, mungkin akan menjadi alien jika Renjun dan Jisung-lah ide dari konsep tersebut—melain'kan warna-warna planet di angkasa yang dipadukan mitologi-mitologi Yunani kuno mengenai—apa kalian tahu tentang venus, ares, mars dan semacamnya? Ya! Mereka menggunakan perpaduan tema tersebut. Sangat menawan pastinya dan sulit saat kalian mencoba mengerti teori dari musik video itu kelak.

"Kupikir, dibagian belakangnya kurang sedikit getaran yang menggemparkan." Seseorang berbicara setelah kurang lebih satu menit memperhatikan monitor di depannya.

Seseorang lainnya—yang duduk di sebelahnya—tampak mengangguk membenarkan. Dengan piawainya jemari panjang orang itu menambah'kan efek-efek guncangan yang cukup dahsyat—seolah-olah bumi akan terbelah. Setelahnya, mendapat anggukan kala menurut si 'komentator' tadi mengangguk setuju.

"Wahh.. Aku tak sangka akan semakin tampan dengan tampilan seperti ini."

"Aku seperti dewa!" Pekik'kan Donghyuck atau biasa dipanggil Haechan itu membuat beberapa orang di sekitarnya memutar mata jengah. Terlalu percaya diri sekali Tuan muda Donghyuck itu.

"Dewa? Kau lebih mirip seperti malaikat pencabut nyawa, Hyuck." Haechan menoleh secepat yang ia bisa, lalu mendelik menatap Jaehyun tak suka. "Bilang saja kau iri, jika nanti para penggemarmu lebih tergila padaku!" satu alis Jaehyun terangkat, dan ia rasa mengubris perkataan Haechan merupakan hal yang sia-sia, jadi ia lebih memilih melenggang pergi dari sana.

"Kurasa kau semakin sensitif semenjak menghilang, Chan.." lirih pemuda Jung setelah beberapa langkah menjauh dari Haechan yang tampak sudah kembali riang dengan berkata—ya, seperti halnya tadi. Pemuda itu kembali memuji dirinya, layaknya Renjun saat bercermin.

"Hyung! Hyung! Wah.. Kau jadi terlihat semakin.. Uhm, kecil saja?" Taeil mendelik tak suka. Apa-apaan si Haechan ini?! Mengejeknya eoh? Apa dia sudah bosan hidup?!

"Hey! Kau, yak! Lihat, lihat! Kau pakai jubah hitam seperti malaikat maut, bukan Dewa!"

"Mworago?! Aku ini Dewa Haechan yang penuh cinta, bukan sepertimu, Dewa pendek! Wleee.."

"..Kau!!"

Baiklah, mari tinggalkan perdebatan antara si 'Malaikat maut dan Dewa pendek' itu.

➖🔹➖

Tring~ Tring~

Jungwoo terbangun tatkala suara nyaring mengalun menganggu tidurnya. "Suara apa, ya?" Pemuda itu bangkit dari tidurnya. Memperhatikan setiap inci ruang dengan kesadaran belum seutuhnya. "Pukul satu malam?" Jungwoo mengusak matanya, mencoba membiasakan kinerja netranya tersebut.

Tring~ Tring~

Kini, kerutan di kening Jungwoo sangat kentara, saat suara detingan—atau apalah itu—kembali terdengar. Dan lagi, tidak ada apapun yang dapat menimbulkan suara demikian.

Tring!

Jungwoo terlonjak. Segera melihat ke asal suara benda yang baru saja terjatuh, lagi-lagi kerutan di keningnya ia berikan secara kontan. "Milik.. Yuta hyung, kah?" tangannya terulur, hendak mengapai lonceng yang baru saja terjatuh dari ranjang Yuta (yang berada di ranjang atas) dan hendak menggembalikannya ke tempat semula, namun sebelum itu benar-benar ia lakukan, sebuah bisikan lirih membuatnya meremang. "Bawa pemuda itu ke taman belakang gereja." Dan detik berikutnya, bagai teripnotis, Jungwoo bangkit dari ranjang dan menaiki tangga—membawa Yuta dengan cara memapahnya, dan menghilang di balik pintu kamar, tanpa membangunkan pemuda Nakamoto beserta saudaranya yang lain.

-Tbc

ⱽⁱᵛˡⁱᵒ [ⁱⁱ] ᴺᶜᵀ ¹²⁷ Where stories live. Discover now