Tugas Terakhir Sang Letkol

138 5 1
                                    


Mentari pagi menerobos masuk melalui jendela kamarku yang telah dibuka oleh Ibu. Sangat jahil ! menyinari wajahku sehingga terpaksa, aku harus menghentikan mimpi yang sangat indah tentang sekolah baru. 

Aku terbangun, ini hari baruku. Segalanya baru. Rumah baru, kota baru, kamar baru, seragam baru dan sekolah baru. Meninggalkan kenangan lama di tanah Jampang Kulon ke kota Sukabumi. Karena Bapak, pindah ke cabang pusat, Bapakku pegawai KUA.

"Pagi Sayang...". ibu selalu ceria saat pagi, apalagi hari ini sangat menyenangkan. Keluargaku selalu harmonis, acara sarapan pagi selalu seru. Ibu baru selesai memasak, Akupun membantunya sedangkan Bapak membaca koran pagi. Ibu sempat menanyakan apakah kamarku nyaman, atau tidak? Aku jawab nyaman tetapi masih polos, Aku perlu membeli wallpaper bergambar Hello Kitty.


"Yaudah, abis pulang sekolah beli aja di ruko seberang ya". jawab Ibu.


"Emang Sri, Ibu kamu itu bukan cuman cantik, awet muda, putih, shalehah, pintar masak, rajin, baik, royal lagih". bapak bergabung di meja makan "menggoda" Ibu.


"Iya dong ! siapa dulu suaminya? Gagah perkasa, tinggi, hitam manis, pekerja keras dan yang paling wajib itu 3T (Taqwa, Tajir dan tampan) siapa lagi kalo bukan Bapak mu". Tak mau kalah, Ibu balas menggoda sehingga Bapak tersipu.


Dengan cepat, kami menghabiskan makanan. Aku diantarkan Bapak menuju sekolah. Sekolah ini bagus, seragamnya sopan. Siswanya memakai celana abu-abu panjang dan rapih, gayanya kasual. Siswinya menggunakan rok abu-abu panjang berempel banyak, kerudung syar'i dan beberapa menggunakan ciput dan manset putih. Padahal ini SMA negeri. 

Di kelas, Aku mendapatkan dua teman baik yaitu Dita dan Farisha. Mereka mengajakku mengikuti eskul Pramuka sepulang sekolah, mengantarkanku ke toko dekorasi dan mengenalkan banyak tempat yang menarik. Mereka sangat baik, di akhir pekan. Kami mengikuti Persami (Perkemahan Sabtu-Minggu), yang diadakan di tempat perkemahan Bojongkokosan. Tempatnya sangat asri, cuaca yang sedari tadi panas. Seakan-akan menjadi lebih dingin dan sunyi disana. Tempatnya seperti bukit yang dipotong oleh jalan beraspal.

Saat aku meminta izin ke Ibu dan Bapak, sesuai tebakanku mereka mengizinkan dengan syarat meminta nomor telepon pembina dan orang tua siswa-siswi lainnya, bahkan menyarankan membuat grup Whatsapp.

"Biar kalo ada apa-apa, Ibu bisa ngontak". Sahut Ibu, tetapi ini bukan berarti dia over protektif hanya saja takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


A/N : Ini baru Epilog 

Part 2 bakal lebih seru !! ^-^ (mungkin... hehe)

Ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh dll, bukan tanggung jawab saya :D

jangan lupa like dan komen cerita ini ya :3

~AlqanNazeura

The Power of SundaneseWhere stories live. Discover now