Part 2

84 3 1
                                    


Upacara pembukaan Persami telah dimulai.


Farisha menggunakan celana rok Pramuka, bajunya dimasukkan ke dalam dan kerudungnya berstyle hijab terbaru, ditambah topi jerami.membuatnya terlihat tetap modis, rapi, dan sopan walaupun memakai seragam Pramuka. Aku dan Dita memakai seragam Pramuka dari sekolah, rok berempel banyak, baju yang dikeluarkan dan topi jerami. Bedanya, Dita memakai kerudung syar'i__panjang sekali hingga hampir seluruh bagian bajunya tertutupi kerudung. Aku, cukup simpel dengan kerudung segitiga bergaya standar. Yang pastinya bukan JIPON (jilbab Poni).


Siang harinya diadakan "cari jejeak". kami bertiga satu tim, permainannya seru dan melatih kekompakkan.


"Petunjuk terakhir Dit!". Farisha mengambil kertas yang disisipkan di kayu.


"Menurut petunjuk ini, kita dapat bagian drama di pentas seni penutupan besok". Aku membacanya.


"Drama ya? Wah dengan waktu sesingkat itu mau buat drama? Kita kan cuma bertiga gimana nih?". Dita mengerenyitkan dahinya berfikir keras.


"Wah! Kalau itu aku angkat tangan tapi kostum kita, Aku jamin akan menjadi yang terbaik". Farisha menyeringai, Dita menjadi ketua kelompok kami. Tugasnya telah begitu banyak, hanya tinggal aku yang belum mendapatkan tugas.


"Baiklah aku akan memikirkannya". Ujarku.


Setelah selesai, acara diisi oleh seminar lalu istirahat dan nonton bareng sampai waktu isya. Kami sholat di tenda masing-masing, Aku, Dita dan Farisha. Kebetulan sedang berhalangan.


"Dit, Aku mau ke wc duluya". Ujarku.


"Eh hayu kita anterin, lumayan jauh kan, engga baik perempuan perju jauh-jauh sendirian saat malam hari". Dita bergegas memakai alas kakinya dan mengajak Farisha juga.


Kamipun izin terlebih dahulu kepada kakak panitia. Biasanya cukup 10 menit, kami telah sampai di toilet perkemahan, Aku pikir mungkin karena gelap, kami lebih lama. Tapi, ini sudah lebih dari 15 menit.


"Kreek!", Aku menginjak balok kayu tua. Aku menunduk dan ketika mengambilnya. Ternyata itu adalah balok kayu bertuliskan nama Edi Sukardi.

"Ya Allah! Inikan balok nisan buat dikuburan". Aku menoleh kebelakang, kearah Dita dan Farisha. Namun, Hei! Mereka menghilang, tenda kami yang harusnya terlihat dari sinipun menghilang. Pepohonan yang telah berusia ratusan tahun dan berukuran sangat besarpun menjadi seperti baru -- muda kembali.

"Itu adalahnamaku". 

.

.

.

#Lanjut baca ya...

#jangan lupa like dan komen 

#Terimakasih :3

The Power of SundaneseWhere stories live. Discover now