BAB 30

4.1K 185 0
                                    

Ali masih menunggu Ela disana. Wanita itu masih terbaring di ruangan perawatan intensif. Ia hanya bisa melihat Ela dari estalase kaca. Kondisi Ela memang masih kritis, Ali sudah tidak peduli lagi dengan kondisinya. Sudah berjam-jam lamanya ia masih duduk di kursi, menunggu Ela.

Para perawat mengatakan kepadanya, lebih baik ia istirahat saja. Ela sedang dalam kondisi artifisial. Dokter tadi telah menjelaskan bahwa pasien dalam keadaan bius total dalam waktu yang sedikit lebih lama satu atau dua hari. Karena pasien telah melewati operasi rumit. Dalam kondisi ini, agar bisa untuk menyelamatkan nyawa pasien.

Ali tetap dengan pendirinya, ia tidak ingin meninggalkan Ela sedetikpun dari hadapannya, walau dokter menjelaskan itu kepadanya. Ia harus menjaga Ela, ia akan menjaga wanitanya.

Ali memandang Ela, hidungnya tertutup dengan alat pernapasan, frekuensi jantung dan tekanan darah yang masih di awasi oleh perawat, serta infus terpasang agar memberi asupan makanan. Ia tidak kuasa melihat Ela disana, dengan kondisi seperti itu.

Ali masih duduk di posisi yang sama. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi tunggu, karena Ela masih belum bisa di bawa ke ruang rawat inap. Ali memegang buku-buku jarinya yang telah memutih. Ia mengeluarkan ponsel miliknya, ia membuka galeri foto disana.

Ia memandang foto itu, wajah cantik Ela, tersenyum bersamanya. Wanita cantik inilah yang mampu meluluhkan hatinya. Ali kembali menggeser foto itu, masih banyak lagi foto-foto Ela disana, ia memang telah membidik Ela secara diam-diam waktu itu.

Air matanya kembali jatuh di pipinya, kini Senyum itu tidak ada lagi. Wanita itu masih terbaring lemah disana, bahkan hingga kini. Ela belum sadarkan diri, melawan masa kritisnya.

"Maafkan saya Ela, saya lah yang bersalah tidak menjaga kamu".

"Maaf kan saya..." ucap Ali, ia mengusap air matanya.

Jujur ia sebagai laki-laki jarang sekali ia mengeluarkan air mata, ia pasti menahannya. Tapi sekarang, ia tidak bisa menahannya lagi.

"Maaf, saya telah membawa kamu seperti ini. Oh Tuhan apa yang harus saya lakukan. Jangan ambil kekasih saya. Saya bahkan baru saja memilikinya".

"Secepat itukah saya merasakan kebahagian".

Ali mengusap air matanya, ia mengatur nafasnya.

***********

Sudah dua hari, kondisi Ela masih sama. Ia tak kuasa melihat Ela. Alat itu hanya menandakan bahwa detak jantungnya masih bekerja. Ali melihat Hasan disana, laki-laki itu sedang berlari kearahnya.

Hasan mengatur nafasnya, ia terkejut karena Ali menelfonya bahwa Ela sedang di rumah sakit.

"Apa yang terjadi" tanya Hasan. Ia melirik Ela, dari estalase kaca.

Ia tidak menyangka bahwa Ela di ruangan perawat intensif. Ia masih sulit percaya, Ela dalam keadaan seperti itu.

"Apa yang terjadi Al" tanya Hasan lagi.

"Ada orang dengan sengaja ingin membunuh Ela, dia tertembak".

Hasan menahan geram, "oh Tuhan" Hasan meninju dinding itu.

"Sial" umpat Hasan.

Ali menarik nafas, "Lihatlah Dia, seperti itu karena saya. Saya bahkan baru saja melamarnya tepat satu jam kebersamaan kami kemarin. Salahkah saya ingin bersamanya" isak Ali.

"salahkah saya ingin memilikinya" ucap Ali lagi, ia terisak-isak.

Ia sudah tidak peduli, dengan air matanya yang jatuh. Sementara Hasan hanya bisa memandang Ali. Laki-laki keras kepala itu, bisa menangis juga ternyata. Ali tidak setegar yang ia lihat, lihatlah ia begitu kacau. Baru kali ini ia melihat Ali seperti itu. Sebesar itukah cinta Ali kepada Ela.

Hasan melangkah mendekati Ali, bagaimanapun Ali adalah sepupunya. Kejadian kemarin ia sudah melupakan begitu saja, karena disini dirinyalah satu-satunya orang terdekat ali. Ia justru kasihan melihat Ali seperti ini. Hasan lalu memeluk tubuh Ali. Ia hanya ingin menenangkan sepupunya. Ali juga tidak menolak pelukkanya. Laki-laki itu menangis lagi, sepertinya ia sudah tidak tahan dengan isak tangisnya.

"Sabar, Ela akan pulih kembali".

"Sudah dua hari, tidak ada tanda-tanda ia sadarkan diri" ucap Ali.

Hasan melepaskan pelukkanya, "pemulihan tidak sekejap mata Al, kamu harus sabar" ucap Hasan.

Ali mengangguk, dan ia kembali memandang Hasan. Hanya Hasan yang bisa membantunya, "Bisakah kamu mencari tahu siapa yang melakukan penembakkan itu?".

"Bagaimana saya mencari tahu, bahkan saya baru tahu kejadian ini".

"Kamu bisa melihatnya dari cctv, di dekat lampu jalan, dan cctv dekat hotel. Karena saya dan berjalan disana, setelah jam makan siang. Tolong saya, saya akan membalas semua kebaikkan kamu. Jika kamu mendapatkan cctv itu, kejadian itu dua hari yang lalu" ucap Ali.

"Berdoalah semoga saya bisa mendapatkannya".

"Kamu hanya perlu mendapatkan cctv itu, setelah itu saya akan mencari tahu sendiri".

"Iya".

"Terima kasih".

"Istirahatlah, dan mandilah, saya akan menjaga Ela disini".

Ali mulai mempertimbangkan ucapan Hasan. Hanya Hasan yang ia percayai menjaga Ela disini. "Iya, terima kasih".

Ali melangkah menjauhi Hasan, jika tubuhnya tidak letih seperti ini. Ia tidak akan berani meninggakan Ela.

***********

OM BULE MENJADI KEKASIHKU (SELESAI)Where stories live. Discover now