4 | Kegundahan

54K 2.9K 41
                                    

"Beliau memerintahkan kepadaku untuk mengatakan yang benar walau itu pahit.” 
(HR. Ahmad)

______________________________________

🌸بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ🌸

Happy reading
.
.
.

"Wildan senyumin Illa ya?" tanya Khalilla sambil menunjuk dirinya sendiri.

Wildan salah tingkah hingga memutar kepalanya sambil menggaruk pundaknya yang tidak gatal.

Pria yang biasa dipanggil ‘Buya’ hanya tersenyum memperhatikan keduanya. Tepatnya gadis bernama Khalilla yang suka ceplas-ceplos dan bicaranya selalu jujur hingga kadang sering menyakitkan.

Sementara itu, Zahara yang melihat tingkah gadis di sampingnya semakin geram saja, apalagi mengetahui jika Wildan tersenyum ke arah Khalilla. Tangannya mengepal sambil bergumam sesuatu yang tak bisa didengar oleh Khalilla.

"Ekhm ... iya. Soalnya kamu santai banget ngomongnya, kayak nggak punya rasa takut aja." jawab Wildan seadanya.

"Iya lah, Illa gitu. Tapi, jangan sering-sering lihatin Illa ya, nanti Wildan malah suka lagi ke Illa. Susah lho, soalnya saingan Wildan banyak." Khalilla menimpali dengan meperlihatkan mimik wajah yang serius. Inilah Khalilla, selalu percaya diri.

Wildan mengulum senyum.

"Sudah-sudah, kalian lanjutkan di luar saja nanti. Kasihan saya dan Zahara jadi kacang di sini. Bukan begitu Zahara?" ucap Buya yang mau tidak mau harus diangguki Zahara.

Setelah membahas jadwal bimbingan OSN, mereka pun kembali ke kelas masing-masing. Khalilla dan Zahara kebetulan berada di kelas yang sama yaitu XII MIA 1 dan Wildan di kelas berbeda.

Saat beriringan menuju kelas, Zahara tiba-tiba saja mencegat Khalilla. "Kamu jangan sok manis di depan Wildan. Aku nggak suka, apalagi bicaranya sok akrab gitu ke semua orang. Bikin geli tahu!" keluh Zahara dengan mencengkram pergelangan Khalilla.

Mendengar nada suara Zahara yang sangat tidak bersahabat, Khalilla hanya bisa menghela nafas seraya melepaskan tangan gadis itu dipergelangannya.

"Siapa yang sok manis? Perasaan biasa aja, nggak berlebihan dalam hal apapun. Kadar kemanisan Illa kan memang segitu dari dulu. Hara aja yang nggak suka Illa, jadi, apa-apa yang ada sama Illa selalu salah." balas Khalilla kemudian menjauh dari Zahara yang masih menatapnya kesal.

"Khalilla, aku nggak akan tinggal diam kalau sampai Wildan jatuh cinta beneran sama kamu!" Zahara menghentakkan kakinya dan melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Sampai di kelas, Qaddafi langsung menghampiri meja Khalilla. "Dari mana aja, La? Kok munculnya siang banget?" tanyanya sembari mengusir seseorang yang duduk di bangku depan Khalilla.
Khalilla hanya diam, malas untuk menanggapinya. Hingga beberapa menit kemudian, laki-laki itu masih saja melihat Khalilla yang sedang sibuk dengan isi tasnya.

Zahara yang baru muncul di kelas pun menyadari bagaimana Qaddafi yang selalu menempel di dekat Khalilla. Zahara tersenyum mengejek seraya bergumam pelan, "Sana-sini sikat. Dasar sok berhati malaikat."

Khalilla mengangkat dagunya, memandangi Zahara dengan datar lalu mengacuhkannya begitu saja. Khalilla tak pernah mau membalas setiap kelakuan buruk Zahara padanya, padahal Khalilla tahu bahwa Zahara sangat tidak menyukainya entah dengan alasan apa lagi. Terakhir, gadis berkulit sawo matang itu memusuhinya karena Khalilla selalu menjadi juara kelas dan juara umum. Tak hanya itu, setiap perlombaan yang diadakan juga Khalillalah bintang utamanya hingga guru-guru dan teman-teman mengagumi Khalilla.

Lantunan Cinta Dari Khalilla ✔Where stories live. Discover now