S2 | delapan belas.

476 88 19
                                    

"APA?! KAKAK MALAH BELAIN ORANG KEK MEREKA?!!" Ivan balas membentak.

Bara bingung. Satu sisi ia tidak membela siapapun disini. Disisi lain, dirinya sendiripun seolah terdesak untuk memberikan kejelasan.

"Elo bertiga kalo dateng kesini cuma buat ngajak sesat abang gue lagi mending minggat aja!! Gak ada gunanya!" Tunjuk Ivan pada Jason, Chiko serta sepupunya sendiri, Hansel.

Tak hanya itu, kini lelaki yang sebentar lagi akan melepas masa remajanya pun menatap sengit Kakak tertuanya.

"Bingung gua sama elo! Tau mereka bejat semua, ngapain coba ditemenin! Pas elo susah aja kemaren gak ada satu juga dari mereka yang mau nolong! Jangankan nolong, buat jenguk elo aja di rumah sakit gak ada sama sekali. Kek gitu yang namanya temen? Tch!!" Ivan mendecih.
"... Sampah!" Umpatnya.

Demi apapun, ini kali pertamanya Bara melihat Ivan marah semarah-marahnya. Dengan umpatan serta kata-kata kasarnya tadi sudah menjelaskan jika anak itu tidak suka sama sekali dengan teman kakaknya tersebut.

Dan setelah mengatakan hal barusan pada si sulung, Ivan pun pergi ke dalam--menuju kamarnya di lantai dua meninggalkan semuanya.

Bahkan Ferdy serta Segga pun ditinggalkannya begitu saja. Beruntung masih ada Lenno yang mau menemani mereka sekedar berbincang.

Hening dan canggung merayap diantara keempat lelaki tadi. Tidak ada yang bersuara sedikitpun selain tatapan bingung dan hembusan napas yang saling bersautan.

"Are u okay?"

Oh, akhirnya Hansel membuka suara. Menatap Bara dengan pandangan bingung dan juga cemas.

"Yeah." Jawab Bara sedikit mengedikan bahunya lalu memakai lagi kupluk pemberian Azura.

"Are u sure?" Kini giliran Chiko yang bertanya.

"Do i look so bad?" Bara malah balik bertanya.

Tak ada yang menjawab iya, maupun tidak. Karena dalam pandangan mereka penampilan Bara memang jelas terlihat cukup buruk. Bahkan seperti orang lain.

Karena Bara yang mereka kenali sebelumnya tak sepeti ini yang jelas begitu nampak rapuh dan lemah. Bara yang dulu terlihat begitu enerjik dengan penuh ambisi dalam hidupnya.

"Forgive me." Ucap Jason.

"Buat ...?" Kernyit di alis Bara nampak jelas.

"Yang tadi. Gua gak ngira adek lo bakal segitu marahnya." Jason memelankan suaranya sebelum melanjutkan kata-katanya.

"... sampe ngatain sampah segala."

"Emm... gue rasa dia punya alasan buat ini. Lo beneran gapapa, Bar?" Chiko menimpali.

"Iya gue baik-baik aja." Bara mencoba meyakinkan.

"Masalahnya, Bar. Adek lo itu beneran ngambek sama kita. Gue emang gak kenal Ivan kek gue kenal elo, tapi gue tau kalo yang dibilangin dia tuh tadi beneran serius. Bukan cuma ngambek-ngambekan biasa." Kini Hansel yang berucap.

Semuanya jadi semakin sulit untuk Bara. Tak sengaja membentak adiknya dan juga harus memutar otak untuk mencari alasan pada ketiga temannya agar tidak menaruh curiga pada dirinya.

Bara tak mungkin mengatakan jika alasan Ivan marah adalah karena dirinya yang kini tengah menderita kanker.

Dan masih tentang mahkota dikepalanya yang hilang, beruntung Bara bisa membuat Hansel, Jason maupun Chiko percaya saat ia mengatakan jika kini ia tak memiliki rambut dikarenakan memang sengaja mencukurnya habis agar tumbuh lebih bagus lagi.

About My Brother ✔ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang