Part 6

3K 276 7
                                    

Pagi sudah menyapa, Meera sudah selesai membersihkan tubuhnya. Pagi ini ia kembali memakai kemeja Ose. Tentunya tanpa dalaman lagi.

Meera segera melangkah menuju dapur untuk membuat sarapan. Ia bersenandung kecil dengan tangannya yang bergerak lincah.

Masakannya sudah selesai. Kini Meera melangkah menuju ke Piano yang ada di ruang tengah. Ia duduk di tempat duduk lalu mulai memainkan piano itu. Wanita berkelas macam Meera memang menyukai musik berkelas.

Dentingan piano itu terdengar sampai ke telinga Ose. Pria itu menggerakan tangannya meraba-raba keberadaan Meera di sebelahnya. Ia membuka matanya saat ia merasa tak menemukan Meera. Ia menoleh ke sebelahnya, ternyata benar kosong.

Ose bangkit dari ranjangnya, ia kembali memakai pakaiannya kecuali kaosnya. Ia membiarkan dirinya bertelanjang dada.

Ia sudah keluar dari kamarnya, kakinya saat ini tengah menapaki anak tangga. Tibalah ia di anak tangga terakhir. Ia menatap punggung kecil Meera yang tengah memainkan piano. Lagu yang tengah Meera mainkan adalah lagu favorite ibu Ose.

Ose melangkah mendekati Meera, ia duduk di sebelah Meera. Meera menatap Ose tapi ia tidak berhenti bermain piano. Dan akhirnya mereka menyelesaikan lagu itu bersama-sama.

"Kau suka lagu ini?" Meera bertanya pada Ose.

"Ini lagu kesukaan ibuku." Ah wajar saja. Meera mengangguk paham. Ia memang tidak yakin kalau pria se-jantan Ose suka dengan lagu disney itu.

"Mau mainkan lagu lain?" Tanya Ose.

"Lagu apa?" Meera menaikan alisnya.

"Canon in D,"

"Aku juga suka lagu-lagunya. Kau mulai duluan," ujar Meera.

Ose memainkan kembali pianonya. Di susul dengan Meera.

Usai bermain piano mereka melanjutkannya dengan sarapan. "Kau tidak ke kampus?" Ose menghentikan kegiatan makannya sejenak.

"Aku libur, kemarin aku datang ke kampus hanya untuk menyerahkan buku yang aku pinjam di perpustakaan." Meera menyeruput cokelat panasnya.

"Ah begitu." Ose kembali melanjutkan makannya. "Omong-omong, masakanmu enak." Ose memuji masakan Meera.

"Terimakasih pujiannya. Kalau enak silahkan dihabiskan," Meera membalas dengan nada santainya.

"Hm," tentu saja Ose akan menghabiskan makanannya. Ia tak memiliki alasan untuk membuangnya.

"Tinggalah di sini selama yang kau mau." Ose kembali bersuara.

"Satu minggu saja. Setelahnya aku akan kembali ke penthouseku. Aku yakin orang-orang itu sudah tidak mengejarku lagi,"

"Kau yakin?" sepertinya di sini Ose yang tidak yakin.

"Yakin. Lagi pula kalau mereka mengejarku aku bisa kabur lagi." Meera tersenyum kecil ke Ose.

"Baiklah, aku akan menemanimu selama kau disini." Baik hati sekali Ose ini. Itu artinya ia akan meninggalkan Libby selama satu minggu. Well, tak masalah lagi pula di sini ia bersama Meera yang sedikit lebih baik dari Libby. Ya setidaknya, Meera tidak berpikir untuk mengeruk harta kekayaannya.

♥♥

"Ke mana perginya Ose?" Thomas bertanya pada Libby.

"Ia ke rumah Kiana." bohong Libby.

"Ah anak bodoh itu. Apasih enaknya di sana?" Thomas tidak pernah bisa mengerti jalan pikiran Ose.

"Biarkan saja, Pa. Kita bebas kalau tidak ada dia." ujar Ben yang tangannya sedang menggenggam tangan Libby.

Theatrical LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang