Chapter 1

558 66 8
                                    

Hembusan angin menerjang lembut kota Bangkok. Hiruk-pikuk yang ada tidaklah terganggu, malah menambah kan sebuah keindahan karena menyebabkan gugurnya daun-daun berwarna kecoklatan yang tua.

Langkah kaki milik Arthit menginjak dedaunan tua itu tanpa berpikir kalau-kalau serpihan dari daun akan sangat menyulitkan petugas kebersihan dalam menyapu. Tetapi, maaf, Arthit tidak sepeduli itu dengan tugas kebersihan. Malah, kini langkah kakinya semakin kasar dan semakin lebar-lebar. Seolah-olah dia tengah dikejar oleh sesuatu.

Oh, dia memang dikejar oleh sesuatu. Waktu lebih tepatnya. Jam tangan hitam tak bermerk-nya menunjukkan pukul 10 kurang 5 menit. Itu artinya, dirinya hanya memiliki waktu kurang lebih 5 menit untuk memasuki ruang kelasnya.

Napasnya tercekat, tidak tahan dengan hawa lelah. Muka memerah dan peluh yang membanjiri.

Salahkan karena pergantian shift-nya dengan Bright. Sudah Arthit kira, dirinya memang tidak akan mampu mengatasi.

Arthit menahan napas ketika akhirnya mendekati ruang kelas. Mencoba mengintip dan mendapat ruang kelasnya masih belum dimulai, rasa lega datang.

Tanpa berpikir dua kali, Arthit masuk ke dalam kelas. Kedua maniknya melihat tempat duduk yang selalu ia duduki. Tempat duduk di paling depan dan tepat di depan meja dosen.

Tidak lama setelah Arthit menduduki kursinya, suara pintu terbuka kembali menarik perhatian nya.

Itu Kongpob.

Sial, aroma-nya entah mengapa sangat menguar di penciuman Arthit.

Kongpob nampak berjalan mendekati kursi yang berada tidak jauh dari tempat Arthit.

Degup jantung Arthit entah mengapa meningkat.

Sejujurnya, rasa sesal mendatangi Arthit ketika dirinya tau bahwa salah mengambil mata kuliah yang nilainya memang tidak memuaskan, tetapi, nyatanya mata kuliah itu ada Kongpob juga. Arthit pikir presentasi akan sekelas dengan Kongpob hanyalah 0,0001% saja dari beberapa kelas.

Helaan napas jelas Arthit keluarkan ketika mendengar bisik-bisik dari belakang.

"May, lihat-lihat, Kongpob begitu tampan kan hari ini! Lihat wajah mu juga, merah seperti tomat!" bisik seorang perempuan dibelakang Arthit.

Tanpa kalian berbisik seperti itu, tetap terdengar loh! batin Arthit gemas. Wajahnya nampak terganggu. Kedua tayangan ia lipat untuk menyangga kepala.

Tidak lama kemudian, dosen datang memasuki kelas dan menyapa mahasiswa-mahasiswinya dengan nada yang monoton.

Mengajar materi yang harus diajarkan dengan layar LCD, membuat mata Arthit perih.

"Saya mau, kalian membuat kelompok untuk tugas presentasi. Kebetulan sekali, cukup banyak kakak-kakak tingkat kalian yang juga mengulang mata kuliah saya, jadi, saya ingin setiap kelompok harus ada setidaknya satu kakak tingkat di tugas presentasi itu. Susun makalah berbentuk penelitian. Kumpulkan pada saya ketika kalian presentasi, mengerti?" tanya dosen itu seenaknya. Semua mahasiswa/i hanya mampu terdiam dan mengangguk.

Tidak ada penolakan yang ada.

Sang dosen merasa bahwa tidak ada hal yang harus dikatakan lagi pun akhirnya mengakhiri pertemuan pada siang hari yang panas itu.

Kelas telah dibubarkan. Namun, mahasiswa maupun mahasiswi masihlah bergerombol membicarakan tugas yang telah dosen mereka berikan.

Kongpob nampak bercengkrama dengan teman-teman yang telah dibentuknya untuk menjadi kelompok. Sembari menunjuk-nunjuk Arthit yang terduduk dengan telapak tangan yang memanggul kepala.

Please, Go Away!حيث تعيش القصص. اكتشف الآن